#5 A Drama (END)

happyfantasi tarafından

1.3M 46.4K 2.5K

Adult Story. Be Wise. Daha Fazla

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
EXTRA PART

Bagian 5

45K 1.9K 51
happyfantasi tarafından

Hari Sabtu malam, Angga mengajak Nara lagi untuk acara tunangan Adila, sepupunya, disana juga ada Aji dan Isti.

"Barengan lagi?" tanya Isti melihat Angga datang dan Nara bersamaan. Nara berjalan membuntuti Angga.

"kasian dia, di kos sendiri, dan aku masih berhak kencan gratis" Angga beralasan. Di acara ini Nara banyak berkomunikasi dengan keluarga Angga, karena mereka sudah beberapa kali ketemu.

"Beneran ga ada apa-apa dengan kalian?" tanya Arta ketika mereka sedang berdiri sesama pria dewasa.

"Ga ada Kak!" Jawab Angga dengan sedikit terkekeh.

"Dari sekian banyak cewek yang kamu bawa, cuma dia yang akrab sama keluarga kita." ujar Aji.

Angga menggelengkan kepala sambil melihat Nara dari kejauhan yang sedang menggandeng Nesa dan berbicara dengan Amar. Dan tak lama terlihat Amira ikut bergabung dengan mereka.

"Dia masih terlalu muda, kita beda sekitar 9-10 tahun." Angga memberi penjelasan ke sepupunya.

"Ga ada masalah dengan usia. Kalo cinta, mau bilang apa?" Abimana menanggapi.

"Jauh dari kriteria, Abim. Dia manja, kekanakan. Aku ga bisa!"

"Semua wanita pasti ingin dimanja. Lumrah!" celetuk Nares.

"Aku maunya wanita dewasa, yang bisa manjain aku. Capek manjain cewek terus!"

"Kamu cari istri atau cari Ibu?" balas Arya selaku adik kandung Angga.

"Kalo mau bermanja ya ke Ibu mu aja! Pergi ke Singapore!" sahut Reno, Ibu Arya dan Angga sekarang tinggal di Singapore sejak menikah lagi dengan warga Singapore.

"Udahlah! Ga usah campuri urusan ku yang satu ini! Aku bilang enggak, ya enggak!" Angga tetap bersikukuh dengan pendapatnya.

Yang lain hanya saling menatap, menggelengkan kepala dan menaikkan bahunya.

"Fourth, Done" ucap Nara.

"Terima kasih Byan"

"Mas"

"Iya"

"Ehmmmm..hari Sabtu ada jadwal?"

"Belum tau. Kenapa?"

"Kalo ga ada, Nara mau liat mini konser Band ABCD."

"Ok"

"Kalo bisa kabari Nara besok ya? Soalnya takut ticket nya sold out."

"Ok"

Minggu Pagi.

Nara melihat pesan masuk di poselnya.

Angga : Selasa malam jam 7 aku jemput, reuni, hitam-putih.

Nara : Ok. Yang Sabtu gimana?

Angga : Sabtu aku jemput jam 7 malam.

Hati Nara kecewa mendapat kabar terakhir.

Senin Sore.

Angga menelepon Nara.

Angga: Byan kamu masih di kampus?

Nara : Iya Mas, ini mau pulang.

Angga : Aku Jemput! Tunggu aku!

Saluran terputus sebelum Nara menjawabnya.

Tak lama ada motor yang mendekat ke arah Nara.

"Byan!" Panggil Angga.

"Mas Angga?!" tanya Nara tak kalah seru, dia terkejut Angga menaiki motor.

"Iya! Ayo pulang!" pinta Angga sambil memberikan helm.

"Tumben bawa motor?"

"Mulai pagi aku di jalan terus, macet kalo bawa mobil. Jadi aku berangkat bawa motor, tadi abis dari rumah sakit, kasih data karyawan yang harus medical cek up rutin, terus ke kantor lagi. Mau balik ingat kamu, sekalian lewat."

Nara naik di belakang, tas ransel Nara ditaruh ditengah. Mereka hanya terdiam, dan tak lama hujan turun. Angga menepikan motornya di sebuah ruko. Di sana juga ada beberapa pengendara yang sedang berteduh. Ternyata Angga tidak membawa jas hujan. Sudah 30 menit hujan belum berhenti, cukup lama mereka berdiri berjajar sambil membicarakan kegiatan hari ini.

