My Mate is a Vampire Princess...

By Stevanyla

296K 21.4K 571

(Fantasy Story) -Belum direvisi- Bukan lagi rahasia umum, jika bangsa vampir dan manusia serigala itu tidak... More

Memulai (Versi Revisi)
Sejarah Singkat
I... Alpha
II... Speechless
III... I'll Be There
IV... Fragile Heart
V... Ramalan
VI... Cincin Hitam
VII... Moonlight
VIII... Reject?
IX... A Hard Day
X... Mengajak Pergi
XI... A Hope
XII... Menerima Takdir
XIII... Bagaimana ini?
XIV... Pergi Ke Mana? (Versi Revisi)
XV... Redwood Pack (Versi Revisi)
XVI... Pretend Didn't Know
XVII... Rindu
XVIII... Kerajaan Appalachia
XIX... Day By Day
XX... Unknow
XXI... Everything Will Be Ok
XXIII... Long Night
XXIV... I Will Do
XXV (a)... Pencarian Bukti
XXVI (b)... Pencarian Bukti?
XXVII... Cruel
XXVIII... One Day
XXIX (a)... Heartless
XXX (b)... Heartless
XXXI... Diambang Batas Kesabaran
XXXII... Memories (Versi Revisi)
XXXIII... Terungkap?
XXXIV... This is Time
XXXV... Now You Know
XXXVI...Not Over Yet
XXXVII... Chaos and Sword
(Special Part) Everyday, I Love You
XXXVIII... Something Right
XXXIX... Dream Come True (Versi Revisi)
XL... Blood Moon
XLI... The Winter Feel Warmer
XLII... How Could It Be?
XLIII... If You Ask, "Why?"
XLIV... Poison on Your Head
XLV... Throw Them to Hell (Versi Revisi)
Epilog

XXII... Mengingat Kembali

3.9K 328 7
By Stevanyla

Peringatan kematian Raja Alison, Ratu Cassie dan Putri Lucia ke-327. Sekaligus mengingat kembali sejarah perang kedua antara Bangsa Vampire dan Bangsa Werewolf yang terjadi pada tahun 1689-1692.

Ketiga vampire tersebut tewas saat tahun 1692. Tahun yang merupakan puncak konflik terjadinya perang, yang memakan banyak sekali korban.

Pemakaman terletak di belakang istana. Setiap tahun warga vampire akan datang ke makam ketiga vampire paling penting di dalam sejarah Kerajaan Appalachia. Vampire murni dari keluarga Walton.

Dari sore sampai malam hari, makam dipenuhi oleh vampire. Mereka sangat menghargai jasa Raja Alison, Ratu Cassie dan Putri Lucia yang telah mengorbankan nyawa, demi menyelamatkan ratusan nyawa warga vampire.

Tak terkecuali, Raja Carlen, Ratu Letizia dan Putri Noura yang sedang berdiri tak jauh dari makam. Mereka menunggu sampai semua vampire meninggalkan makam tersebut.

"Menyedihkannya diriku. Kasihan Noura, do'a dari warga vampire untuknya tidak pernah sampai. Karena mereka menyebutkan namaku." Noura menatap sendu ke arah makam Putri Lucia yang bersebelahan dengan Ratu Cassie.

Ratu Letizia merangkul bahu Noura, memberi kekuatan. "Noura mengerti. Dia tidak marah padamu."

Raja Carlen berdeham. Ia mengingatkan Ratu Letizia dan Noura, kalau mereka sedang berada di luar istana. Bahaya jika ada yang mendengar.

➡️➡️➡️

"Sekarang makhluk immortal sedang diguncang oleh kabar yang menyatakan, Putri Noura yang sekarang sebenarnya merupakan Putri Lucia," ucap Dafa, seperti biasa memberikan informasi yang ia dengar.

Saat ini mereka sedang berada di ruang kerja Orlan. Terdapat juga Arva dan Devin.

Orlan mengerutkan keningnya. "Kenapa mereka beranggapan seperti itu?"

"Iya, kenapa?" Arva menghentikan aktivitas men-scroll layar ponselnya.

"Ah, soal itu. Aku juga mendengarnya, dari bangsa elf dan mermaid," kata Devin. Jangan heran, mate-nya merupakan Elf. Dan Devin merupakan salah satu werewolf yang berteman baik dengan semua makhluk immortal.

"Kata Aaron, pembicaraan mengenai tingkah laku Putri Noura yang mirip sekali dengan Putri Lucia, itu sudah beredar lama di istana." Dafa mengatakan semua yang ia dengar dari Aaron.

