#5 A Drama (END)

By happyfantasi

1.3M 46.4K 2.5K

Adult Story. Be Wise. More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
EXTRA PART

Bagian 4

47.9K 1.9K 72
By happyfantasi

"Aku tunggu sini ya?!" ucap Angga

"Ok!" balas Nara.

Angga berdiri dengan bersandar dinding tak jauh dari departement store yang dimasuki Nara. Dengan sabar pria itu memantau dari kejauhan. Dan ternyata banyak pria yang bernasib sama dengan dirinya. Untuk membunuh jenuh dia bermain games yang tersedia di ponselnya.

"Pulang yuk Mas!" tiba-tiba Nara berdiri di depan Angga dan mengajak pulang.

Angga melihat tangan Nara yang tidak membawa apapun.

"Jadinya beli apa?" tanya Angga heran.

"Ga ada! Yang aku mau ternyata ga ada diskon."

"1,5 jam kamu seliweran didalam ga menghasilkan apa-apa?!" tanya Angga heran.

"Bajunya ternyata ga diskon! Lain kali aja kalo diskon. Yuk Balik!"

Suasana di mobil kembali hening.

"Masih bayangin baju tadi ya?"

"Emang belum jodoh, kalo jodoh, pasti uda di tangan Nara."

Angga terkekeh dan mengusap kepala Nara yang ada disampingnya. Darah Nara berdesir mendapat usapan lembut di kepalanya.

'Nara, jangan baper!' Nara membatin.

"Nanti malam jam 19.00 aku jemput ya, resepsi mantan." ucap Angga.

"Nanti?" Nara menoleh ke arah Angga dengan mata terbelalak.

"Ini uda jam 00.30 By, hari Minggu"

"Astaga.....Mas kok mendadak kasih taunya"

"baru tau juga dari group WA"

"Group WA para mantannya?"

Angga tertawa tebahak-bahak.

"ada-ada aja kamu, By. Dari WAG alumni kampus."

"O...kirain, Mas buat WAG untuk mantan, kali aja ada yang balikkan"

" Balikan? ntar permasalahannya sama, putus lagi, ga kelar-kelar donk"

*********************

Minggu jam 14.00

Nara baru saja membuka matanya, rasa kantuknya masih belum hilang.

Dia melihat ponselnya terdapat beberapa pesan masuk salah satunya Angga. Nara tersenyum sumringah.

Angga : Jangan lupa, jam 19.00 aku jemput.

Nara : Siap! 

Angga : Baru bangun?

Nara : iya, ngantuk banget, bangun coz laper, ini lagi makan, terus tidur lagi.

Angga: ASTAGA! perawan apa jam segini baru bangun? aku jam 9 aja uda bangun. Coba liat aku chat jam berapa?!

Nara : kan ini juga gara-gara Mas.

Angga : kok Aku?

Nara : kalo undangannya ga di Plaza itu, pasti kita ga liat midnight sale. (Angga membaca sambil tersenyum dan menggelengkan kepala)

Angga : Aku yang salah? Baiklah, Mas Angga yang ganteng ini minta maaf ya.... Jangan lupa, nanti aku jemput.

Nara : Iya, jam 19.00 uda siap menanti Mas Ganteng. 😝

'Bocah!' batin Angga tersenyum membaca pesan dari Nara yang ditambah emoticon.

Jam 18.30

Angga sudah tiba didepan kamar Nara.

"Belum jam 7" ucap Nara setelah membuka pintu kamarnya dan berbalik ke cermin untuk berdandan.

"Kan aku ga mau rugi!"

"Gratis kali!" ucap nara sambil memutar bola matanya

Angga tertawa mendengar ucapan Nara.

"By, ntar yang mesra, supaya mereka yakin kalo kamu pacar aku"

Nara menoleh ke arah Angga, " jadi ntar Mas minta di apain?"

"terserah kamu dech, kalo aku yang aneh-aneh kamu nya yang marah."

"Ga bakal! it's just a Drama, Mas." balas Nara.

"Ok, ntar aku liat situasinya."

Setelah melewati jalanan yang cukup ramai, mereka tiba di salah satu gedung serba guna.

"Now Action!" ucap Angga saat membuka pintu penumpang.

