About Dimas

Oleh textrash

40.9K 4.4K 296

[C o m p l e t e] "Halo nama gue, Dimas. Gue divonis menderita ataxia di parkiran kampus sekitar enam bulan l... Lebih Banyak

BAB 1 :. Dimas
BAB 2 :. Kadal
BAB 3 :. Aneh
BAB 4 :. Hujan
BAB 5 :. Jodoh Katanya
BAB 6 :. Akting
BAB 7 :. Pacar
BAB 8 :. Ataxia
BAB 9 :. Tersesat
BAB 10 :. Salsha
BAB 11 :. Keluarga Cemara
BAB 12 :. Pacar Baru Salsha
BAB 13 :. Kiss
BAB 14 :. Menyusahkan
BAB 15 :. Ketika Dimas Mabuk
BAB 16 :. Bimbang
BAB 17 :. Terima
BAB 18 :. Ketika Dimas Marah
BAB 19 :. Keinginan Dimas
BAB 20 :. Makrab
BAB 21 :. Hati Dimas
BAB 22 :. Teman
BAB 23 :. Ada Apa?
BAB 24 :. Awal Semuanya
BAB 25 :. Masa Lalu
BAB 26 :. Menangis
BAB 28 :. Murahan
BAB 29 :. Keluarga Dimas
BAB 30 :. Mama
BAB 31 :. Ditinggalkan
BAB 32 :. Ikut Campur
BAB 33 :. Faros
BAB 34 :. Perasaan Asing
BAB 35 :. Sebuah Perjanjian
BAB 36 :. Kenapa Nggak Jadian, Sih?
BAB 37 :. Alasan Sebenarnya
BAB 38 :. Gue sayang sama, lo.
BAB 39 :. Ini Bukan Mimpi
BAB 40 :. Terlalu Manis
BAB 41 :. Bioskop
Bab 42 :. Masalah Alana
BAB 43 :. Ribet
BAB 44 :. Gue-Lo, Aku-Kamu
BAB 45 :. Berpisah atau Bertahan
BAB 46 :. Berakhir
BAB 47 :. About Dimas
Extra Chapter 01

BAB 27 :. Kiss Me

835 83 10
Oleh textrash

"Lo kenapa, anjir?" kata Dimas setelah dia berdiri di depan Salsha. Wajah laki-laki itu terlihat sangat panik ketika Salsha menangis kencang. "Sal?" panggil Dimas dengan lembut.

Salsha masih terisak sambil berusaha menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya. "Balikin minum gue," lirihnya dengan suara gemetar.

"Gila kali gue ngasih minum ke cewek nangis."

Salsha menghentakkan kakinya. "Balikin!"

"Enggak!"

"Dimaaas! Balikin! Lo kenapa sih, ngusik gue mulu?! Lo pikir gue suka, apa? Lo pikir gue kelihatan gampang—"

"SAL!" bentak Dimas membuat Salsha menurunkan tangannya, memperlihatkan matanya yang sudah berlumuran wana hitam akibat maskara yang luntur. "Ayo pulang, gue gak mungkin biarin lo sendirian di sini," katanya penuh penekanan.

Bibir perempuan itu melengkung ke bawah. Detik kemudian Salsha berjongkok dan menangis kencang. Bahu perempuan itu kembali bergoncang kuat bahkan beberapa pengunjung kelab yang akan pulang menoleh pada keduanya dengan senyum tipis.

Dimas menghela napasnya. Dia berjongkok sambil menurunkan kucing yang ia gendong. Laki-laki itu menyentuh bahu Salsha lalu menepuknya pelan. Dimas terus menenangkan Salsha hingga perempuan itu berhenti menangis dengan sendirinya.

Dua puluh menit berlalu, mata Salsha mulai bengkak dan terasa berat. Perempuan itu mengangkat kepalanya, tapi tetap menyembunyikan wajahnya di balik uraian rambutnya. "Lo kok diem aja, sih?'

