Bangku dan Meja Mahal

47 9 0
                                    

Tuan dan Nyonya bangku sekolah amat mahal bagi kami anak-anak yang disusui air mata. Sekolah gratis hanya bual, gratis ya memang gratis tapi gratis baru sebatas mengantar tubuh kami ke depan gerbang sekolah.
      
Apalah guna gratis jika seragam mahal, apalah guna gratis jika buku-buku mahal. Jika terlampau banyak pungutan liar yang binal. Jika setapak akses ke kelas terlampau terjal. Jika gedung-gedung kelas dijual. Jika kami senantiasa menjadi tumbal atas sekolah yang bersyahwat kapital.
       
Tuan dan Nyonya konstitusi sekadar basa-basi. Pendidikan untuk setiap manusia Indonesia hanya sebatas sabda-sabda, teramat kosong bagi kami anak-anak kolong langit ibukota, bagi kami anak-anak rimba Sumatra, bagi kami pelajar perbatasan negara, bagi kami anak-anak pelosok Papua.
     
Tuan dan Nyonya, terlampau banyak sekolah dan kampus yang menjelma lintah kapitalis akademika. Ijazah ditahan. Dilarang ikut ujian. Tanpa upeti kami dikeluarkan. Hanya tangis bagi kami yang mereka persilakan.
     
Tuan dan Nyonya dan segenap penguasa, meja sekolah senantiasa mahal. Kartu-kartu pintar lebih sering tersasar dan tertuju kepada semu.
      
Tiadalah kami butuh kartu-kartu semu yang sebatas mendermakan biru kepada asa dan kami punya tubuh. Yang kami pinta adalah tunai amanat konstitusi negara. Bahwa kami manusia Indonesia, bahwa kami berhak dididik negara.
      
Tuan dan Nyonya jikalau memang tidak bisa, kami sekadar meminta Kartu Indonesia Sabar. Agar kami tiada bosan melihat pendidikan yang senantiasa sukar.
       
Agar kami senantiasa sabar karena menjadi tumbal pendidikan yang bersyahwat kapital.
        
     
      
      
      
     
     
VIII/III/MMXX

Abad Inersia RayaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon