About Dimas

By textrash

40.9K 4.4K 296

[C o m p l e t e] "Halo nama gue, Dimas. Gue divonis menderita ataxia di parkiran kampus sekitar enam bulan l... More

BAB 1 :. Dimas
BAB 2 :. Kadal
BAB 3 :. Aneh
BAB 4 :. Hujan
BAB 5 :. Jodoh Katanya
BAB 6 :. Akting
BAB 7 :. Pacar
BAB 8 :. Ataxia
BAB 9 :. Tersesat
BAB 10 :. Salsha
BAB 11 :. Keluarga Cemara
BAB 12 :. Pacar Baru Salsha
BAB 13 :. Kiss
BAB 14 :. Menyusahkan
BAB 15 :. Ketika Dimas Mabuk
BAB 16 :. Bimbang
BAB 17 :. Terima
BAB 18 :. Ketika Dimas Marah
BAB 19 :. Keinginan Dimas
BAB 20 :. Makrab
BAB 21 :. Hati Dimas
BAB 22 :. Teman
BAB 23 :. Ada Apa?
BAB 25 :. Masa Lalu
BAB 26 :. Menangis
BAB 27 :. Kiss Me
BAB 28 :. Murahan
BAB 29 :. Keluarga Dimas
BAB 30 :. Mama
BAB 31 :. Ditinggalkan
BAB 32 :. Ikut Campur
BAB 33 :. Faros
BAB 34 :. Perasaan Asing
BAB 35 :. Sebuah Perjanjian
BAB 36 :. Kenapa Nggak Jadian, Sih?
BAB 37 :. Alasan Sebenarnya
BAB 38 :. Gue sayang sama, lo.
BAB 39 :. Ini Bukan Mimpi
BAB 40 :. Terlalu Manis
BAB 41 :. Bioskop
Bab 42 :. Masalah Alana
BAB 43 :. Ribet
BAB 44 :. Gue-Lo, Aku-Kamu
BAB 45 :. Berpisah atau Bertahan
BAB 46 :. Berakhir
BAB 47 :. About Dimas
Extra Chapter 01

BAB 24 :. Awal Semuanya

635 82 3
By textrash

"Ada Faros di depan," kata Gia yang berdiri di ambang pintu kamar Salsha. Dia menatap Salsha yang tidur sambil menelungkupkan wajah. "Sal?"

"Hngg iyaa."

Sehari setelah Salsha pulang dari makrab, Gia memang merasakan ada yang aneh dari sahabatnya itu, tapi Gia belum bertanya dan setidaknya dia punya beberapa dugaan. "Lo mau temuin, nggak? Atau gue bilang lo lagi sakit lagi?"

Salsha mengangkat kepalanya, terlihat tergiur dengan tawaran yang diberikan Gia, tapi hari ini Faros sudah dua kali datang ke kos dan Salsha tidak enak kalau beralasan kedua kali.

"Gak deh, gue turun aja," kata Salsha kemudian beranjak turun dari ranjang.

"Yakin lo?"

"Hmm," gumamnya lalu meraih jaket jeans yang tersampir di kursi kemudian segera turun ke bawah menuju teras kosan.

Salsha menatap Faros sedang duduk di kursi kayu sembari menscroll salah satu media sosial. "Hei, Ros."

Faros mendongak. "Udah gak capek?"

"Harus banget ketemu gue hari ini ya?" tanyanya sembari duduk di samping laki-laki itu. "Gak bisa besok aja di kampus?"

"Bisa kalau chat aku kamu bales."

Mendengarnya membuat Salsha bungkam. Dia mengusap tengkuknya canggung. "Ya maaf, aku capek banget soalnya," katanya segera mengganti tutur bahasanya. "Ada yang mau diomongin?"

Faros mengangguk. "Besok malam ikut acara perusahaan gue, yuk?"

"Nggak, ah. Gue masih capek."

"Ayolah, Sal. Sekalian ketemu sama orang tua gue."

