Pengantin Pengganti

De Iam_Weawee

487K 17.1K 586

Bercerita tentang saudari kembar. Nadilla Aurelie dan Nadira Aurelie, tumbuh kembang bersama tanpa kurang sua... Mai multe

Prolog
PP-01
PP-02
PP-03
PP-04
PP-05
PP-06
PP-07
PP-08
PP-09
PP-10
PP-11
PP-12
PP-13
PP-14
PP-15
PP-16
PP-17
PP-18
PP-19
PP-20
PP-21
PP-22
PP-24
PP-25
PP-26
PP-27
PP-28
PP-29
------
PP-30
PP-31
-------
-----Sorry-----
PP-32
PP-33
PP-34
PP-35
PP-36
PP-37
PP-38
PP-39
PP-40
PP-41
PP-42
PP-43
PP-44
Hallo
PP-45
PP-46
PP-47
PP-48
Jumpalagi
PP-49
PP-50
PP-51
PP-52
Bukan Update
PP-53
PP-54

PP-23

7.5K 247 1
De Iam_Weawee

*****

Dirly menatap berang pada sosok yang duduk di depannya. Sejak awal Dirly tidak mau berurusan dengan pria itu lagi. Tapi apa mau di kata? Seakan Tuhan ingin mengujinya dengan berbagai macam cobaan hingga membuat pria di depannya ini ternyata pemilik proyek yang di kerjakan Serman yang tentu saja Dirly juga terlibat karena dia salah seorang pegawai Serman.

Menyebalkan sekali kenyataan ini, pikir Dirly makin berang.

"Jadi, ada apa hingga membuatmu ngajak ketemu kaya gini?" Tanya Dirly to the point.

"Lo gak berubah ya? Dari dulu masih aja seneng buru-buru."

Dirly mendesis, "lugas saja. Kamu kan tahu aku bukan orang kaya kamu yang punya banyak waktu senggang."

Pria di depannya tergelak, "oke oke, elah. Santai aja kenapa sih? Kita kan temen lama. Jadi, gimana keadaan Lo?"

Kening Dirly berkerut.

"Gue udah nabrak Lo tempo hari. Sekarang gimana? Mendingan?"

Dirly memutar matanya, "cuma mau tanya itu? Udah beberapa hari lewat jadi aku baik-baik saja. Kalau begitu lebih baik aku balik ke proyek." Dirly berdiri dan menatap teman lamanya itu dengan berang.

Gian Wijaya. Pria yang dulu dikenal Dirly dan mereka bersahabat baik. Berbagi apa saja. Atau paling tidak, itulah yang Dirly rasakan karena dia merasa cuma Gian yang mau bergaul dengannya di sekolah ketika teman-teman yang lain tidak mau karena asal-usul Dirly yang tidak jelas. Mereka sangat dekat, di mana ada Dirly di situ pasti ada Gian, begitupun sebaliknya.

Hingga pertemuan dengan Tiara, anak baru di sekolah mereka, kedua sahabat itu mulai bersaing mendapatkan perhatian Tiara.

Ah masa remaja yang aneh.

"Gue boleh minta nomor Lo?"

Dirly menoleh, Gian terlihat serius dengan permintaannya.

"Kita masih berteman, kan?" Alis Gian menukik tajam.

Dirly mendesah, "baiklah kalau kamu mau."

Dirly tentu saja memberikan nomor ponselnya pada Gian dan tidak lupa berpesan pada pria itu agar tidak menghubunginya jika bukan masalah yang benar-benar urgent. Dirly berharap Gian mau mengerti.

*****

Nadilla menatap amplop di tangannya. Pos baru saja pergi, mengantarkan amplop yang di tujukan untuknya. Dia tidak tahu jika ada orang lain selain Nadira yang mengetahui keberadaannya hingga bisa mengirimkan amplop ini. Mana tidak ada alamat jelas pengirimannya lagi.

Dengan perlahan Dilla membuka si amplop sambil melangkah masuk ke kontrakan. Dia mengerjap. Isinya cuma selembar kertas yang sangat kecil, di sana cuma ada dua baris tulisan. Sebuah alamat yang asing baginya.

"Apa sih ini?" Kening Dilla berkerut, membolak-balik si kertas seukuran kartu nama itu dengan bingung, "pengirimnya pasti orang iseng. Gak ada keterangan apapun." Bukannya membuang si kertas, Dilla malah menyimpannya di bawah televisi entah kenapa.

"Lebih baik aku masak, ini sudah mau sore. Dirly bentar lagi balik," cetus Dilla.

Selama memasak, Dilla masih memikirkan isi kertas tadi. Sebenarnya siapa yang mengirimkan surat tidak jelas itu? Orang iseng? Sungguh buang-buang waktu! Dan apa maksudnya? Meminta Dilla untuk datang ke sana? Tapi bagaimana kalau itu jebakan? Dilla kan pelarian, bagaimana jika alamat itu ternyata mengantarkannya pada orang tuanya? Dilla menggeleng dan memutuskan untuk melupakan surat aneh itu. Dia tidak akan terpengaruh!

"Oh sial! Gosong!" Pekik Dilla ketika melihat ikan yang dia goreng sudah berubah warna menjadi hitam. Buru-buru dia mematikan kompor dan menatap marah pada si ikan, "sial! Gara-gara surat sialan itu ikan ku gosong!"

Beberapa saat kemudian...

"Dilla, aku pulang!"

Dilla terlonjak dan buru-buru membuka pintu. Dirly tersenyum lebar dan mengangkat kantong plastik hitam, "aku beli soto, kamu belum masak kan?"

Dilla yang masih kesal itu cuma mengangguk. Setelah insiden ikan goreng gosong, dia menyerah.