"Tingkah laku?" Arva menunjukkan ekspresi seperti kebingungan. Alias, pura-pura bingung.

"Iya, itu. Tingkah laku Putri Noura yang sekarang. Saya bicara seperti ini, karena saya sangat mengenal keduanya," kata Devin. Ia mengingat kejadian sebelum perang kedua, saat ia diutus untuk datang ke Kerajaan Appalachia bersama dengan Alpha Jorge --saat itu Orlan belum diangkat menjadi seorang Alpha, Orlan menjadi Alpha setelah perang. Saat itu, ia memang bertemu dan berbincang dengan kedua tuan putri kembar dari Kerajaan Appalachia. Dan setelah itu, ia sering bertemu dengan keduanya.

"Saya hanya pernah bertemu dengan mendiang Putri Lucia, dia memiliki kepribadian yang ceria. Makanya saya sedikit terkejut, waktu itu, untuk pertama kalinya bertemu dengan Putri Noura. Saya pikir dia Putri Lucia." Dafa kembali mengingat pertemuannya dengan mendiang Putri Lucia, sebelum perang kedua terjadi. Dafa juga heran, saat bertemu dengan Putri Noura di cafe --hari yang sama, saat Alpha-nya menyatakan kalau wanita vampire itu ialah, mate-nya--, Putri Noura langsung mengenali dirinya. Ia bersumpah demi Tuhan, itu pertama kalinya dirinya bertemu dengan Putri Noura.

"Hmm... mereka anak kembar identik. Wajah mereka memang sama. Tapi kepribadiannya belum tentu sama. Pasti berbeda," ujar Arva. Seketika ia mengutuk mulutnya yang asal bicara. Apakah ucapannya tadi, terdengar seperti sedang menggiring opini agar ketiga werewolf itu, curiga pada Lucia? Astaga, tidak boleh terjadi. Bukannya ia takut mati ditangan Raja Carlen, hanya saja, ia akan merasa menyesal seumur hidup, karena tidak menepati janjinya dengan Lucia. Pasti akan ada waktunya, kebenaran ini langsung diungkapkan, baik oleh Raja Carlen atau Lucia sendiri.

Orlan terdiam. Ia juga merasa aneh. Jelas sekali diingatannya, ia pernah bertemu dengan Noura sebelum terjadi perang kedua. Saat itu, umurnya 118 tahun dan ia telah memiliki wolf. Tapi ia tidak mencium atau merasakan mate dalam diri Noura. Tapi kenapa sekarang, ia bertemu dengan Noura, ia merasakan dan mencium kehadiran mate. Bahkan membuat jantungnya berdetak kencang dan Jay mengklaim bahwa Noura ialah mate mereka.

"Saat hari tewasnya Putri Lucia, Leona melihat dengan kedua matanya. Kedua Tuan Putri kembar itu, memakai baju yang sama," tutur Devin. Ia menyampaikan semua informasi yang ia dengar dari Leona --salah satu saksi mata dan merupakan mate-nya. Leona salah satu teman Putri Lucia. Putri Lucia memang terkenal berteman baik dengan semua makhluk immortal.

"Apa semua ini sudah direncanakan?" tanya Dafa. Keningnya berkerut, sangat pusing.

Orlan menghela napas panjang. Ternyata kecurigaannya memang benar. Ada kemungkinan Putri Noura yang sekarang merupakan Putri Lucia. Ia harus mencari tahu, tapi ia tidak akan bertanya langsung pada Noura. Tapi ia yakin, suatu hari nanti Noura pasti akan menceritakan semua padanya. Sekarang yang perlu ia lakukan ialah, menunggu dengan sabar.

"Orlan, bila benar, selama ini dia berpura-pura menjadi kembarannya. Apa kau akan marah padanya? Karena dia tidak menceritakannya dari awal pada kita?" Jay bertanya dengan nada gusar. Ia hanya takut, Orlan khilaf. Dan akhirnya, memutuskan ikatan mate diantara mereka.

Orlan bungkam. Pertanyaan Jay sangat menohok. Ia tidak tahu, tapi untuk apa ia marah? Pastilah Noura atau mungkin Lucia, punya alasan tersendiri. Mungkin menyangkut nyawa? Atau apalah itu.

➡️➡️➡️

"Putri Noura." Noura menoleh, tersenyum melihat Vander yang berjalan menuju ke arahnya, seraya membawa sebuket bunga mawar biru kesukaan Putri Lucia. Ia sempat menampakkan wajah sedih, seharusnya bunga mawar merah, bukan biru. Biru merupakan kesukaannya.

