Abad Inersia Raya

Bởi odemarjinal

7.7K 663 3

Antologi ketiga dari Ode Marjinal. Xem Thêm

Marhaen Menang
Agenda Gerilya
Diburukan
Anak-Anak Marsinah
Daulat Omong Kosong
Selamat Mengheningkan Cipta
Penyamun
Rahwana di Beranda
Istirahatlah Pejuang
Perseteruan
Tes Wawasan Kewangsaan
Bidak Budak
Pipit Mati di Lumbung Padi
Singgasana Amnesia
Menjemput Kemanusiaan
Kartografi Tua
Sinema Api
Inferno
Dusta Daulat
Petilasan Musafir
Engkau Garuda
Marhaen Merajah Puisi
Mekarlah Fajar
Kamis Menggugat
Kartini Perebus Kata
Naik Mencekik
Demokrasi Air Mata
Melahirkan Merah
Berpusara di Udara
Berdikari Selamanya
Tanah Air Mata
Mosi Tidak Percaya
Di Seberang Istana
Negeri Retorika
Berproletar Ria
Mengimami Perlawanan
Melawan Meski Tertawan
Kembalikan Keluarga Kami
Rumah Manusia
Penyamun Menggelanggang
Reformasi Basa-Basi
Bangku dan Meja Mahal
Pahlawan Itu Bernama Guru Honorer
Pledoi Proletar
Katalog Air Mata
Kaisar Kecil Otda
Hilang Karena Benar
Ini Tanah Air Kami
Apa Kabar Pancasila?
Kidung Orang Gusuran
Budak Penikam Majikan
Hari Baik untuk Berkhianat
Aku Dijerat
Makar
Himne Kue Ulang Tahun
Sebelah Mataku
Terima Kasih Pahlawan
Buruh Bukan Romusha
Panjang Umur Gerilya
Bersuara Untuk Siapa?
Bumi Lara
Hikayat Almamater Lusuh
Iftar
Jahit Mulut
Nyanyi Kaum Usiran
Revolusi Belum Usai
Narsis
Berdaulat di Rumah Sendiri
Jantung Membusuk
Ini Republik Kita
Menuju Revolusi
Jam Malam
Peluru Untuk Trisakti
Ibukota Api
Kubur Gelap
Dibunuh Karena Benar
Rakyat Tak Diundang Membuat Undang-Undang
Mohon Izin Untuk Memperkosa dan Membunuh
Reformasi Gagal
Membusuk Dalam Oligarki
Menghitung Hari Kekalahan
Gerilyalah Kata-Kata
Kue Lebaran
Peluru Untuk Kasasi
Delusi Ekonomi Tinggi
Berhala Pancasila
Merdeka 100%
Rampok Bumi
Omnibusuk Law
Bung Karno Menjemput Fajar Revolusi
Jurnalisme Kuning
Suara Dari Penjara
Sum Kuning
Mematahkan Kepak Garuda
Di Bawah Panji Demokrasi
Menjemput Pagi
Negara Lupa Saya Dibuat Buta
Bumi Garuda
Jerumun Rombeng

Berbineka Ria

178 8 0
Bởi odemarjinal

Bagaimanapun juga daun-daun belia berwarna cerah yang menghuni pucuk pohon tidak pernah memandang rendah akar yang keras dan kusam yang berada jauh menghujam ke dalam tanah. Daun selalu mencintai akar, toh apalah guna memanen cahaya dan menangkap zat asam arang tanpa kehadiran hara beserta air. Daun tetap saja daun, ia tidak pernah membeda-bedakan makanan yang telah dimasak diperuntukan kepada siapa. Tiada pernah ia jemu karena sehari-hari senantiasa meramu makanan untuk seluruh tubuh pohon, ia tulus, bahkan mengabdikan dirinya menjadi kanopi yang meneduhkan.
                   
Demikian pula akar, tiada pernah memandang sinis daun-daun berada di puncak yang tubuhnya cerah senantiasa kenyang disiram sinar matahari. Akar senantiasa mencintai daun, toh apalah guna menambang air dan hara tanpa adanya sinar dan karbon dioksida yang dipanen daun. Akar tetap saja akar. Kepada pembuluh ia sampaikan bahwa air dan zat hara yang selama ini ditambang setelah sebelumnya mengindera jauh ke dalam tanah dibagikan secara adil ke masing-masing bagian pohon. Akar tetap saja akar, tiada pernah mengeluh. Ia tulus bahkan mengabdikan dirinya menjadi pondasi yang teguh dan kokoh.
                   
             
            
             
          
XVI/I/MMXX

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

944 349 12
Dari gelap tengah malam menjelma pintu rumah terketuk-ketuk. Sebalik jubah melingkupi wajah, membawa yang ada menjadi tiada, bahkan tiada menjadi ada...
225K 13.4K 41
Judul sebelumnya: mengejar cinta-Nya Sudah terbit di penerbit Teori Kata cerita ini murni pikiran saya sendiri,biasakan follow sebelum membaca ** seb...
5.4K 1K 35
Barga berusaha agar bisa menjalani kehidupan sekolahnya dengan sebaik mungkin. Namun, di sisi lain, jati dirinya juga masih abu-abu. Ia masih mengawa...
193K 4.8K 63
Puisi berantai ini hanyalah puisi tanpa mengandung keseriusan