Salsha menatap Faros lekat. "Ros, terakhir kali gue ketemu sama nyok--"

"Gue jamin enggak," sela Faros kemudian meraih tangan Salsha. "Mama udah gak gitu lagi, kok, tenang aja."

Salsha menghela napas berat. Dia benar-benar tidak ingin, malas untuk bertemu orang tua Faros. Salsha memutar otaknya mencari cara menolak ajakan pacarnya itu dengan halus.

"Aku kayaknya--"

"Jangan alasan, Sal." Faros melepaskan tangannya. "Acaranya gak lebih dari dua jam dan aku jamin Mama gak akan kayak dulu lagi."

Salsha memejamkan matanya sejenak, dia akhirnya menganggukan kepala. Faros pun tersenyum lega, saking senangnya tanpa sadar menarik Salsha ke dalam pelukannnya.

Salsha terkejut dengan tindakan laki-laki itu, tapi yang dia lakukan hanya diam sambil merasakan debaran halus di dadanya. 'Masih gugup juga gue dipeluk nih orang,' batinnya.

"Makasih ya?" kata Faros lalu menguraikan tangannya dan mengusap puncak kepala Salsha. "Masuk, gih istirahat."

🦇

"Bagus yang mana?" tanya Salsha sambil menempelkan dress selutut berwarna pink pastel dan hitam.

"Lo mau ke mana?" tanya Gia tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel. Perempuan itu masih chatting-an dengan Jordan, pacarnya.

"Lihat gue sih, Gi! Ck!"

Gia mengangkat kepalanya, menatap Salsha dengan sebelah alis terangkat. "Kok lo marah, sih?!"

"Ya elo! Temennya minta saran juga, malah asik sendiri," dumelnya.

Gia memutar bola matanya malas. "Makanya, tadi kan gue tanya elo mau ke mana? Biar gue bisa tahu dress mana yang cocok sama acaranya. Keburu sewot, sih!"

"Acara makan malam."

"Sama?"

"Faros," kata Salsha lalu kembali menatap pantulan dirinya dari cermin.

Gia menegapkan badannya. "Sama orang tuanya?" Gia melihat Salsha yang menganggukkan kepalanya. "Sal!"

"Apa?" katanya kalem.

"Lo gila?"

Salsha meremas hanger yang ia pegang. Mata permpuan itu terlihat gelisah, dia menundukkan kepalanya. "Nyokapnya udah berubah." Salsha menoleh ke belakang kemudian tersenyum kecut. "Katanya, sih."

Gia berdecak pelan kemudian beranjak turun dari kasur dan keluar dari kamar Salsha menuju kamarnya. Tak lama Gia kembali dengan membawa dress berwarna cokelat susu. "Pakai ini aja."

Salsha menatap Gia. "Emang udah lo pakai?"

"Udah gak apa-apa, santai aja." Gia menyodorkannya pada Salsha. "Pokoknya lo harus cantik di depan nyokapnya Faros."

Salsha menggelengkan kepala. "Kan, mau lo pakai dinner sama Kak Jordan, gue pakai punya gue ajalah."

"Sal, itu masih satu minggu lagi. Udahlah pakai dulu." Gia menempelkan dress yang ia bawa ke badan Salsha. "Tuh, cantik banget lho."

Salsha tertawa. Dia menerima dress dari Gia, menatap sekali lagi pantulan dirinya di cermin. "Ini mah, guenya yang cantik."

"Rese lo emang, udah buru dandan. Jangan ngaret kayak tahun lalu."

🦇

"Dress baru?"

Salsha yang sedang memperhatikan tombol lift menoleh pada Faros yang mengenakan jas hitam. "Hm, pinjem Gia."

Faros mengernyitkan keningnya. "Kok pinjem? Kamu gak punya emang?"

"Ada, kok."

"Terus?"

Salsha menarik napas dalam-dalam. "Yang penting aku gak pakai kaos, kan?"

Faros tersenyum tipis. "Tahu gitu, aku bisa beliin kamu."

Salsha tidak menjawab, perempuan itu lebih tertarik pada angka lantai di lift yang semakin cepat berganti. Permpuan itu mendadak gugup.

