#5 A Drama (END)

By happyfantasi

1.3M 46.4K 2.5K

Adult Story. Be Wise. More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
EXTRA PART

Bagian 8

44.9K 1.8K 92
By happyfantasi

"Mas tadi ngapain kok langsung bilang masalah gitu ke Mas Dito? Kan baru ketemu sama Mas Dito "

"Aku ga mau buang waktu. Menemukanmu lagi, dan kamu masih sendiri, membuat aku lega, bahagia, entah kata apalagi kata yang tepat. Jadi kamu tolak mas? Dari tadi mas belum dengar jawaban kamu."

"Aku ga menolak."

"Jadi diterima?" Tanya Angga. Pertanyaan Angga benar-benar menyudutkan.

"Aku masih belum yakin sama Mas! Dan ini terlalu mengejutkan. Sekian lama kita ga ketemu, hari ini kita ketemu lagi, dan di hari yang sama mas mau nikahi Nara. Aku belum percaya, aku juga belum yakin keputusan mas." Nara berucap panjang lebar, menjelaskan kegundahan hatinya.

"Apanya yang belum yakin? Makanya nikah Byan. Supaya lebih yakin."

"Beberapa kali aku liat mas jalan ama wanita, dan mereka cantik, kalian terlihat pasangan sempurna. Mas ga ngerjain Nara kan?!"

Angga menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan.

"Byan, percayalah! Angga cinta Byanara, Angga butuh Byanara. Hanya Byanara yang menyempurnakan hidup Angga."

"Masih belum percaya." Balas Nara.

"Mas harus gimana supaya kamu percaya?" Angga bertanya sungguh-sungguh.

"Aku ga tau."

"Aku membutuhkanmu, Byan. Mas sayang Byan."

"Playboy pasti enteng ngucapin gituan."

"Sayang, seorang playboy menjalani hubungan dengan beberapa wanita dalam waktu yang sama. Aku ga seperti itu, memang aku sempat dekat dengan beberapa wanita, tapi ga bisa berlanjut, beberapa minggu ini kamu sering hadir di pikiranku. Apalagi momen kita di konser, aku membayangkan momen itu saat aku bermain solo."

"Main solo?!" Tanya Nara tak paham.

"Byan, wanita mengeluarkan sel telur yang tidak berguna dengan cara datang bulan. Pria juga mengeluarkan sperma, kepala pening, badan ga nyaman kalo ga dikeluarkan. Jadinya aku ngeluarin, main solo sambil bayangin kamu."

"Mas jorok dech!" Ucap Nara dengan pipi yang bersemu. 'aku dijadikan bahan imajinasi main solonya?' batin Nara tak percaya.

"Lebih baik begitu, dari pada bercinta sama wanita yang ga jelas. Atau kamu mau bantuin? Itu akan lebih mudah, Byan!" Ucap Angga sambil melirik Nara dan tersenyum nakal.

"Mas Angga mesum!" Balas Nara salah tingkah.

"Ini kebutuhan biologis Byan, kamu pasti tahu. Apalagi aku sudah pernah merasakan bercinta. Tuh kan! Punya aku uda keras ngomongin tadi, mau pegang?" Tanya Angga menggoda Nara.

"Astaga mas Angga ga malu ngomongin gini? Atau setiap sama wanita bicara ginian?!"

"Uda aku bilang, kamu yang membantuku Byan."

"Sebelum aku? imajinasi sapa lagi?"

"Liat bokep sendiri di rumah."

"Uda nyampek, mampir?" Ucap Nara saat tiba di ujung kampung kos.

"Iya, bentar aja."

Keduanya turun dari mobil Angga dan berjalan menuju kos Nara.

"Mas!" Nara terkejut saat Angga menyerang dengan memeluknya tak lama setelah memasuki kamar kos Nara.

"Ssshhhh, bentar By. Ga enak dibadan." Ucap Angga sambil menekan miliknya ke tubuh Nara. Dan gadis itu juga merasakan kerasnya milik Angga tepat di intimnya.

"Ga mau dicium" rengek Nara sambil melihat Angga.

"Cuma peluk." Angga semakin mengeratkan pelukan.

Nara membalas dengan mengusap punggung Angga.

"Aaahhh Byan." Usapan lembut Nara membuat nafsu Angga berkobar. Pria itu menggoyangkan pinggulnya, meremas pantat Nara dan menekan miliknya seolah ingin menembus beberapa lapisan yang mereka pakai. Angga menyembunyikan wajahnya diceruk leher Nara.

