My Mate is a Vampire Princess...

By Stevanyla

296K 21.4K 571

(Fantasy Story) -Belum direvisi- Bukan lagi rahasia umum, jika bangsa vampir dan manusia serigala itu tidak... More

Memulai (Versi Revisi)
Sejarah Singkat
I... Alpha
II... Speechless
III... I'll Be There
IV... Fragile Heart
V... Ramalan
VI... Cincin Hitam
VII... Moonlight
VIII... Reject?
IX... A Hard Day
X... Mengajak Pergi
XI... A Hope
XII... Menerima Takdir
XIII... Bagaimana ini?
XIV... Pergi Ke Mana? (Versi Revisi)
XV... Redwood Pack (Versi Revisi)
XVI... Pretend Didn't Know
XVII... Rindu
XVIII... Kerajaan Appalachia
XIX... Day By Day
XX... Unknow
XXI... Everything Will Be Ok
XXII... Mengingat Kembali
XXIII... Long Night
XXV (a)... Pencarian Bukti
XXVI (b)... Pencarian Bukti?
XXVII... Cruel
XXVIII... One Day
XXIX (a)... Heartless
XXX (b)... Heartless
XXXI... Diambang Batas Kesabaran
XXXII... Memories (Versi Revisi)
XXXIII... Terungkap?
XXXIV... This is Time
XXXV... Now You Know
XXXVI...Not Over Yet
XXXVII... Chaos and Sword
(Special Part) Everyday, I Love You
XXXVIII... Something Right
XXXIX... Dream Come True (Versi Revisi)
XL... Blood Moon
XLI... The Winter Feel Warmer
XLII... How Could It Be?
XLIII... If You Ask, "Why?"
XLIV... Poison on Your Head
XLV... Throw Them to Hell (Versi Revisi)
Epilog

XXIV... I Will Do

3.8K 335 10
By Stevanyla

Matahari terbangun dari tidurnya. Menggantikan sang rembulan yang telah kembali memasang selimut di atas peraduannya.

Pagi yang cerah, secerah wajah sepasang kekasih yang sedang dilanda asmara.

"Nanti aku akan ke cafe." Orlan mengelus lembut rambut Noura.

Noura mengerutkan kening. "Maksudnya, kamu akan bolos kerja lagi?"

Orlan terkekek kecil. "Arva sudah menunggu di dalam." Noura menoleh ke belakang, benar saja, Arva sedang senyum-senyum tidak jelas memandangi mereka berdua.

"Menakutkan." Noura bergidik ngeri, pastinya nanti Arva akan menggoda dirinya. Orlan tersenyum.

"Aku pergi dulu." Orlan mengecup bibir Noura secepat kilat. Sampai Noura tersontak kaget.

"Orlan!" teriak Noura, wajahnya merona. Orlan sudah berada di dalam mobil, tertawa. Lelaki itu melambaikan tangannya, mengemudikkan mobilnya meninggalkan halaman cafe.

*****

"Oh, lihatlah. Pagi-pagi sudah merusak pemandangan dan membuatku iri." Arva tertawa melihat Noura yang mengerucutkan bibirnya, kesal dengan Orlan.

Noura duduk di sebelah Arva. "Bukankah, kamu akan menikah?"

"Kenapa, iri?"

Noura mendelik. "Aku senang sekali. Akhirnya kalian berdua akan menikah." Noura menatap Arva penuh tanya. "Katakan padaku, apa alasan kalian tidak kunjung menikah? Kamu sudah berjanji padaku, akan memberitahukan alasannya."

Arva menaruh jarinya di dagu, seperti sedang berpikir. Noura memutar bola matanya kesal. Arva ini suka sekali membuatnya penasaran.

"Kamu sungguh ingin tahu?"

Noura mengangguk antusias.