Nara terkekeh dan memukul badan Angga. Tanpa diperintah, tangan Nara memegang lengan Angga. 

"Mas ngapain datang ke resepsi mantan?" tanya Nara sambil berjalan menuju pintu utama.

"Kalo ada undangan, hukumnya wajib datang. Lagian ntar kalo ga datang, dipikirnya aku belum move on, atau aku marah. Padahal kita uda break waktu jaman kuliah dulu."

Angga menyapa beberapa tamu yang dikenal sebagai teman kuliahnya, tentu saja dia juga mengenalkan Nara sebagai kekasihnya. Nara pun tak keberatan, ini hal biasa, customer nya sering mengklaim Nara sebagai kekasih.

Banyak di antara mereka menilai Angga dan Nara sangat serasi.

"Yuk salaman ke mempelai!" Nara memotong pembicaraan. Angga pun menyetujui ajakan Nara. Mereka mengantri untuk bersalaman, dan Angga melingkarkan lengannya di pinggang Nara. Pria itu memainkan jempolnya membuat Nara geli.

"Mas geli" bisik Nara di telinga Angga, hingga dia bisa mencium aroma segar tubuh Angga.

"Berarti cowoknya cakep" balas Angga dengan berbisik, dan berhenti memainkan jempolnya.

"Ga ada hubungannya" bisik Nara lagi, dan menghirup aroma Angga. Rasanya gadis itu tak bosan dengan aroma Angga.

"Kamu wangi, aku suka" puji Angga dengan masih berbisik. Pujiannya membuat hati Nara berbunga. 'Ini Drama Byanara!' Nara mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak terbuai.

"Playboy Kadal!" ucap Nara menggerutu yang masih didengar Angga. Dan Angga pun mencubit pinggang Nara.

"Mas!" pekik Nara lirih, dengan mata melotot bentuk protesnya, sedangkan Angga hanya tersenyum.

"Pake parfum apa sich?" 

"Asli ini Mas"

"iya apa?"

"minyak kapak" bisik Nara sambil menahan senyum.

Angga mencubit lagi pinggang Nara.

"Mas Anggaaaaa!" Nara merengek manja dengan tatapan memohon, Angga tersenyum dan membenturkan sebelah kepalanya ke kepala Nara dengan pelan. Hingga mereka berdiri didepan mempelai.

Si Mantan Angga selaku pengantin wanita mengatakan bahwa Angga dan Nara adalah pasangan yang serasi. Nara menanggapi hanya dengan senyuman, sudah biasa baginya mendapat pujian serasi dengan yang ini, serasi dengan yang itu. Begitu juga dengan Angga, dia hanya bisa tersenyum.

"Kencan gratis pertama selesai!" ucap Nara didalam mobil.

"Masih 6 kali lagi By"

"Sabtu depan aku ada job. Sori Mas!"

"Ok, event apa?"

"Kondangan, di Gedung PPP."

"Dijemput?"

"Janjian di balaikota."

"Aku jemput di kos, aku anter ke balaikota."

"ga usah! ngapain?"

"Aku ga mau 6 kencan ku gagal karena kamu kenapa-kenapa. lagian kok ga jemput di kos sich?"

"Mas kan tahu, Kalo mobil ga bisa nyampek di depan rumah. Berenti dulu di depan kampung. Ketemu rumah kos, terus masuk lorong sempit lagi. Mereka ga mau ribet."

"Itu bukan lelaki sejati" umpat Angga.

"Minggu nya ulang tahun Nesa" lanjut Angga.

"Iya, aku juga di undang"

"Ga masuk itungan yang taruhan lho" ucap Angga.

"Ok! aku berangkat sendiri"balas Nara

"Aku jemput Byan" 

"Kalo jemput, termasuk ke hitungan taruhan" ucap Nara santai.

"Kan kamu enak, antar jemput gratis"

"Jemput, masuk hitungan. Ga jemput, ga masuk." Nara tetap pada pendiriannya.

"OK! Ok!" ucap Angga mengalah.

**************

Sabtu jam 18.00 Angga sudah tiba di kos Nara, mereka menuju balaikota.

"Berapa jam?" tanya Angga sambil mengemudi.

"2 jam"

"Jam 9 malam uda di sini?"

