Hikayat Almamater Lusuh

27 6 0
                                    

Seumpama nanti peluru mengetuk rusuk lalu membetahinya supaya jantung remuk selepas pita suara nyanyikan jerit Marhaen kelaparan dan tangan mengepal membibit perjuangan maka biarkan almamater lusuh di badan menyertai mayat kami turun ke liang sebagai kafan sebab selembar jaket lecek itu menyetiai kami yang tabah beriman kepada gerilya.
         
Almamater kumal itu telah kami ajak plesiran dari angkuh benteng tirani hingga atap Senayan dari pekik supaya berdikari sampai zikir mengidam keadilan sebab itulah benangnya karib dengan darah kami sehabis badan dihibah luka oleh anjing-anjing tirani dan pundak jaket rombeng itu khatam dengan khotbah mimbar jalanan beribu serta sepucuk lambang civitas akademika di dada adalah kemewahan terakhir kami isyarat haram berkhianat dari proletar melarat.
        
Ibu kandung kami adalah perjuangan menenun almamater bagi si anak yang berbaiat kepada marjinal lapar dan menjadi imam bagi punggung Marhaen supaya lekas akhirkan sujud. Seumpama nanti darah kami mewarnai ulang selembar jaket usang ini kami ikhlasi setengah tenunan benangnya sisa pengafanan gugur tubuh kami dihibah ke panjang barisan demonstrasi sebagai kain bedung bagi jabang revolusi sebab di muka licik oligarki merawat kepal tangan adalah kunci.
     
    
      
     
     
     
      
29/5/2021

Abad Inersia RayaWhere stories live. Discover now