Nara gadis normal yang mempunyai hasrat, dadanya berdegup kencang ketika merasakan hembusan nafas dilehernya.
"Mash!" Nara mengeluarkan desahannya.

"Sayang" bisik Angga, pria itu tak kuat menahan. Perlahan dia merebahkan tubuh Nara yang tak memberontak. Secara naluri Nara membuka lebar kedua pahanya.

"Byan" Angga mendesah ketika dia menggoyangkan pinggulnya sambil memeluk gadis pujaan hati.

Milik Nara pun juga telah basah, setelah beberapa kali merasakan bibir dan hidung Angga samar-samar menyentuh kulit lehernya. Hingga gadis itu tak mampu menahannya.

"Cium Nara!" Bisik gadis itu tepat ditelinga Angga yang masih mengendus leher Nara.

"Yakin?!" Angga membalas dengan hati yang sangat bahagia.

"Sekarang atau ga sama sekali sampai nikah!" Nara berucap tegas.

Dalam sepersekian detik bibir Angga mendarat di leher Nara dan membuat mendesah empunya.

Angga membungkam mulut Nara dengan bibirnya. Pria itu melumat bibir Nara, mencecapnya hingga menimbulkan suara yang khas.

Angga mempercepat goyangannya, dan ... "aaaahhh" dia mendapatkan pelepasannya.

Angga menghentikan goyangannya, pria itu masih menindih tubuh Nara sambil mengatur nafasnya.

Begitu juga dengan Nara, tangannya masih bertengger di punggung Angga, dan mengembalikan nafasnya yang sempat terengah-engah.

Hingga Angga menggulingkan tubuhnya di samping Nara.
"Minta tolong ambil tas yang dibelakang ya, gara-gara kamu jadi basah gini."

"Kok aku?" Protes Nara.

Angga terkekeh.

"Karena kamu menggairahkan Byan, dengan baju yang tertutup aja kamu bisa membangkitkan hasratku."

"Ya mas aja yang mesum".

Angga terkekeh lagi.

"Byan, tolong donk! Ga enak nich." Ucap Angga sambil menunjuk letak celananya yang basah.

"Tunggu aku ganti dulu. Celanaku juga basah."

"Celana kamu basah dari sperma ku atau dari vagina mu?"

"Ga usah vulgar gitu mas." Ucap Nara yang mengambil celana sambil melirik Angga.

"Kok ga dijawab? Basah dari cairanku atau cairanmu sendiri?" Angga semakin menggoda.

"Mas Angga!" Bentak Nara sambil melotot, pipinya bersemu, lalu disusul kekehan Angga yang tampak bahagia.

Usai mengganti celana, Angga masih setia di kos Nara. Angga duduk di bibir kasur, sedangkan Nara duduk beralas karpet bersandar di lemari.

"Aku masih jengkel sama Mas." Ucap Nara sambil mengunyah Snack yang dibawa dari rumah Dito.

"Jengkel kenapa?"

"Waktu ketemu di rumah mbak Isti, ngajak cewek baru, mas ga sapa Nara, ga tersenyum, seperti orang ga kenal. Kenapa? Takut ketahuan sama ceweknya kalo kita pernah ciuman?!"

Angga tertawa dan menggelengkan kepalanya.

"Aku malu ketemu kamu. Seharusnya sebagai pria aku ga boleh memperlakukan kamu seperti itu saat di konser. Bisa dianggap pelecehan.

Entah kenapa, beberapa bulan ini aku sering membayangkan kamu.

Semakin aku berusaha menepis bayanganmu, segala hal tentangmu makin memenuhi pikiranku. Sebenarnya aku ingin menghubungi, tapi aku ga punya keberanian dan alasan yang kuat.

Selain itu aku sadar, usia kita yang jauh berbeda, mungkin juga salah satu faktor aku harus menyimpan rasa ini.

Aku takut memulai, Byan.

Aku takut kamu menolakku lalu menghindariku.

Kamu masih muda, aku liat kamu sangat nyaman dengan Akmal atau Aksa.

Aku benar-benar cemburu, pengen nyapa, tapi kamu terlihat cuek."

"Aku cuek soalnya mas yang mulai, kalo seandainya mas sapa aku, atau tersenyum, pasti aku tetap baik."

"Iya, aku yang salah. Aku minta maaf ya?"

"Hm" jawab Nara.

"Pusar nya ngapain di tato? Ditindik?"

"Mas jangan bilang mas Dito, dia bisa marah!"

"Iya! Jawab dulu ngapain ditindik dan di tatto?"