Arva menarik napas. "Aku menunggu Kak Orlan sampai mendapatkan mate." Arva menatap Noura dalam. "Awalnya aku ingin menikah, bila Kak Orlan sudah menikah. Tapi sepertinya masih sangat lama." Arva terkekeh. "Jadi, ya, akhirnya aku memutuskan untuk menikah dengan Kak Leon."

Noura tergugu, saat mendengar alasan Arva. Apalagi saat mendengar penuturan Arva yang niatnya akan menikah, setelah Orlan menikah. Jujur saja, ia belum kepikiran sampai ke sana. Orlan pun tidak pernah membicarakan tentang pernikahan. Bukannya ia berharap Orlan akan mengajaknya menikah. Sekarang prioritas dirinya dan Orlan ialah, menyelesaikan semua masalah yang terjadi pada bangsa vampire dan bangsa werewolf. Mungkin, hubungan mereka berdua menjadi prioritas terakhir.

Noura pun tidak yakin dengan dirinya sendiri. Ia banyak sekali menyimpan rahasia. Terutama tentang identitas dirinya, yang juga sampai sekarang tidak ia ketahui, apa alasan yang mendasari ia harus berpura-pura. Ia hanya bisa menunggu. Tapi tidak dimungkiri, suatu saat nanti, jika ia sudah tidak tahan, ia akan memberontak dengan cara apa pun. Jikalau Raja Carlen tidak kunjung mengatakan yang sebenarnya padanya, ia akan mencari tahunya sendiri. Walaupun harus mempertaruhkan nyawanya.

"Aku ...." Noura tidak tahu apa yang harus ia katakan tentang hubungannya dengan Orlan.

"Aku paham." Arva memegang erat tangan Noura, tersenyum. "Pokoknya, kamu harus datang saat aku menikah nanti, aku pun akan melakukannya." Noura mengangguk.


➡️➡️➡️


Hutan Hamakua diapit oleh dua gunung berapi yaitu, Gunung Mauna Kea dan Kohala. Juga di sekitaran hutan terdapat air terjun.

Kerajaan Hamakua berada tepat di dalam Hutan Hamakua. Tidak seperti Kerajaan Appalachia yang berada di atas pegunungan.

Kerajaan Hamakua tidak menerima kehadiran teknologi. Sistem pemerintahannya hampir sama dengan yang berlaku di Kerajaan Appalachia.

Tidak mudah untuk mencapai kerajaan ini, karena harus melewati sebuah lautan yang sangat luas. Jarak dataran dengan Hutan Hamakua, sangatlah jauh.

Tidak seperti Kerajaan Appalachia yang membatasi makhluk immortal untuk datang ke istana mereka. Kerajaan Hamakua menerima dengan tangan terbuka, siapa saja makhluk immortal yang akan datang untuk keperluan bisnis atau hanya sekadar berkunjung dan menumpang menginap.

"Kali ini apa yang mendasari kau datang ke sini." Raja Aldwin menyeruput darah manusia yang berada dalam gelas.

Vander mengernyitkan dahinya, sudah lama sekali ia tidak meminum darah manusia. Ia harus tahan, jangan tergoda.

"Aku ingin protes. Kenapa Ayah memajukan jadwal penobatan, tanpa persetujuanku."

Raja Aldwin menaruh gelas yang isinya telah tandas. "Kenapa? Kau ingin mengundurkannya lagi?"

Vander menyengir, percuma basa-basi dengan ayahnya. "Iya. Ayah, sudahku bilang, aku ingin membantu Raja Carlen terlebih dahulu. Aku janji, setelah semuanya selesai, aku siap untuk menjadi raja untuk kerajaan ini."

Raja Aldwin menghela napas. Anaknya memang keras kepala. "Kau ini sungguh tega pada Ayah. Ayah ingin istirahat, umur Ayah sudah 819 tahun, sudah sangat tua. Seharusnya, setelah perang kedua, kau juga menjadi raja seperti Carlen. Bahkan bangsa werewolf pun melakukan hal yang sama, mengganti pimpinan mereka."