"Byan, kita lanjut aja ya! Uda malem! Soalnya aku mau ke kantor lagi." ajak Angga.

"Terserah Mas aja!"

Dengan nekad mereka menerjang hujan.

Hingga mereka tiba di suatu rumah dimana Nara tak mengenali.

"Kita dimana Pak?" Tanya Nara sambil turun dari motor.

"Ke rumah bentar ya. Soalnya aku bawa dokumen penting. Takut rusak."

Angga mempersilahkan Nara masuk, tapi gadis itu tak bersedia masuk.
"Ga usah Mas. Bajuku basah."

Angga meninggalkan Nara diteras. Tak lama pria itu keluar dengan membawa kaos dan celana pendek.

"Kamu ganti dulu, dikamar mandi. Nanti kamu sakit. Abis ganti aku anter ke kos pake mobil."

Nara mengangguk patuh dan dia menuju kamar mandi yang di tunjuk Angga.

Kaos Angga tampak kebesaran di tubuh Nara, begitu juga dengan celana pendeknya, hingga dia menjepit dengan peniti.
'kaosnya harum, kalo kayak gini seperti didekap yang punya' batin Nara dengan menghirup aroma kaos yang dipakainya.

Nara melihat sekilas ruang keluarga dan ruang tamu.
"Sori berantakan! Yang bersihin lagi ijin, sakit katanya." Ucap Angga seperti tahu isi otak Nara.

Nara terkekeh, "kalo ga berantakan bukan cowok namanya."

Angga tersenyum melihat Nara memakai bajunya.
"Bajunya kedodoran." ucap Angga.

"Ga papa, daripada masuk angin"

Nara menunggu Angga diruang tamu. Dia melihat foto pernikahan yang masih menggantung di dinding. Angga terlihat sangat sempurna, begitu pula dengan wanita yang ada disampingnya, wanita itu terlihat feminim, anggun, cantik.

"Mantan istri! Mau aku turunin tapi ga punya tangga." Ucap Angga sambil memberikan sebotol air mineral.

"O...kirain belum move on!" Celetuk Nara.

"Maaf!" Nara menutup mulutnya, dia takut kalimat tadi menyakiti hati Angga. Karena selama ini Nara tidak pernah mencampuri urusan orang lain, terutama kehidupan pribadi.

Angga tertawa.

"Ga papa. Uda biasa di gitu in. Dia cantik sich, tapi sayang kita hanya bertahan 1 tahun lebih dikit. Saat itu aku tidak bisa memberikan kehidupan yang layak." Tanpa ditanya Angga bercerita sedikit tentang pernikahannya.

Nara hanya mengangguk.
"Mas, saya pulang dulu ya....Uda malam. Mas juga lembur ke kantor lagi kan? Lagian laper." Ucap Nara sambil mengelus perutnya.

Sontak Angga tertawa.
'Enteng banget bilang lapar' batin Angga.

Tak lama Angga mengantar Nara ke kos, mereka tak makan bersama. Karena Nara menolak dengan alasan ada sisa masakan di kos, mubazir, kalo ga dimakan. Dan Angga melanjutkan ke kantor.

Selasa malam Nara sudah rapi dengan dress terbarunya yang baru dibeli lewat online. Sudah jam 7 lebih Angga belum tiba.

Nara : Mas dimana? Hari ini jadi?

Nara mengirimkan pesan, karena biasanya pria itu tepat waktu, malah kadang sudah datang sebelum jam nya.
'Kalo ga jadi, ngomong donk! Aku mau liat pilem drakor.' batin Nara.

Jam 7.30 Nara menghubungi Angga.

Nara : Hallo, Mas dimana? Jadi ga?

Angga : Sori By ga jadi, aku ga enak badan.
(Terdengar suara Angga yang lemah tak bersemangat)

Nara : mas sakit?

Angga : biasa, flu. Sori ga ngabarin. Aku istirahat dulu ya...pusing!

Tanpa menunggu jawaban, Angga memutuskan komunikasi.