"Itu gara-gara mas."

"Kenapa?"

"Yang dirumah mbak Isti itu, di cuekin. Nara sakit hati, makanya tindik aja, sekalian tatto."

"Sakit ya?"

"Lebih sakit di cuekin sama Mas." Ucap Nara dengan manja dengan cemberut.

"Boleh liat tatonya?"

Nara bangkit dan berjalan dengan lututnya mendekati Angga. Gadis itu mengangkat kaos hingga pusar nya terlihat pas didepan wajah Angga.

Angga menarik pinggang Nara lebih dekat.
"Mas!" Nara memekik dan memegang bahu Angga.

"Maaf sudah menyakitimu" pria itu mencium berkali-kali pusar Nara.
Jemari Nara menyisir kasar rambut Angga.

"Mas jangan bilang mas Dito kalo kita ciuman" ucap Nara polos membuat Angga menahan senyum. 'ya ga mungkin lah! bisa hancur wajah tampan ini' Angga membatin.

"Kenapa?"

"Ntar kita disuruh nikah."

"Ya ga papa, aku sudah siap." Ucap Angga yang masih menciumi perut Nara.

"Aku yang belum siap."

"Tapi kita pacaran kan By?"

"Belum yakin sama mas."

"Kan tadi kita habis ciuman, By."

"Kita juga pernah ciuman walaupun belum pacaran."

"Ya udah, pokoknya Byanara nikahnya sama Angga. Kalo ga mau, aku bilangin mas Dito kelakuan kita tadi sama pusar ini."

"Mas Angga curang!" Ucap Nara sambil meremas kasar rambut Angga. Pria itu hanya meringis.

"Auwww!" Jerit gadis itu karena Angga membalas dengan menggigit perut Nara.

"Byan berisik!" Ucap Angga lirih namun dengan tekanan. Sedangkan Nara terkekeh tak peduli.

"Uda jam 9 lebih, mas ga pulang?"

"Tapi kasih ciuman lagi, kalo ga, aku bilangin mas Dito." Angga mendongak melihat wajah Nara.

"Ih! Sukanya ngancam!" Nara menekan telunjuknya di kening Angga.

Namun tak lama gadis itu memegang rahang Angga, mendekatkan wajahnya, Nara mulai mencium bibir Angga. Sang pria membalas, dan akhirnya si pria lebih mendominasi.

Dengan perlahan Angga menuntun tubuh Nara hingga kini gadis itu duduk di atas paha Angga tanpa melepaskan lumatan. Mereka saling menikmati lumatan pasangannya dengan lenguhan yang terbungkam. Baik Nara maupun Angga seolah tak ingin mengakhiri pergulatan lidahnya,

Nara melepaskan bibirnya yang sudah membengkak sambil mengatur nafas. Kening mereka masih saling bertemu.

"Terserah kamu mau nikah kapan. Tapi jangan lama-lama, kasihan pusaka mas mu ini." Ucap Angga mencium ringan bibir Nara.

"Aku takut mas ketemu wanita yang lebih sempurna, terus ninggalin aku. Mas itu gantengnya kebangetan, pasti banyak wanita yang mau."

Angga terkekeh mendengar kata-kata polos Nara.

"Cantik itu relatif. Hanya kamu yang aku inginkan. Tunjukkan aku bagaimana cara untuk membuktikannya!"

"Setia! Bisa?"

"Insya Allah bisa!" Ucap Angga tegas.

"Uda malam, mas pulang"

"Gimana aku bisa pulang? Kalo kamu masih di atas ku!"

Nara tersenyum malu dan bangkit dari pangkuan si pria. Angga berdiri dan menuju pintu.
"Besok aku jemput" ucap Angga sambil mencium kening Nara.

"Sarapan disini ya? Aku banyakin masaknya."

"Aku ga biasa sarapan."

"Mulai sekarang harus sarapan. Mas berangkat agak pagi, masih muter nganterin aku dulu kan!"

"Ok, abis subuh aku berangkat."

Angga meninggalkan kos Nara.
Gadis yang baru saja menutup pintu itu masih mengumbar senyum dengan bersandar di pintu.

'ini bukan mimpi kan? Aku ga mau bangun kalo ini hanya sekedar mimpi.
Tuhan, jaga dia buat Nara ya. Jodohkan dia dengan Nara. Kalo dia bukan jodohku, pertemukan aku makhluk yang sama seperti dia. Tuhan, kalo ga ada makhluk seperti dia, ya uda....dia aja yang jadi jodohku.' Nara berdoa dengan sedikit memaksa.