"ya kurang lebihnya jam segitu" 

Nara menjalani dramanya, dan sebelum pukul 21.00 Angga sudah tiba menunggu Nara. Tak lama terlihat Nara turun dari mobil, lalu beralih ke mobil Angga.

"Mas uda beli kado?"

"Belum! Besok temani beli kado dulu ya?"

"Ok! Mau beli apa untuk Nesa?" tanya Nara

"Baju mungkin"jawab Angga.

"Beli mainan aja!"

"Ibu nya bilang baju aja"

"Mas, yang ulang tahun kan Nesa, pasti dia lebih suka di belikan mainan dari pada baju."

"Ya udah, terserah kamu aja."

Minggu Jam 13.00

"kan undangannya jam 4 sore!" ucap Nara setelah tahu Angga yang berdiri di balik pintu kamar kosnya.

"katanya mau beli kado dulu. Belum mandi ya?" Angga duduk di bibir kasur Nara.

"It's Sunday! lazy time Sir!" balas Nara yang duduk di lantai berhadapan dengan meja kecil dimana ada laptop di atasnya.

"Abis ngerjain skripsi?" tanya Angga melihat Nara yang asyik dengan laptopnya.

"Uda selesai, cuma revisi kata-kata aja ada yang typo"

Angga merubah posisi duduknya, mendekati Nara.

Angga duduk dipinggir ranjang, dimana dua pahanya mengapit tubuh Nara yang duduk dibawahnya.

"itu kurang huruf a" ucap Angga dengan membungkuk, dada Angga menyentuh punggung Nara, membuat tubuh Nara berdesir. 'Dasar Orang Ganteng! Ada aja caranya!' Nara membatin. 'Posisi ini ga sehat untuk jantung, bisa mati muda' lanjut Nara dalam hati.

Usai menambah huruf yang dimaksud, Nara mematikan lappy nya. Dia tak mau terlalu lama dengan posisi seperti ini. Dia menjauh dari tubuh Angga. Dan melanjutkan ke kamar mandi. Meninggalkan Angga yang duduk terdiam sambil melihat acara TV.

Jam 14.00 mereka tiba di Plaza, langsung menuju toko mainan.

"Mbak, boneka yang lagi hits apa?" tanya Nara kepada salah satu SPG.

"Anak ibu usia berapa?" SPG berbalik tanya.

"Hm?" respon Nara seakan tak percaya yang di ucapkan SPG. 'Apa aku seperti ibu-ibu?' batin Nara.

"Anak kita usia 4 tahun" celetuk Angga. Dengan spontan Nara melihat Angga dan mengernyitkan dahinya. Angga menatap dan menaikkan dua bahunya.

Usai membeli boneka dan membungkusnya di toko, mereka melanjutkan ke salah satu restoran yang ada di Plaza itu juga.

Terlihat keluarga besar Angga sudah berkumpul. Aji dan Isti menyambut kedatangan mereka dengan tatapan heran dan tanda tanya. 

Nara masuk lebih dulu dan berjalan menuju Nesa yang selalu menjadi pusat perhatian di keluarga itu. 

"Barengan?" tanya Isti yang tanpa basa-basi ke Angga.

"Iya, aku jemput Byan" ucap Angga sambil mencium pipi Isti.

"Ok, aku punya banyak waktu mendengar cerita kak Angga" ucap Aji. 

Angga bercerita mengenai hubungannya dengan Nara, dan taruhannya juga.

"Hanya itu! Kita ga ada apa-apa! Setelah itu, selesai!" ucap Angga.

"OK" ucap Aji hanya memanggutkan kepala.

Isti hanya tersenyum dengan penuh keraguan. Dia kuatir Nara mempunyai rasa 'lebih' terhadap Angga.

Usai melewati pesta kecil untuk Nesa, Nara dan Angga berpamitan.

"Done, for second date!" ucap Nara sambil mendaratkan pantatnya di mobil.

Setelah itu tidak ada komunikasi di antara mereka. Sesekali Nara melamunkan wajah tampan Angga.

'Jangan harap lebih Nara, cuma kencan satu malam, hingga 7 kali meet up, dia dewasa, butuh wanita dewasa, bukan gadis seperti kamu.' Batin Nara saat melihat ponselnya berharap ada nama Angga mengirimkan pesan padanya.