Nara tampak kuatir mendengar suara Angga yang sangat lemah, terdengar rapuh.
Dengan cepat Nara mengganti bajunya, sekarang dia hanya menggunakan celana jeans dan kaos. Dia meluncur ke rumah Angga diantar ojek online.

Rumah tak berpagar itu tampak sepi, lampu teras belum menyala. Nara mengetuk pintu utama, namun tidak ada respon. Dia pun membuka kenop pintu, yang ternyata pintu tak terkunci.
'kalo tinggal di kawasan elit ga pernah dikunci kali ya, mentang-mentang banyak cctv'

Nara melongok dengan kepala sedikit menjulur.

"Assalamualaikum!" Teriak nya.
Tetap tidak ada jawaban.

Perlahan Nara masuk dan menutup pintu.
"Mas!" Teriaknya lagi.
'kemana sich orang itu? Takutnya mendadak muncul ga pake baju! Kan kasian aku nya!' batin Nara.

Nara melihat sekeliling ruang tamu dan ruang keluarga yang masih berantakan seperti kemarin.
Perlahan dia membuka pintu kamar, tampak Angga sedang meringkuk.

Dengan langkah cepat dia menghampiri Angga.
"Panas banget!" Ucap Nara ketika menyentuh kening Angga.

Angga terkejut ada tangan seseorang di keningnya.
"Byanara?!" Tanya pria itu dengan suara parau, membuka matanya sedikit. Tak lama matanya menutup lagi, matanya terasa panas.

"Mas panas banget!" Nara mengusap lelehan air mata yang keluar dari sudut mata Angga.

"Mas uda makan?"
Angga menggeleng kepala.

"Pasti belum minum obat juga kan?"
Angga mengangguk dengan mata yang tetap terpejam.

Nara meninggalkan Angga, dia menuju dapur, membuka kulkas.
Gadis itu mengolah bahan yang ada di isi kulkas.

Nara berjalan lagi ke kamar dan dengan cueknya dia membuka lemari. Akhirnya dia menemukan saputangan.

Nara mengompres kening Angga dengan air hangat. Lalu dia melanjutkan ke dapur lagi.
Tak lama, dia sudah dikamar Angga dengan membawa semangkuk sup sosis dan wortel.

Dengan susah payah dia membangunkan Angga yang tak mau membuka matanya. Akhirnya Angga membuka matanya walaupun dengan malas.

"Aku suapin aja ya!" Pinta Nara, Angga hanya mengangguk.

Setelah menghabiskan setengah mangkuk sup, pria itu dipaksa minum obat. Akhirnya pria itu terlelap.

Jam 2 dini hari Angga terbangun, dia ingin ke kamar mandi.
Dia terkejut melihat Nara yang tertidur di kursi disamping ranjang, merebahkan kepalanya di pinggir ranjang sambil memegang kaki Angga.
Angga bergerak perlahan kuatir membangunkan Nara.

Dia juga terkejut ketika melihat rumahnya yang sekarang lebih rapi, lebih bersih. Nara juga membersihkan isi kulkas.

Angga kembali tidur, namun dia tak kembali ke kamarnya, dia tidur di sofa ruang keluarga.

Subuh dipagi hari Nara terbangun, dia sempat panik ketika Angga tidak ada di ranjangnya. Nara tersenyum saat melihat Angga tidur dengan meringkuk di sofa. Nara menyelimuti tubuh Angga.

'uda ga panas' batin Nara ketika dia menyentuh kening Angga.

Cap cay, tahu, tempe dan teh hangat sudah tersedia di meja makan.
Nara juga sudah mandi.

"Mas, bangun yuk! Waktunya minum obat." Nara menepuk lengan Angga perlahan.
Angga membuka matanya, dengan patuh dia menurut semua yang diucapkan Nara.

"Kamu yang bersihin rumah ini?" Angga membuka pembicaraan saat mereka duduk santai di ruang keluarga.

"Iya, maaf ya kalo lancang. Nara ga suka liat yang berantakan, apalagi sampahnya uda numpuk, malah buat sarang penyakit."

"Makasih ya. Kamu ga ke kampus."

"Uda selesai semua, tinggal nunggu ijazah. Mas sejak kapan sakit?"