Faros menyodorkan lengannya ketika lift terbuka. Salsha mengaitkan lengannya sambil menarik napas dalam-dalam.

Langkah perempuan itu semakin terasa berat ketika akan memasuki ruangan pesta. "Bentar, Ros."

Faros menghentikan langkahnya dan menatap Salsha bingung. "Kenapa?"

"Lo yakin gue diundang?" tanyanya membuat Faros mengernyitkan dahi. "M-maksud gue, lo sama Citra kan-"

"Gue udah gak ada hubungan apa-apa, lagian gue dipaksa, Sal sama Citra. Urusan kita juga udah selesai, kok," jelas Faros.

Salsha pun menganggukkan kepalanya. 'Yaudahlah udah di sini juga,' batinnya.

🦇

Acara perusahaan Faros diadakan di hotel berbintang lima. Laki-laki itu merupakan anak tunggal dari pengusaha mebel terkena di Indonesia dengan model-model kreatif yang dijunjung tinggi oleh ayah Faros, Tio.

Rata-rata yang datang adalah para pengusaha serta pejabat di perusahaan milik keluarga Faros.

"Faros," panggil salah seorang laki-laki paruh baya yang berada di stand dessert.

"Ke sana, yuk. Itu om aku," kata Faros tanpa menunggu persetujuannya dan berjalan menghampiri salah satu keluarga pacarnya itu.

"Hai, Om. Kapan balik dari Bali?"

"Baru kemarin. Itu juga gara-gara acara Papa kamu ini," jawabnya lalu menatap Salsha. "Ini ... siapa?"

"Oh, ini pacar aku Om. Salsha." Faros menatap Salsha. "Kenalin Om aku, Om Arman."

"Pacar?" tanya Arman dengan kening berkerut. "Bukannya kamu ... punya tun-"

"Sudah putus, Om," sergah Faros cepat.

"Oh, maaf-maaf. Om gak dengar berita itu."

Salsha hanya tersenyum tipis. Faros pun mengajak Salsha menemui kedua orang tuanya. Saat itu Salsha masih bisa membayangkan kejadian tahun lalu, di mana Faros membawanya ke acara makan malam keluarga.

"Ma," panggil Faros. "Pa."

Rianti, ibu Faros menoleh. Perempuan yang tadinya berwajah ceria itu segera muram ketika melihat Salsha. "Dia kan ..."

"Ini Salsha, Ma." Faros dengan bangga merangkul Salsha. "Aku balikan sama dia."

Ando, ayah Faros hanya mendengus pelan lalu menepuk bahu istrinya beberapa kali dan beranjak meninggalkan mereka. Salsha sendiri sudah bisa merasakan atmosfer yang tidak menyenangkan.

"M-malam, Tante."

Rianti tersenyum mengejek. Salsha tahu kelanjutannya bagaimana, perempuan itu sudah menyiapkan mentalnya, tapi begitu Rianti membuka mulutnya seketika Salsha langsung merasa lemas.

"Dia anak Pa Dito, kan? Bawahan Papa yang baru turun jabatan?"

To be continue

Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 917 22
Cover : @GENIUS_LAB Garis kehidupan yang dijalani Park Jiyeon tidak semudah yang kalian bayangkan. Kalian pikir, menjadi primadona sekolah mampu mena...
47.6K 3.8K 52
Series # 3 MauNinda Series #3 *** Cinta itu tidak seindah seperti taman bunga. Cinta itu rumit seperti sebuah labirin. Cinta itu memusingkan sepert...
211K 19.8K 72
"Siapa yang bilang kalau jatuh cinta itu perlu batas? Jika memang ada batasnya, persetan dengan batas itu!!" #update tiap Senin. 18 Desember 2019.
2.1K 1.5K 71
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA ATAU MENINGGALKAN JEJAK DI SETIAP CHAPTERNYA!] 15+ [Cerita mengandung kata kasar] Bercerita tentang Zeta yang bersekolah di S...