Dimas menarik tangannya lalu kembali menggendong si kucing. "Terus gue harus ikut nangis?"

"Ck!" Salsha mendengus kesal. "Ya gak gitu juga."

Dimas meraih tangan Salsha lalu memaksanya berdiri. "Ayo pulang."

"Lo mau nganterin gue?"

Saat ini Dimas sangat ingin menoyor kepala Salsha atau mengikat mulut perempuan itu agar bisa berpikir lurus dan berhenti bertanya. "Ck! Buruan, gue kuliah pagi ini!"

***

Dimas menekan password apartemennya, laki-laki itu membukakan pintu mempersilahkan Salsha masuk ke dalam. Sementara yang perempuan diam bergeming menatap ke dalam apartemen Dimas. "Gue bener-bener berasa cewek gampagan," gumamnya.

"Bukan salah lo kalau pintu kosan lo dikunci dan gak ada yang bukain pintu." Dimas menatap Salsha kesal. "Lagian siapa suruh sih, nangis di parkiran sampai jam satu pagi?"

Salsha mendengus lalu berjalan masuk setelah berkata, "gue bakal pulang kalau Gia atau Mala bales chat gue, ya."

"Terserah lo deh," kata Dimas lalu menutup pintu.

Salsha duduk di sofa, perempuan itu memperhatikan Dimas yang memasukkan vodka miliknya ke dalam kulkas lalu mengeluarkan satu kotak susu dari sana lalu menuangkannya ke mangkuk dan memberikannya pada kucing yang Dimas bawa pulang.

"Harusnya jangan susu yang itu, Dim."

"Lo mau gue gedorin pet shop satu Bogor atau gimana?"

Salsha mendengus. Perempuan itu kemudian melangkah menuju Dimas, duduk di samping kucing yang sedang meminum susu. "Lo kasih nama siapa?"

"Pus."

"Dih! Masa gitu doang?"

"Ya siapa dong?"

"Hmm ... Boni?"

Dimas menaikkan sebelah alisnya, dia kemudian melihat merk susu yang diminum si kucing. "Bisaan lo."

"Bagus, kan? Lucu lho, ya Boni ya?" katanya sambil mengelus si kucing.

'Meong.'

"Tuh! Nyahut kan, dianya."

Dimas tersenyum lalu mengangguk-anggukan kepalanya. Laki-laki itu sedikit lega melihat Salsha yang sudah mampu tersenyum meskipun ada yang aneh dari wajah perempuan itu. "Sal?"

"Hm?"

"Ke kamar mandi sana, ngeri gue lihat lo."

Salsha mengerjap, mencerna ucapan Dimas. Detik kemudian perempuan itu segera mendorong Dimas ke belakang hingga laki-laki itu terjungkal. "Rese lo!"

***

Salsha sudah berganti baju milik Dimas, kaos polos putih serta celana training hitam. Perempuan itu duduk di atas karpet sambil menatap satu botol vodka yang baru ia ambil dari kulkas Dimas. Sedangkan, Dimas sendiri berada di dalam kamarnya, menerima telepon dari Ratih, adiknya.

Salsha tersenyum kecut ketika dia mengingat kejadian beberapa jam lalu. Perempuan itu menyalakan ponselnya, dia kesal tapi entah mengapa dirinya sedih karena tidak mendapati satu pun notifikasi dari Faros. "Tuh anak gak apa-apa, kan?"

Salsha menggelengkan kepala, dia meraih botol vodka membukanya dan segera menegak minuman itu. "Ck! Lo kok minum, sih?" sahut Dimas yang baru saja keluar dari kamar.

"Mau?" kata Salhsa sambil menyodorkan botol tersebut ke arah Dimas.

Dimas bergabung dengan Salsha dan segera menegak isinya hingga tersisa setengah. Salsha mendengus melihat itu. "Ya gak dihabisin juga!"