Ia menatap sendu bunga mawar yang Vander letakkan di atas makam Putri Lucia. Ia berpikir, apa reaksi Vander bila tahu, yang meninggal merupakan Putri Noura, bukannya Putri Lucia? Pastilah Vander sangat kecewa padanya. Bukan hanya Vander, tapi seluruh warga vampire. Ia yakin itu.

"Sudah lama sekali. Aneh rasanya. Kenapa setiap ke makam ini, rasanya hatiku hancur. Padahal ini merupakan Putri Lucia." Pangeran Vander membuka percakapan, setelah selama beberapa menit mereka berdua diam di samping makam, hanya menatap sedih ke arah batu nisan.

Noura tersenyum getir. Ia tahu, apa maksud dari ucapan Vander.

"Aku mencintai Putri Noura. Bukannya Putri Lucia. Tapi kenapa rasanya hatiku selalu hampa, padahal setiap hari aku bertemu denganmu." Pangeran Vander melanjutkan ucapannya. Tersenyum samar pada Noura.

Noura bungkam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Mungkin karena Vander sangat mencintai kembarannya itu, makanya Vander dapat merasakannya?

"Hm... selamat sore. Maaf mengganggu kalian." Noura dan Vander menoleh ke arah sumber suara, telah berdiri Darren seraya memegang buket bunga mawar putih. Ia tersenyum manis, pada kedua vampire yang berdiri kaku di samping makam Putri Lucia.

"Kenapa kalian menatapku seperti sedang melihat hantu." Darren tidak mempedulikan tatapan tajam yang diberikan Vander padanya, dan tatapan penuh tanya Noura. Ia berjalan menuju ke sisi samping makam, bersebrangan dengan keberadaan Noura dan Vander.

"Pangeran Darren?" Akhirnya Noura dapat mengeluarkan suara. Setelah ia terkejut akan kehadiran Darren, yang telah lama tidak ia temui.

Pangeran Darren tertawa. "Panggilan itu, apakah masih cocok untukku?"

Noura hanya memutar bola matanya malas. Sejak kematian Putri Lucia, Darren tidak mau dipanggil dengan sebutan Pangeran. Tidak ada yang tahu apa alasannya.

"Kenapa kau membawa mawar putih? Putri Lucia menyukai mawar biru, apa kau lupa?" Pangeran Vander heran. Tatapan tajamnya, masih tersorot pada Darren. Ia tidak terima, apa maksud Darren?

Pangeran Darren tertawa, matanya berkilat jenaka. "Oh ya? Sungguh aku tidak lupa. Tapi entah kenapa, tadi aku sangat ingin membeli mawar putih."

Noura menaikan alisnya. Curiga dengan ucapan Darren yang terdengar ambigu dan sarkatis.

Pangeran Vander mendengus. Malas memperpanjang masalah ini. "Kenapa kau kemari?"

"Santai, Kak, santai." Pangeran Darren berjalan mendekati mereka berdua. Ia tersenyum manis pada Noura. "Senang bertemu dengan Anda kembali, Tuan Putri."

"Senang juga bertemu dengan Anda, Pangeran Darren." Noura tersenyum manis.

"Anda sangat manis. Bertambah cantik seiring jalannya waktu." Pangeran Darren mengedipkan sebelah matanya. Noura terkekeh.

"Apa tujuanmu ke sini, Darren?" geram Pangeran Vander.

"Mengunjungi makam Putri Lucia. Ingin bertemu dengan Putri Noura, dan tentunya juga kau, Kak," ucap Pangeran Darren, santai.

Pangeran Vander menghela napas panjang, ia tahu betul. Pasti ada maksud terselubung dari kedatangan Darren ke sini. Setelah perang kedua, lebih tepatnya setelah kepergiaan Putri Lucia, adiknya itu tidak pernah mau datang ke sini. Dan entah ada angin apa yang membawanya ke sini. Pasti ada tujuannya, bohong kalau tidak. Jangan lupakan ucapan Raja Carlen, yang mendengar percakapan Ferin dengan Darren. Bisa jadi, Darren menjadi mata-mata untuk Ferin. Harus waspada.

Ketiga vampire itu tidak ada yang menyadari. Jikalau Nancy berdiri di balik pohon yang tak jauh dari makam. Memperhatikan dan mendengar semua percakapan mereka. Nancy tersenyum miring, melihat Darren yang telah kembali. Ia mencemooh Darren yang masih terlihat mencintai dan merindukan Lucia. Ia mengatai Darren, "Menyedihkan." Awalnya, ia berniat untuk bergabung dengan ketiga vampire yang ada di sana. Namun, ia mengurungkan niat.