Hingga ponselnya berdering. Dia tersenyum sumringah.

"Assalamualaikum Mas nya Nara" ujar Nara menyambut VC dengan sesorang disana.

Si pria membalas salam.

"Mas kapan balik? Kangen!" ucap Nara dengan rengekan manja.

"Mas juga kangen, Mas pengen pulang. Tapi ga bisa, mungkin 2 bulan lagi ya. Sabar ya manis."

"Ga pa pa Mas. Liat Mas lewat ini Nara uda seneng kok. Jangan lupain Nara!"

"Ga mungkin mas lupa sama sayangnya Mas. Kamu kapan wisuda?" tanya si pria.

"Sabtu" jawab Nara.

"Maaf ya sayang, Mas ga bisa hadir."

"Ga pa pa, yang penting Mas sehat, bisa pulang!"

Dan seperti biasa, pria itu menutup sambungan komunikasi setelah melihat Nara tertidur.

"Kamu belum bicara tentang hubungan kita?" tanya si wanita.

"Aku ga sanggup. Aku merasa bersalah besok Sabtu ga ada di sisinya."

"Terserah kamu aja lah" ucap si wanita dengan ketus.

Si Pria melepaskan nafas dengan kasar.

"Yuk kita jalan aja ya." Ucap si Pria dengan nada lembut, mengulurkan tangannya, wanita itu pun tersenyum dan menyambut uluran tangan sang pria.

"I'm Sorry. I really obsessed with you."

"It's Ok, aku juga minta maaf" Si pria mencium lembut bibir si wanita.

*****************

Nara : Just Info! Sabtu Nara wisuda, jadi ga bisa temani mas.

Angga : Ok, selamat ya

Nara : Thanks

Angga : Wisuda di kampus kan? Berangkat ama sapa?

Nara : Iya, di kampus

Angga : sama sapa?

Nara : 😢

Angga : kok gitu? kenapa?

Nara : Nara kan sendiri di kota ini

Angga : Aku temani boleh?

Nara : Mas ga ada acara?

Angga : Free

Sabtu pukul 08.00 Angga sudah menjemput Nara di salon rumahan yang berada di ujung kampung.

"Gimana Mas? cantik ga?" tanya Nara dengan memberikan senyum terbaiknya.

"B"

Nara langsung cemberut mendengar penilaian Angga tentang dirinya, sedangkan Angga tersenyum sudah berhasil mengerjai Nara.

"Rasanya sia-sia ngeluarin duit ke salon tadi" ucap Nara saat di mobil

"Kenapa?"

"ternyata B aja"

"B means Beautiful, sweetheart" ucap Angga melihat sekilas ke arah Nara yang masih cemberut.

"B means Bohong" balas Nara dengan melihat kaca jendela di sampingnya.

"Beneran! Kamu cantik!" 

"Playboy!" ucap Nara sambil menggelengkan kepala. 'Jangan terbuai Nara! Masih ingat wajah para wanita cantik yang pernah digandengnya?! Kamu ga ada apa-apanya!'

Usai Wisuda

"Selamat ya, uda ada gelar Sarjana nya" ucap Angga saat mereka bertemu di luar gedung. Angga memberikan sebuket bunga untuk Nara.

"Wow! Bagus banget! Makasih Mas!" mata Nara berbinar menerima bunga.

'Cie...Nara!'

'Pacarnya ya Ra'

'Langsung bungkus?!'

Teman Nara menyoraki ketika melihat interaksi Nara dan Angga.

"Apaan sich?!" hanya itu diucapkan Nara

Gadis itu tersipu dan menahan senyum. Sedangkan Angga malah memberi anggukan ke arah teman-teman Nara.

"Byan, Rabu malam jam 7, aku jemput ya?" ucap Angga saat melajukan mobilnya menuju kos Nara.

"Acara apa Mas?"

"Ulang tahun teman, smart casual aja." jawab Angga.

"Ok!"

Tepat jam 7 malam Angga menjemput Nara.

"Sori telat!" ucap Angga ketika Nara membuka pintu kos,  Angga menaikkan alisnya sambil menilai penampilan Nara.