Vander meringis, menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Itu berbeda Ayah. Kerajaan Appalachia dan ketiga pack werewolf terdesak, karena pimpinan mereka terdahulu tewas. Kecuali Redwood Pack, karena Alpha Jorge terluka parah."

Raja Aldwin memelotot mendengar ucapan anaknya, yang dilihat dari wajahnya sama sekali tidak merasa bersalah dan berdosa telah mengatakan hal seperti itu.

"Maksudnya, kau menyayangkan kenapa Ayah tidak ikutan tewas juga? Begitu?"

Vander gelagapan. "Bu-bukan begitu maksudnya." Ia panik. "Ayah ini, pokoknya aku meminta penobatan itu diundur. Ayah tidak tahu, saat ini Kerajaan Appalachia sedang kacau-balau. Ini juga menyangkut bangsa vampire. Mohonlah untuk mengerti, Ayah."

Raja Aldwin bersidekap. "Selama ini Ayah sangat mengerti, Ivander. Tidak usah diingatkan." Vander menyengir. "Darren sudah sampai di istana?"

"Sudah."

"Anak itu, Ayah tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba meminta izin ke Kerajaan Appalachia. Kesambet apa dia?" Raja Aldwin mengelus burung hantu yang bertengger di pundaknya.

Vander terdiam. Meskipun ia sudah tahu alasan Darren datang ke Kerajaan Appalachia, ia tidak akan memberitahukan kepada ayahnya. Biarkan Darren menjadi urusannya.

Salah satu pengawal datang dengan membawa sebuah gulungan kertas, Raja Aldwin berterima kasih dan memberikan gulungan kertas tersebut pada Vander.

Vander mengerutkan kening. "Ini kertas ramalan?"

"Iya."

Vander segera membuka gulungan kertas dengan hati-hati, takut merobeknya. Kertas ramalan ini sudah ada sejak zaman dahulu, ya, pastinya ini bukanlah kertas yang asli. Karena pada tahun itu, belum ditemukan kertas.

'Anak ini sangat kuat. Bahkan dapat menyatukan bangsa immortal. Kekuasaannya sangat besar.'

Vander mengerutkan keningnya dalam, tidak paham akan maksud dari kalimat yang tertulis di kertas tersebut. "Anak? Anak siapa?"

Raja Aldwin mengedikkan bahunya. "Aku mendapatkannya dari Bangsa Woods Elf. Oh, sebenarnya Chugach Pack juga mendapatkan kertas ramalan lainnya. Namun, saat ini kertas itu ada pada Redwood Pack. Berikan kertas itu pada Carlen."

Vander menaikkan alisnya. "Redwood Pack? Untuk apa mereka ...?" Vander teringat dengan pertanyaan Raja Carlen yang bertanya apakah Alpha Orlan telah memiliki mate. Vander berdiri dari duduknya, membuat Raja Aldwin yang sedamg mengelus burung hantu terkejut, bahkan burung hantunya sampai terbang.

"Kau ini kenapa?"

Vander menatap ayahnya sangat lama. "Vampire dan werewolf ...." Matanya melebar seketika. "Noura," gumamnya lirih.


➡️➡️➡️


Nancy memakan buah apel yang ia dapatkan dari Noura tadi pagi. Ia berjalan mengikuti Aaron dari belakang.

"Silakan Tuan Putri." Aaron membuka pintu, mempersilakan Nancy untuk masuk.

"Terima kasih." Nancy memelesat masuk ke dalam. Sudah ada Raja Carlen yang duduk di atas kursi kebesarannya. "Ada apa, Kak?"

Raja Carlen mendongakkan kepala, tersenyum tipis. "Sudah lama kamu tidak memanggilku dengan sebutan Kakak."

Nancy duduk di sofa yang jaraknya lumayan jauh dari Raja Carlen. Kemampuan pendengaran jarak jauh yang dimiliki oleh mereka karena merupakan vampire, memudahkan mereka untuk berkomunikasi dalam jarak yang jauh.