"Tempo hari yang kujanan itu malamnya uda ga enak, aku paksain masuk soalnya ada meeting. Tapi jam 3 aku ijin pulang."

"Mas kayaknya ga bisa ujan-ujan."

"Iya, mesti langsung drop. Hari Jumat temani aku ke resepsi teman kantor,jam 7."

"Ok! Nara pulang dulu ya." Ucap Nara berdiri dan membereskan tasnya.

Angga berdiri dan mengambil kunci mobil, "Aku anterin!"

"Ga usah! Mas istirahat aja."

"Ga baik wanita pulang sendiri kalo ada pria nganggur."

"Mas! Istirahat! Besok harus masuk kerja, atau mau bolos lagi?!" Ucap Nara tegas sambil melotot seperti ibu yang memarahi anaknya.

"Ok! Ok!" Angga tersenyum.

Nara pun kembali ke kos.

Jumat malam Nara sudah berdandan dengan gaun hitam yang cukup anggun dan elegan. Dan kebetulan Angga juga memakai kemeja hitam.

Mereka tiba di suatu restoran yang cukup terkenal.
"Mas, ntar langsung makan dulu ya! Laper!"

"Sejak kapan belum makan?"

"Terakhir makan siang tadi."

Angga tersenyum sambil berjalan mendahului Nara. Selama acara resepsi tidak ada skin ship di antara mereka, Angga memperkenalkan Nara sebagai adik dari temannya.

Dan membuat Nara kembali ke kenyataan walaupun sedikit perih.

"Sixth Done" Ucap Angga dibalik kemudi.

"Uda ke enam ya?"

"Iya By, kemarin walaupun ga jadi ke reuni, karena kamu temani aku, masuk itungan kok."

"Besok jadi ?" tanya Nara, dia berharap Angga membatalkan dan dia bisa melihat konser dengan membeli tiket lebih mahal.

"Jadi Byan, aku jemput jam 7."

"Acara apa? biar ga salah kostum."

"Acara bebas, terserah mau pake baju apa. Be your self."

"Beneran?! Emang kita kemana?"

"Club, liat live music."

"Ada yang ulang tahun? atau acara apa?"

"Ga ada, pengen kesana aja."

Sabtu pukul 18.00 Angga sudah tiba di kos Nara.

Nara yang masih memakai baby doll terkejut saat membuka pintu.

"Katanya jam 7?!' tanya gadis itu.

"Buruan mandi! Berangkat sekarang aja!"

"Ih mas ini! Nara kalo mandi ga bisa buru-buru." Nara membantah sambil cemberut dan mengerutkan keningnya.

"Khusus hari ini harus buru-buru. Ga dapat tempat parkir." Angga membalas.

"Mas, Club nya aja baru buka jam 9 malam, kan bilangnya kemarin jemput jam 7."

"Mandi Byanara!"

Mau tak mau Nara masuk ke kamar mandi dengan menghentakkan kakinya.

Gadis itu muncul dengan crop tee dan celana jeans. Dan tak lama mereka berangkat.

Saat di jalan, Nara menyadari arah tujuan mobilnya bukan ke arah Club yang dimaksud.

"Mas! Kok lewat sini?!" tanya Nara kuatir Angga nyasar.

"Tadi katanya club baru buka jam 9, kita mampir ke tempat lain dulu ga pa pa kan?"

"Ok."

Hingga mobil Angga memasuki suatu gedung dengan kapasitas yang luas, dimana banyak sepeda motor mengantri. Dan terlihat banyak orang berjalan hendak memasuki gedung yang sama.

"Oh my God!" dia menutup mulutnya yang ternganga, matanya berbinar dengan detak jantung yang lebih cepat, dia tersenyum ke arah Angga.

"Apa?!" tanya Angga mencoba memasang wajah datar dan menahan senyumnya ketika melihat sekilas reaksi Nara.

"Mas Angga?" Nara melirik Angga dengan senyum simpul.

"Iya Byan?" ucap Angga dengan sapaan hangat.

"thanx Mas! So meaningfull! Tankio...Tankio..Tankio" ucap Nara dengan raut bahagia, senyuman terus terpancar di wajahnya.