Disisi lain, sang pria terus mengumbar senyum.
'I want her! I want her! I want Her!' batin Angga.

Kedua insan itu tak sabar menunggu hingga esok hari. Mereka pun susah memejamkan mata, mengingat apa saja yang mereka lakukan malam ini.

Angga : jangan bobok malam-malam, besok harus masakin aku.

Angga tak sabar mengirim pesan mesra. Nara menerima pesan dengan senyum sumringah.

Nara : mas juga boboknya jangan malam-malam, besok harus ke sini pagi. 😘

Angga merasa geli melihat emoticon dalam pesannya.
'Dasar bocah! Tapi bocah ini yang mewarnai hidupku' batin Angga dengan tersenyum.

Usai sholat Shubuh Angga meluncur ke kos Nara.

"Ini jam berapa? kok uda datang!" ucap Nara ketika membuka pintu kos, sambil melihat jam dinding yang menunjukkan 5.35.

"Abis Shubuh jalan masih sepi By, kamu pasti belum mandi kan?!" Angga mendekati Nara yang masih bergulat dengan alat dapur dengan memakai baby doll berkarakter kartun.

"Emang iya, mandinya abis masak. Mas jangan kesini!"

"Emang kenapa?" tanya Angga yang sudah berdiri di batas antara kamar Nara dan dapur.

"Ntar baju Mas bau bumbu! Tunggu di kasur aja! liat TV kek! tidur juga ga papa, ntar aku bangunin!"

"Baik Bu Angga, Pak Angga nya tiduran dulu ya!" Angga menggoda lalu meninggalkan Nara yang menahan senyuman.

Pria itu merebahkan tubuhnya dan berbaring di kasur yang tanpa ranjang. Dia menghirup aroma tubuh Nara yang masih tertinggal di bantal dan guling.

30 menit berlalu, Nara sudah bersih dan sudah menggunakan busana kerjanya, kemeja polos dan rok.

Gadis itu tersenyum ketika melihat Angga yang masih tertidur nyenyak dan memeluk guling. 'cowok sapa sich ini? kok ganteng banget' batin Nara.

"Mas, bangun! uda jam 6 lebih." Nara menepuk lengan Angga.

Perlahan, Angga membuka matanya dan tersenyum. Nara meminta Angga untuk cuci muka lebih dulu dan memberikan handuknya yang kemarin dipakai Angga.

"Uda siap jadi istri Angga nich!" goda Angga melihat Nara menyendokkan nasi untuk Angga.

"Ntar pasti minta bikin makanan terus kan?!"

"Bikin anak juga donk!"

"Mas,ini masih pagi!" ucap Nara dan melotot.

"Maaf Bu Angga"

Angga tersenyum melihat pipi Nara yang merona dan menahan senyum. Mereka sarapan dengan tenang. Dan setelah sarapan, Angga membantu membereskan sisa sarapan dan kasur yang sempat di tiduri.

"Kamu pake baju itu?" tanya Angga ketika dia baru menyadari kemeja yang dipakai Nara sangat transparan.

"emang kenapa?" Nara melihat kemejanya, rasanya tidak ada yang salah.

"Keliatan bra nya Byan." ucap Angga, sontak Nara menyilangkan kedua lengan tangan dan menutup dadanya lalu bercermin.

"Ga kok! lagian ntar kan pake blazer. ga keliatan!" balas Nara usai bercermin

"Ganti By" Angga memaksa.

"ga cukup waktunya Mas! telat!" ucap Nara. 'males lah kalo setrika lagi' batin Nara.

"Byan, mereka bisa liat warna bra mu, nanti dia bisa bayangin ukuran dan payudaramu."

"Itu pikirannya mas Angga."

"pokoknya ganti Byan!" pinta Angga.

"Ga mau!"

"Byan!"Angga menekan kata-katanya dengan suara lirih sambil matanya melotot.

Mata Nara berkaca-kaca ketika mendengar ucapan Angga yang seperti bentakan.

Seketika Angga merasa bersalah.

Hati Angga perih melihat gadis yang ada didepannya hampir menangis.
"Sssstttt, mas minta maaf. Jangan nangis! Dikantor nanti, mas ga bisa jaga Byan. Mas minta tolong Byan jaga diri dengan tidak mengundang perhatian lawan jenis." Angga membujuk Nara yang telah meneteskan air mata.
Angga menangkup kedua pipi Nara dan menghapus jejak air matanya.