➡️➡️➡️

"Tapi entar dulu. Pertanyaan terbesar saya selama ini, yang tidak kunjung mendapatkan jawaban. Diantara Pangeran Vander dan Pangeran Darren, siapa yang merupakan half vampire dan half penyihir? Jangan lupakan fakta, bahwasanya Ratu Janneva itu berasal dari Keluarga Ventura." Dafa wajahnya terlihat sangat pusing. Keningnya berkerut dalam. Hanya inilah, pertanyaan yang tidak pernah dijawab oleh Aaron. Karena Aaron juga tidak mengetahui. Ia juga tidak tahu, Aaron benar-benar tidak tahu atau pura-pura tidak mengetahui.

Arva menoleh, menatap Dafa yang duduk di sampingnya. "Iya, benar. Hei, jangan lupa, Ratu Cassie berasal dari Keluarga Spencer. Raja Carlen sudah terbukti, merupakan vampire murni, tidak memiliki darah sihir. Jadi darah sihir itu mengalir pada mendiang Putri Lucia atau Putri Noura?"

"Ini dia, pembicaraan yang sangat memusingkan. Tidak ada yang tahu tentang ini, terkecuali keluarga itu sendiri. Maksudnya yang tahu, pastinya hanya Keluarga Walton, Carlton, Spencer dan Ventura. Bahkan para petinggi dan warga vampire, dari Kerajaan Appalachia dan Kerajaan Hamakua, tidak ada yang mengetahui." Devin mengerutkan kening, seraya memakan anggur.

Pembicaraan mengenai bangsa vampire memang sangat menarik di dengar dan dicari tahu kebenarannya. Karena bangsa vampire sangatlah misterius.

Orlan memijit pelipisnya. Pusing menanggapi ketiga orang yang sangat haus akan sebuah berita. Tukang gosip, pokoknya. Baginya, memikirkan siapa sebenarnya identitas asli dari Noura, itu sudah lebih dari cukup membuatnya pusing. Otaknya menjadi bekerja lebih ekstra, memikirkan dugaan-dugaan dan alasan-alasan. Aduh, pikirannya mulai kacau. Ditambah lagi, harus memikirkan siapa yang punya darah penyihir?

Pelaku dari siapa yang membunuh werewolf di Hutan Redwood dan siapa yang memburu hewan langka di Tongass Pack. Itu saja, pelakunya belum ketemu. Kenapa harus berpikir hal yang lain? Hubungannya dengan Noura yang lagi-lagi LDR saja, membuat pikirannya semakin ruwet. Jika bisa dilihat, mungkin saraf dikepalanya ini layaknya benang kusut yang sangat susah diuraikan.

Arva, Dafa dan Devin terus berdebat, memikirkan siapa yang merupakan half vampire dan half penyihir. Pangeran Vander? Atau Pangeran Darren?. Mendiang Putri Lucia? Atau Putri Noura? Mereka perang urat saraf. Membuat Orlan semakin pening.

Orlan tidak mempedulikan ucapan mereka. Masalah dalam hidupnya saja rumit, kenapa harus berpikir tentang itu. Jikalau Noura merupakan half vampire dan half penyihir, apa masalahnya? Itu hanya sebuah kekuatan. Apa yang perlu dirisaukan?

Orlan mengecek ponselnya, sekarang jam menunjukkan pukul 7 malam. Terakhir kali ia bertukar pesan dengan Noura jam 5 sore. Noura bilang, akan menghubunginya nanti malam. Ia tahu, sekarang hari peringatan kematian kedua orang tua dan saudari kembar mate-nya. Ia tidak mau mengganggu.


➡️➡️➡️

"Hai... Pangeran Darren." Nancy menyapa Darren yang berpapasan dengannya di lorong istana.

Darren mengerutkan kening. "Ya, Putri Nancy?" Terlihat dari wajahnya tidak tertarik berbincang dengan wanita vampire di depannya ini.

"Kapan Anda kembali?"

Darren menaikkan alisnya. "Anda sendiri, kapan? Apa Anda ke sini, untuk menjadi mata-mata Ayah Anda itu?" Nada suaranya terdengar menyindir.

Nancy terkekeh kecil. "Aku tiba di sini kemarin. Aku tahu bagaimana caranya Anda ke sini." Nancy tertawa melihat Darren yang terbelalak terkejut. "Aku tidak pernah sejalan dengan Ayahku. Anda tahu itu. Dan aku tahu, Anda juga sama."

Darren tersenyum miring. "Anda sangat pengertian, Tuan Putri. Aku harus pergi sekarang, lebih baik Anda tidak mencari tahu apa yang sedang aku lakukan di sini." Darren melangkah pergi meninggalkan Nancy.