Angga membelikan gelang untuk Nara dan dirinya sendiri, dimana ada tulisan tanggal momen Tour Band ABCD.

"Mas suka beli ginian?"

"Ini special moment, sama seperti Piala Dunia, aku mesti beli boneka maskot. Soalnya momen selesai, benda-benda ini juga ga bakal ada lagi." Ucap Angga dan memasangkan gelang ke tangan Nara, dan sebaliknya Nara membantu memasang gelang di pergelangan Angga.

Kebahagiaan Nara bertambah ketika saat memasuki pintu masuk. Karena kondisi yang sangat ramai, Angga menggenggem tangan Nara, gadis itu hanya fokus pada seluruh suasana pagelaran ini.

"Auuuw!" teriak Angga ketika Nara mengigit bagian tangannya.

"Ini bukan mimpi kan Mas?!"

"Byan, kayaknya kebalik dech! Yang mesti kamu gigit tangan kamu sendiri, bukan tangan aku" ucap Angga sambil meringis.

Nara hanya tersenyum dan mengusap bekas gigitannya.

"Kenapa sich kamu suka Band ini?"

"walaupun mereka re-cover lagu top 40, vokalisnya ganteng, sexy pula."

"Ganteng? perasaan lebih ganteng aku" sontak Nara melihat ke arah Angga dan tersenyum.

"terserah Mas aja lah! Yang penting Nara seneng." ucap Nara sambil melihat sekelilingnya, dimana para penonton semakin banyak, hingga agak berdesakan. Dengan kewaspadaan penuh, Nara diminta berdiri di depan Angga, sehingga dia bisa mengawasi dari kedua sisinya dan yang utama dari belakang.

Nara menikmati suguhan lagu-lagu yang dimainkan oleh Band ABCD, dia ikut melompat dan berjingkrak saat lagu yang dinyanyikan bertempo cepat sama seperti fans yang lain, Angga hanya tersenyum melihat betapa antusiasnya gadis itu, Angga juga menikmati konser itu dengan ikut bernyanyi.

Malam semakin larut, lagu yang dinyanyikan semakin melow, Band itu bisa membawa suasana dan perasaan ikut hanyut terhadap lagu yang dinyanyikan.

Dan ketika mereka menyanyikan lagu dari Padi, yang berjudul Begitu Indah.

............

Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena Byan, karena Byan
Begitu indah

Angga menggantikan kata dia menjadi Byan. Pria itu memberanikan diri memeluk tubuh Nara dari belakang, Angga bernyanyi tepat di telinga Nara. Angga tergoda sejak Nara berdiri didepannya, ketika Nara bergoyang hingga berkeringat, tubuh ideal Nara menumbuhkan suatu rasa yang berbeda di dalam benak Angga.

Gadis itu menoleh ke wajah Angga yang sudah bertengger dipundaknya, detak jantungnya tak karuan. Wajah mereka sangat dekat, Nara tersenyum mendengar lirik yang diubah Angga.

'Malam ini sungguh indah, bisakah kunikmati selamanya?' batin Nara.

Dan Nara juga merespon dengan menyandarkan tubuhnya ke dada Angga, rasanya kakinya lemas tak bertenaga akibat pelukan hangat, dan hal itu membuat pelukan Angga makin erat. Nara mengusap lembut lengan Angga, kadang memainkan jari-jari Angga. Mereka bergoyang kekanan-kekiri sambil berpelukan.

Dan mereka makin intim saat ada lagu Dia yang diciptakan oleh Anji . Angga bernyanyi di telinga Nara.

Di suatu hari tanpa sengaja kita bertemu
Aku yang pernah terluka kembali mengenal cinta
Hati ini kembali temukan senyum yang hilang
Semua itu karena Byan ( gadis itu menoleh, menatap mata Angga dengan tersenyum)

Oh Tuhan, kucinta Byan
Kusayang Byan, rindu Byan, inginkan Byan
Utuhkanlah rasa cinta di hatiku
Hanya padanya
Untuk Byan

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

202K 11.8K 36
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
2M 163K 26
Mati dalam penyesalan mendalam membuat Eva seorang Istri dan juga Ibu yang sudah memiliki 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa mendapatkan kesempa...
792K 10.5K 32
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
2.1M 17.5K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...