"Iya dech, hari ini pakai kemeja ini. Tapi di lapisi cardigan ya?!" Angga masih berusaha membujuk Nara.

"Ayok berangkat!" Ucap Nara manja menutupi sedihnya.

"Jangan cemberut! Kan mas uda minta maaf."
Nara tetap cemberut. Angga mencium sekilas bibirnya.

"Kok malah dicium?!" Nara terkejut mendapatkan ciuman dari Angga.

"Gemesin bibirnya kalo manyun gitu."

"Ih mas ini!"

"Terlanjur! Ya uda, mas ambil lagi!"
Angga kembali mencium lagi bibir Nara.

"Maaaaass!" Nara merengek dengan tersenyum dan memalingkan wajahnya yang sudah merah.

Sedangkan Angga tersenyum, menggelengkan kepalanya melihat tingkah si gadis yang malu-malu kucing dan salah tingkah.

Mereka keluar dari kos Nara dan meluncur ke kantor Nara terlebih dulu.
"Mas ga turun ya! Ntar pulangnya tunggu Mas!" pinta Angga saat tiba di kantor Nara.

"Siap Bos!" Ucap Nara dan keluar dari mobil Angga.

Waktu terus berjalan, mereka sudah menjalani hubungan ini lebih dari 3 bulan, dan sering menghabiskan hari libur bersama. Entah di kos Nara atau di rumah Angga seperti saat ini.

"Mas pengen maem apa?" Tanya Nara sambil membuka kulkas yang ada di rumah Angga.

"Masak aja yang ada di kulkas!" Balas Angga yang sedang membersihkan sangkar burung dan merawatnya, tak jauh dari dapur.

"Mas sebenarnya cari istri apa ART sich?"

"Istri lah! Emang kenapa?!"

"Tiap libur tetap aja disuruh masak, bantuin bersih-bersih. Sekali-sekali calon istrinya di ajak jalan kek, nonton bioskop kek. Libur, kalo ga di rumah, di kos. Bosen!"

Angga terkekeh dan melihat sekilas ke Nara.

"Calon istri sapa?!" Angga menggoda Nara.

"MAS! Aku cubit lho!" ancam Nara yang sudah terlanjur malu mengakui calon istri Angga.

"Terserah! Mas rela diapain aja, asal calon istri happy. Abis ini kita jalan! Ga usah masak!"

"Beneran! Mas ga terpaksa kan?!"

"Demi CA-LON IS-TRI!". Angga menekan kata calon istri.

"Mas Anggaaaaa!" Rengek Nara menghampiri Angga dan mencubit pinggangnya hingga pria itu meringis kesakitan.

"Auw! Burungnya lepas Byan!" Angga memperingati Byan yang masih mencubit pinggangnya.

"Biar aja! Tiap aku kesini, mas mesti sibuk ama burung-burungnya." ucap Nara, lalu dia meninggalkan Angga yang masih berkutat dengan 3 ekor burungnya.

15 menit kemudian Angga menghampiri Nara yang sedang melihat TV acara gosip.

"Ayok cari sarapan!" ajak Angga.

"Sarapan apa jam 9?!" balas Nara yang masih mematung didepan TV tanpa melihat Angga yang duduk di sebelahnya.

"Calon istri jangan marah donk! Burung itu tanggung jawab mas, ga nyampek 1 jam bersihin mereka. Ayok, ntar keburu siang!" Angga berdiri di depan Nara. Namun gadis itu masih enggan berdiri.

Angga mendekatkan wajahnya ke wajah Nara, mata mereka saling bertemu. Kedua tangan Angga bertumpu di sandaran sofa, terlihat mengungkung Nara.

"Berdiri atau mas cium!" ancam Angga. Sontak Nara menutup wajah dengan kedua tangannya dan hal itu membuat Angga tertawa.

"Kena kan!" ucap Angga usai mencium puncak kepala Nara.

"CURANG!" teriak Nara masih menutup wajahnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Angga makin gemas melihat tingkah Nara yang kekanakan, hingga dia menghujani ciuman di punggung tangan Nara.

"MAS ANGGAAAAAA!" rengek Nara, membuat pria itu menghentikan ciumannya dan terkekeh. Angga berdiri dan menarik paksa tangan Nara, gadis itu mengintip dari sela-sela jarinya. Dan menurunkan tangan dari wajahnya, lalu memukul dada Angga. Lagi-lagi tingkah Nara membuat Angga tertawa.






Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
2.3M 253K 45
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2M 17.3K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
226K 7.5K 47
"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih unt...