Dirly tersenyum dan mengacak-acak rambut istrinya itu, "kenapa sih cemberut aja? Ada yang salah?" Dia menuntun Dilla masuk ke dalam.

"Aku tadi goreng ikan, eh gosong," keluh Dilla.

Dirly terkekeh yang malah membuat Dilla makin kesal.

"Kamu malah ketawa," sungut Dilla.

"Duh iya maaf. Yasudah kan aku udah beli soto. Yuk makan, aku laper," ajak Dirly.

"Gak mau mandi dulu?"

Dirly menggeleng, "mandinya nanti saja, udah kelewat laper," katanya tanpa mengatakan jika dia melewatkan makan siang karena bertemu dengan Gian sialan itu.

"Iya, aku ambil mangkok sama nasinya ya..."

"Oke, Tuan Puteri."

"Ish Dirly!"

Dirly tertawa. Dia senang sekali menggoda Dilla seperti itu.

*****

Harry Aurelie menatap malas ke arah wanita yang masuk begitu saja ke ruangannya. Jika bukan karena wanita itu adalah wanita yang dia cintai, dia pasti sudah berteriak marah dan mengusirnya pergi. Tapi pria itu tahu seperti apa Tasya. Dia mengeluarkan kata-kata sedikit keras saja, istrinya itu pasti akan mengambek selama beberapa hari.

Dramaqueen!

Harry mendesah, "tumben Mama datang ke kantor, ada masalah apa?" Tanyanya hati-hati.

Tasya merengut, "Mama tuh masih setia menunggu ya, Pa."

Kening Harry berkerut bingung, "maksud Mama apa?"

Tasya mendesah jengkel karena suaminya adalah salah satu pria paling tidak peka di dunia. Salahnya dulu dia mau menerima lamaran pria itu dan memutuskan menikah.

Harry berdehem, sadar dengan perubahan raut wajah istrinya, "Mama bicara yang jelas dong, Mama kan tahu Papa tidak bisa paham kalau Mama bicara setengah-setengah begitu," katanya hati-hati.

Tasya menggerutu sendiri, "Papa emang bebel."

Harry memaksakan sebuah senyuman.

Tasya mendelik, "Mama tuh mau tahu, sampai kapan Papa diam dan tidak mau membawa Nadilla, putri kita."

Harry terdiam. Dia sudah memikirkan itu. Dia sudah membayar banyak orang untuk mengawasi putri nakalnya itu dan berusaha untuk memisahkannya dari pria tidak jelas yang sialnya, saat ini sudah menjadi suami dari putrinya.

"Apa sih yang Papa tunggu sebenarnya? Papa bilang anak itu tidak baik, tinggal berikan buktinya pada Dilla dan Mama yakin dia akan pulang," desak Tasya.

Harry masih diam. Memang teori yang di kemukakan istrinya terdengar masuk akal dan sederhana. Tapi masalahnya tidak sesederhana itu. Dia harus melakukannya dengan amat sangat hati-hati.

Tasya semakin mendelik karena suaminya tidak mengatakan apapun. Dia kesal. Sebagai seorang ibu, dia sangat merindukan putrinya itu. Tapi rupanya Harry tidak mengerti dan terkesan membiarkan putri mereka terjerumus semakin dalam.

Tasya berdiri, "kalau Papa tidak mau ambil tindakan, baiklah. Mama yang akan lakukan. Mama akan bujuk Dilla untuk pulang." Katanya setengah mengancam.

"Mama, tidak seperti itu."

Tasya melotot, "lalu Mama harus menunggu sampai kapan?!" Teriaknya.

Harry cepat-cepat berdiri dan menenangkan istrinya yang akan mulai histeris. Memeluknya erat, "Papa janji, prosesnya tidak akan lama lagi. Mama yang sabar dan percaya pada Papa, hm?"

Tasya mengusap matanya yang terasa panas, "Mama percaya Papa. Tapi Mama juga merindukan Dilla." Terisak.

Harry mendesah. Sebenarnya dia juga merindukan putrinya yang nakal itu.

"Papa akan buat dia pulang, Papa janji," bisik Harry.

Tasya mengangguk, percaya sepenuhnya pada sang suami.

*****

Dirly merengut ketika seorang pria menghadang jalannya.

"Mau apalagi sih, Gian?" Sungutnya.

Gian terkekeh dan berjalan semakin dekat, "gue cuma mau kasih tahu Lo sesuatu, tertarik?" Tanyanya.

Kening Dirly berkerut, "apaan?"

Gian terkekeh dan menepuk-nepuk bahu Dirly, senang karena pria itu mau mendengarkan.

"Gue tahu sesuatu tentang masalalu dan keluarga Lo, tertarik?" Bisik Gian.

Dirly menatap pria itu dengan serius. Gian memang tidak pernah berbohong. Meskipun bermulut tajam dan menyebalkan, Gian tidak pernah berbohong.

Benarkah Gian mengetahui masalaluku? Pikir Dirly.

Gian menaikkan alisnya, "Lo tertarik nggak?"

Dirly masih diam. Jantungnya berdegup semakin cepat.

*****

TBC
13012020

Selamat pagi...
Alhamdulillah kemarin udah mulai bisa nulis, makanya pagi ini up 😅😅😅

Makasih ya buat semua voment kalian yg sudi mampir di cerita gaje ini 😊😊

Dan tetap tunggu part selanjutnya, oke 😉😉😉
Jangan lupa klik tombol bintang di pojok bawah... 😊😉

Jangan ada sider di antara kita 😂😂😂😂

Continuă lectura

O să-ți placă și

391K 29.9K 38
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
4.9M 183K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
702K 68.4K 49
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
956K 143K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...