"Jelek ya Mas?! Aku ganti bentar ya?" sahut Nara ketika melihat Angga dengan mimik keraguan.

"Ga papa! Gini aja! Ga keburu jamnya!" balas Angga cepat.

"Sekarang aku jadi apa?" tanya Nara 

"Ga jadi apa-apa, temani aku aja." jawab Angga.

Nara hanya menggangguk.

Mereka pun meluncur ke salah satu hotel dengan layanan restoran di rooftop, di situ juga ada skypool dimana ada beberapa orang yang berenang.

Angga berjalan didepan Nara, gadis itu membuntuti. Nara merasa saat itu dirinya salah kostum.

Seluruh wanita yang hadir menggunakan dress atau rok berbahan kain. Sedangkan Nara memakai overall jeans di atas lutut, dengan dalaman abu muda. 

'mereka pulang kantor langsung kesini kali, ga sempet ganti baju.' Nara menghibur dirinya sendiri. 

Untuk sepatu, para wanita menggunakan heels atau stilleto, sedangkan Nara flat shoes.

"Mas kok ga bilang kalo pakai dress atau rok?" tanya Nara ketika menyadari perbedaan yang sangat mencolok.

"kan aku uda bilang smart casual!" bela Angga.

"Ini aku juga smart casual kalo di kampus" balas Nara lirih.

Angga tidak menjawab, dia menuju ke 3 pria yang sedang berdiri di dekat meja bartender.

"Angga..akhirnya bisa datang! Sama sapa?" tanya seseorang ketika melihat Nara yang berdiri di belakang Angga.

"Dia Byanara" sambil menunjuk Nara di belakangnya. Nara hanya melambai tangan dan menggukkan kepala. Angga asik berbincang dan mengabaikan Nara yang hanya berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

Nara berpamitan duduk ditepi kolam renang, dimana ada bangku kosong. Dia duduk sendiri sambil melihat sekeliling. Sebenarnya dia pengen mengabadikan momen ini dengan ponselnya. Tapi rasanya tidak sopan, dan gengsi tentu saja.

Dari kejauhan dia melihat Angga menatap seorang wanita dengan penuh minat. Dan tak lama pria itu menghampiri sang wanita. Rasanya terjadi perbincangan yang hangat, keduanya tampak tersenyum, hingga terbahak yang suara tawanya bisa didengar oleh Nara. Entah kenapa hati Nara terasa sakit.

'Just a drama. Jangan main perasaan Nara!' batin Nara, lalu gadis itu menoleh ke arah yang lain.

Tak ada seorangpun yang menyapa Nara. Jelas tidak ada, karena dia berada di generasi yang berbeda. 

'Kalo seandainya ada yang ngajak ngomong, kamu mau ngobrol apa? rasanya ga ada yang nyambung!' batin Nara.

Nara menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskan secara perlahan. Dia bangkit dari bangku dan berdiri di dekat pagar. Disana dia bisa melihat gemerlap lampu kendaraan yang ada dibawah gedung.

"Byan! Yuk kesana!" panggil Angga yang tak jauh dari tempat dia berdiri.

'Akhirnya dia sadar kalo ada aku' batin Nara sambil memberikan senyum palsunya.

Saat makan, Nara mencuri pandang melirik Angga yang ada di sebelahnya. Namun pria itu asik bicara dengan wanita yang sengaja duduk di sebelah Angga disisi yang lain. Hingga acara usai tak ada yang mengajak Nara bicara.

'Apakah karena salah kostum aku ga di ajak bicara?' Nara menafsir dengan pemikirannya sendiri.

"Done, for third" ucap Nara saat memasuki mobil Angga.

"Terima kasih" balas Angga.

Mereka tetap terdiam, Nara yang masih sakit dengan pemandangan yang diliatnya tadi. Sedangkan Angga masih membayangkan wanita yang ada disebelahnya saat makan malam.











Continue Reading

You'll Also Like

307K 12.5K 32
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
164K 11.9K 26
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
790K 10.5K 32
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
323K 13.5K 42
Typo bertebaran, harap tadaniā— Cinta pada pandangan pertama memang sebuah anugrah yang Tuhan berikan bada suatu hambanya. Tetapi tidak semua orang bi...