Nancy melihat punggung Darren yang menghilang dibelokkan. "Anda tidak akan mendapatkan, apa yang Anda cari."

*****


Halaman belakang istana, terdapat hamparan padang rumput yang sangatlah luas. Bukan hanya untuk latihan para prajurit dan pengawal istana. Namun, di bagian paling ujung --perbatasan antara istana dengan pintu dunia immortal-- ada makam Raja Alison, Ratu Cassie dan Putri Lucia.

Di hamparan padang rumput, tertanam beberapa pohon apel yang usianya sudah ratusan tahun. Saksi bisu dari perjalanan hidup bangsa vanpire dari zaman dahulu kala hingga menginjak zaman modern.

Jangan heran, kenapa beberapa pohon apel tersebut dapat bertahan hidup hingga ratusan tahun lamanya. Ini berkat mendiang Ratu Cassie yang merupakan half vampire dan half penyihir, dari keluarga Spencer. Mendiang Ratu Cassie mempergunakan sihirnya pada semua pohon apel. Jadilah sampai sekarang, Noura masih dapat menikmati manisnya rasa apel --yang pastinya sudah disihir oleh bundanya itu, agar Noura dapat merasakan rasa buah apel dari pohon-pohon tersebut-- dan dapat duduk di bawah salah satu pohon yang sangat rindang.

Pohon yang juga merupakan saksi bisu, keakraban dirinya dengan saudari kembarnya. Membuat Noura selalu mengingat masa lalunya itu. Ia sering kali menghabiskan waktu bersama kembarannya di bawah pohon ini.

Noura memandangi pohon yang ada di depannya, wajahnya sendu. "Noura, aku merindukanmu," gumamnya lirih. Sekelebat kenangan muncul, saat kembarannya mencak-mencak melihatnya sedang duduk di atas pohon. Ia tersenyum.

"Lucia."

Deg.

Noura matanya melebar, badannya menegang, mendengar suara serak yang memanggil namanya. Tidak, bukan memanggilnya. Jangan terkejut, pura-pura seperti biasa, ingat sekarang namamu Noura. batinnya. Ia terus mengingatkan dirinya sendiri.

"Dahulu Lucia sangat suka memanjat pohon ini. Dia tidak bertingkah laku layaknya Tuan Putri."

Noura tersenyum getir. Tidak perlu menengok, untuk melihat siapa yang berdiri di sampingnya.

"Setahuku, dahulu Anda tidak pernah mau datang ke sini sendirian. Pasti selalu diajak atau mengajak Lucia." Darren menatap sedih pohon di depannya. Bayangan Lucia yang sedang duduk di atas pohon, selalu membuatnya tersenyum.

Noura tersenyum miris. Darren masih mengingat semua kenangan yang terjadi diantara mereka berdua.

Darren melangkah mendekat ke arah pohon, memegang batang pohon, meraba tekstur keras yang kasar itu. Sedang mencari sesuatu. Ia tersenyum tipis, setelah menemukan apa yang ia cari. Sebuah ukiran namanya dengan mendiang Lucia.

"Aku pernah berjanji padanya, akan menikahinya. Dan aku akan menepatinya."

Noura bergeming di tempat. Badannya terasa kaku, matanya menatap lurus ke arah Darren yang masih memegang permukaan batang pohon. Apa maksud ucapan Darren? Bukankah dia percaya, bila Lucia itu telah meninggal? Apa dia telah mengetahui kebenarannya? Bagaimana kalau itu sampai terjadi? Jikalau Darren benar-benar akan menikahinya, apa yang harus ia lakukan? Lalu bagaimana hubungannya dengan Orlan?

Noura tersenyum miris. Jalan hidupnya benar-benar sangat rumit. Ini sangat memusingkan. Apakah ini konsekuensi yang harus ia dapatkan, karena telah membohongi semuanya?









My Mate is a Vampire Princess
***********************************
14Desember2019

Continue Reading

You'll Also Like

391K 22.3K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
548K 41.4K 40
Lalita seorang werewolf tangguh yang di anugrahi serigala putih dalam legenda yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Beban berat yang ia paks...
3.8M 247K 77
Selama 28 tahun hidup, Rene sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menikah apalagi sampai memiliki anak. Dia terlalu larut dengan kehidupannya yang...
55.8K 6.6K 51
Auristela Lalisa menganggap pertemuannya dengan Alaska Sehun itu ialah sebuah kesialan. Namun waktu mempertemukan mereka secara terus-menerus hingga...