Walaupun tidak ada vampire yang seperti Raja Carlen, memiliki kemampuan dapat mendengar suara dalam jarak radius jutaan kilometer dengan sangat jelas.

Nancy menggaruk kepalanya. "Aku kangen saja memanggil Anda seperti itu, Kak."

Raja Carlen tersenyum, masih enggan berdiri dari duduknya.

"Oke, jadi begini Nancy. Besok saya dan Noura akan ke Redwood Pack. Vander akan ke Tongass Pack. Tolong jaga istana ini dan terus awasi Darren. Jangan biarkan dia ke tempat itu dan juga ke kamar Noura maupun Lucia."

Nancy termanggut-manggut. "Aku paham, Kak. Darren memang mencurigakan. Tetapi sejauh ini dia tidak melakukan apa pun, mungkin dia juga ragu dengan apa yang sebenarnya ia lakukan di sini. Aku selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi."

Raja Carlen menggangguk. "Apa kamu berhasil membaca pikirannya?"

Nancy menggeleng. "Aku berpikir dan mencari kemungkinan. Apa sebenarnya dia memang tidak memikirkan apa pun atau dia mengetahui, kalau hanya aku yang tidak terpengaruh dengan segel itu."

Raja Carlen terdiam, mengelus jenggot tipisnya. "Tidak, tidak ada yang tahu. Kecuali saya, Letizia dan Lucia."

Nancy menghela napas panjang. "Jadi, dia tidak memikirkan apa pun," gumam Nancy lirih. "Tapi sepertinya tidak mungkin."

Raja Carlen memejamkan matanya. "Terus awasi dia." Nancy mengangguk paham. "Apa mungkin pengaruh kekuatan lainnya."

"Apa, Kak?"

Raja Carlen menggeleng.

Nancy mengerutkan kening. Ia yakin, tadi mendengar Raja Carlen berbicara, meskipun terdengar sangat pelan, bahkan nyaris tidak terdengar.

➡️➡️➡️


Suara riuh para wanita manusia yang melihat kedatangan Orlan. Sampai mereka lupa berkedip.

Noura dan Arva sudah memperkirakan hal ini. Dahulu Orlan datang ke sini, satu jam sebelum tutup. Makanya tidak terjadi peristiwa seperti ini. Dan sekarang, Orlan datang jam 3 sore. Cafe masih dipenuhi oleh para pengunjung.

"Ehem, ehem." Arva berdeham. Kenapa ia selalu dijadikan nyamuk? Sabar Arva, sabar. Sebentar lagi kamu tidak akan merasakan hal seperti ini lagi. Arva mengingatkan dirinya sendiri.

"Bagaimana jika di atas saja?" tawar Orlan. Ia agak risi menjadi pusat perhatian, tujuannya ke sini bukannya untuk menjadi selebriti dadakan. Ia ke sini untuk menemui belahan jiwanya.

Noura melirik Arva yang wajahnya tertekuk masam, karena tidak digubris oleh kakaknya sendiri.

"Ya, sana. Pergi jauh-jauh dariku." Arva mengusir, mendorong Noura keluar dari meja kasir.

Keduanya menaiki tangga, di atas cafe memang ada ruang khusus para pegawai untuk bersantai dan juga ada sofa, beserta televisi dan play station.

Sebelum naik ke atas, Noura meminta pada Tana --pelayan cafe-- untuk membawakan minuman dan kue apa saja yang masih tersedia. Karena Orlan tidak lapar, makanya ia hanya meminta kue sebagai camilan.

"Sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu katakan." Noura menatap Orlan yang duduk di sebelahnya.

Orlan yang tengah membalas pesan Dafa, menoleh. "Sebentar." Ia pun mengetik secepat kilat dan mengirim pesan pada Beta-nya.

Noura menunggu. Pasti Orlan akan mengajaknya bicara. Orlan itu tidak akan mau menghabiskan waktunya sia-sia belaka.