Dimas mengernyit ketika dia merasakan rasa minuman tersebut. Salsha berusaha meraih botol vodka-nya dari Dimas. "Jangan, ntar lo ketularan."

"Ketularan apa?"

"Ataxia."

Salsha mengernyit. "Ataxia bisa nular?"

Mendengar hal itu membuat Dimas memasang wajah kesal, dia menoyor jidat Salsha pelan. "Mana ada gue kena ataxia!"

"Elu, sih." Salsha merebut botol vodka-nya. Perempuan itu kemudian meminum dua kali tegakkan. "Gila, kenapa ya bisa candu banget?"

"Gak baik."

"Sok baik lu!"

Dimas terkekeh pelan. Laki-laki itu menatap Salsha yang kembali diam sambil menghela napas berat. "Kenapa lo?"

Salsha mengalihkan pandangannya pada Dimas. Perempuan itu terlihat mempertimbangkan untuk bercerita pada Dimas atau tidak. "Gue sedih, deh."

"Faros?" Dimas menaikkan sebelah alisnya ketika Salsha tersenyum gentir. "Diapain lo sama dia?"

Salsha menggedikkan bahunya. "Sebel aja gue, gara-gara gak dikejar."

"Sinetron," komentar Dimas lalu menegak habis isi botol vodka. Laki-laki itu tidak membiarkan Salsha menikmati minuman itu untuk ketiga kalinya.

"Serius gue." Salsha menatap ponselnya datar. "Seenggaknya, minta maaf gitu. Sudah ngerendahin keluarga gue."

Dimas tidak tahu harus berkata apa dan dia tidak ingin melewati batasnya. "Yaudah sabar aja."

"Hibur gue, kek."

"Tuh, di tiang depan ada nomer badut. Telpon aja kali bisa dateng."

Salsha mengibaskan tangan. Terserah lo, deh. Temennya lagi sedih juga."

Dimas mengusap tengkuknya, laki-laki itu menatap ke sekitar ruang tengah apartemen dan menemukan gitar di sudut ruangan. Dimas berdiri mengambil gitar.

"Idih! Gue mau dinyanyiin, nih," goda Salsha.

Dimas menghiraukan godaan Salsha, dia duduk bersila memangku gitar dan mulai memainkan alat musik tersebut. Sedangkan Salsha sendiri mulai berdebar menebak lagu apa yang akan dinyanyikan Dimas.

Salsha terkekeh geli begitu Dimas selesai menyanyi. "Kenapa kiss me?"

"Lagu favorit," jawabnya masih sambil memainkan gitarnya.

"Oh ... gue kira inget something."

Dimas mengangkat wajahnya menatap Salsha. "Apa? Parkiran?"

Salsha berdecak. "Malu-maluin lo emang!"

Dimas terkekeh geli padahal Salsha yang lebih dulu membahas dan dia yang tiba-tiba memasang wajah kesal. "Yaudah sih, lupain. Udah lama juga!"

"Gimana bisa dilupain, orang itu first k—" Salsha menghentikan ucapannya, ketika sadar tidak seharusnya membahas hal ini.

Dimas menatap wajah Salsha lekat. "Bohong lo," katanya tidak percaya, namun ekspresi perempuan di sampingnya ini menunjukkan hal sebaliknya membuat Dimas berdeham tidak enak. "Ya ... ya sorry."

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

211K 19.8K 72
"Siapa yang bilang kalau jatuh cinta itu perlu batas? Jika memang ada batasnya, persetan dengan batas itu!!" #update tiap Senin. 18 Desember 2019.
152K 16.9K 22
-END- Jihoon - dom Hyunsuk - sub bxb ⚠️ Jihoon dan Hyunsuk di Masa SMA setelah Pandemi semua kapal berlayar cuman Hoonsuk yang meroket Semoga alurnya...
47.6K 3.8K 52
Series # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan sepert...
3.3M 26K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...