Orlan menoleh pada Noura, mengelus lembut rambut Noura. Dengan tatapan penuh cinta yang selalu ia tujukan pada mate-nya.

"Apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan?"

Noura mengernyitkan dahinya. Kenapa Orlan balik bertanya? Memangnya apa yang harus ia ceritakan?

"Nancy, kah? Sepertinya aku sudah cerita tentang dia, kamu bahkan sudah bertemu." Noura memutar otaknya, memangnya apa yang belum dia ceritakan pada Orlan? Kecuali satu, tentang identitas asli dirinya. Oh, Ya Dewa. Noura seketika memelotot. Apakah Orlan memintanya untuk menceritakan tentang itu? Identitas asilnya? Masalah itu, belum waktunya untuk diungkapkan sekarang. Ia pun mengingat ucapan Arva, yang mengatakan Orlan curiga dengan identitas dirinya. Tidak boleh, jangan berpikiran negatif dulu. Mungkin bukan itu. Tapi apa?

Orlan menggeleng samar. Masa ia harus katakan terlebih dahulu. Ia hanya ingin mendengar pengakuan dari Noura langsung. Siapa tahu, ucapan Leon itu salah. Ia menyalipkan rambut Noura ke belakang telinga.

"Terus?" Noura menatap Orlan penuh tanya. Ia sungguh tidak tahu apa yang harus ia ceritakan pada Orlan.

"Orlan, sudah katakan saja. Aku sudah gak tahan ini pengin tahu kebenarannya. Kalau gak, ayo kita berganti shift." Jay gregetan. Orlan pakai kode-kodean segala. Kayak wanita saja. To the point, kan, lebih enak.

Orlan mendelik mendengar ucapan Jay. "Tidak Jay. Belum waktunya."

"Belum waktunya, belum waktunya. Sumpah Orlan. Aku bersumpah, Demi Moon Goddess. Jika nanti kau mengizinkan aku berganti shift di depan Noura. Aku gak akan mengizinkan kau mengambil alih tubuhmu ini, selama 1 bulan penuh. Lihat saja. Biar kau merasakan, apa yang selama ini aku rasakan!" Jay berteriak kesal. Gemas, gemas sekali dengan he-nya, yang selalu melarangnya bertemu dengan Noura.

Orlan mengerutkan kening. Bahaya, kalau Jay berkata seperti itu. Pasti akan benar-benar dilakukan oleh wolf-nya. Wolf-nya itu, kan, tegaan.

Jay berdecih. "Kau tidak sadar diri, hah? Kau juga tega padaku!" geram Jay, semakin gemas.

Orlan memegang kepalanya yang pening. Moon Goddess, tolong tutup moncong Jay yang tidak mau berhenti berbicara. batin Orlan. Mending kalau bicara suaranya pelan, ini kayak serigala kesetanan. Teriak-teriak mulu.

"Demi Moon Goddess, kau yang membuat aku teriak-teriak Orlan!" Jay semakin berteriak garang.

"Jay, berhenti berteriak. Aku ingin bicara pada Noura!" Orlan balas berteriak. Sampai terasa ngos-ngosan.

"Orlan, kamu kenapa?" Noura memegang tangan Orlan yang sedang memegang kepala. "Kamu sakit? Pusing?"

Orlan menoleh. "Ah, engga." Ia tersenyum, membuat Noura ikut tersenyum. "Ini, masalah Pangeran Vander. Aku dengar hari penobatannya dimajukan."

Noura terdiam sejenak. Seperti sedang menggali ingatannya. "Oh, iya, memang benar. Lalu kenapa?" Noura memiringkan kepala.

Orlan melongo. Kenapa dia bilang? Apa Noura lupa, kalau dia telah dijodohkan dengan Pangeran Vander?

"Perjodohan itu ....?" Orlan tidak sanggup melanjutkan pertanyaannya.

Noura memiringkan kepala, mencerna pertanyaan Orlan yang menggantung. "Oh, tentang itu." Ia termanggut-manggut. "Iya, memang kami dijodohkan. Menurut perjanjian, seminggu setelah Vander dinobatkan sebagai raja. Kami menikah." Noura mengerjapkan mata. Entar dulu, ia merasa ada yang aneh dengan ucapannya. Ia memandangi wajah Orlan yang terlihat syok.

Orlan terdiam. Kenapa Noura mengatakan hal seperti itu, tanpa beban sedikit pun? Apa Noura lupa akan kehadiran dirinya? Lupa dengan hubungan yang telah mereka jalani sejauh ini? Apakah ternyata cintanya masih bertepuk sebelah tangan? Ya Tuhan. Moon Goddess. Jelaskan padanya, berikan alasan padanya. Kenapa mate-nya merupakan vampire. Kenapa? Ini sampai kapan, cinta saya akan terus bertepuk sebelah tangan? batin Orlan mengeluh. Bahkan perkataan Noura yang terlewat santai, membuat Jay bungkam. Orlan mendesah pasrah.

"Tapi ...." Noura menatap Orlan lekat, Orlan menaikkan sebelah aslinya, menunggu perkataan Noura selanjutnya. "Sekarang Pangeran Vander sedang berada di Kerajaan Hamakua. Meminta penobatan itu diundur, sampai masalah di Kerajaan Appalachia selesai." Orlan wajahnya kembali cerah, mendengar penuturan Noura. Ingat cuma diundur penobatannya, bukannya dibatalkan perjodohannya. "Sebenarnya, pembicaraan mengenai perjodohan ini tidak ada kelanjutan. Aku saja tidak tahu, perjodohan ini masih berlaku atau tidak."

Senyum tipis terukir disudut bibir Orlan. Ingat, tidak ada kelanjutan. Bukannya dibatalkan. Jadi ada kemungkinan, suatu saat nanti, masalah perjodohan ini akan dibahas kembali. Ya, walaupun begitu. Orlan tidak peduli. Ia yakin dan percaya. Ia dan Noura memang ditakdirkan untuk bersama.

Orlan menegakkan badannya, menggeser tubuhnya menghadap Noura. Ia menarik tangan kanan Noura dan melihat cincin hitam yang masih bertengger manis di jari gadisnya itu. "Noura." Noura menatap Orlan. "Tolong, apa pun yang terjadi. Pilihlah aku. Aku mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Berikan kepercayaanmu padaku, sama seperti yang telah kulakukan selama ini." Ia mencium punggung tangan Noura.

Noura tertegun, mendengar ucapan Orlan. Entah kenapa, hatinya terasa menghangat. Ia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.

Orlan menatap Noura sangat dalam, terlihat dari mata biru lautnya yang menunjukan perasaan cinta, kerinduan dan terluka.

Noura tidak tahu harus menjawab apa. Ia mendekatkan dirinya pada Orlan dan memeluk tubuh lelaki itu. Ia hanya mengikuti nalurinya. Ia meletakkan kepalanya didada Orlan yang membuatnya sangat nyaman.

Orlan terkejut, tidak menyangka Noura akan memeluknya. Karena selama ini, ia lah yang memeluk Noura terlebih dahulu. Ia membalas memeluk Noura sangat erat. Walaupun Noura tidak membalas permohonannya dengan jawaban 'iya' atau 'tidak'. Dengan Noura yang memeluk dirinya. Bolehkan ia mengambil kesimpulan, bila Noura kelak akan memilihnya?







My Mate is a Vampire Princess
***********************************
28Desember2019

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 106K 52
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
1M 138K 47
"I'm Hanzel Lee Alpha of Dark Moon Pack reject you, Devia Alexander as my mate." Penolakannya terngiang-ngiang di kepalaku. Menghantarkan rasa bahagi...
695K 41.7K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
55.8K 6.6K 51
Auristela Lalisa menganggap pertemuannya dengan Alaska Sehun itu ialah sebuah kesialan. Namun waktu mempertemukan mereka secara terus-menerus hingga...