civilian (discontinue)

By moloverine

9.3K 902 38

Ini kisah Kian dan Indira. [start : 17 Agustus 2019] More

-1 : Janji Jiwa
-2 : parkiran fakultas
-3 : kadal, pertamax, molto cair
-4 : Taman Kota dan Night Market
6. aksi
7. setahun
8. 24
9. sekre
10. direct message
12. video
13. rehat
14. buku hitam
15. taman induk
16. art museum
17. A flashback?

11. seribu ajakan

262 63 4
By moloverine

⭐⭐⭐⭐

Setelah Kian menolak ajakan Nina untuk bertemu, dirinya tak henti-hentinya ditemui Nina saat di kampus. Tentu saja saat Kian tidak bersama Indira. Perbuatan Nina ini membuatnya risih, sangat. Bukan maksud Kian untuk pede banget atau gimana, apa coba maksudnya ngajak ketemu terus? Emang ada suatu hal yang penting banget gitu sampe ngajak ketemu di luar kampus? Apa dia gak tau kalau Kian udah punya tameng anti pelakor kayak Indira?

"Duh Nin, gue gak bisa. Serius dah" Kian menolah ajakan Nina dengan frustasi. Heran sama ini cewek gak ada capek-capeknya

"Sekali aja kak" Nina memohon kepada Kian.

"Gak bisa! Lo tau kan Indira itu pacar gue Nin? Kayaknya lo jangan ada urusan sama gue deh. Sorry"

Hal ini sudah Kian ceritakan kepada temen satu kosnya yaitu Wenas, Ario, Tole, Seno dan Bayu yang satu kampus dengannya. Kian belum berani bilang ke Indira soal ini, takut Indira langsung sat set sat set sama itu cewek. Gak mungkin juga sih menurut Kian, Indira bukan cewek kayak gitu.

Sekarang ia lagi kumpul full team sama bro-bro nya. Mereka ini beda angkatan sih. Wenas, Tole, sama Ario udah lulus dan lagi kerja. Wenas yang udah kaya dari jaman ibu bapaknya belum ketemu, lagi ngurusin bisnis kedai kopi miliknya. Tole kerjanya freelancer, santai-santai berduit. Nah kalo Ario ini gatau dah kerja apaan, selebgram kali ya soalnya followersnya banyak dan juga postnya kebanyakan endorse.

Kumpulnya di ruang tengah ibu kos atau yang biasa mereka panggil Bude. Wenas aja eksklusif khusus datang ke kos mereka demi dengerin cerita Kian. Iya, Wenas memang sering mampir ke kos dan akrab sama bude. Nama grup wasaf mereka aja 'penikmat senyum bude' kalo kalian lupa.

Sebelum cerita satu sama lain, mereka bakalan ngumpulin hp ke satu box gitu biar gak pada sibuk main hp.

"Jadi gimana bro Kian sama si Nina ninu itu?" Ario bertanya perihal Nina kepada Kian. Dan langsung disamber oleh Tole.

"Yo, 'jadi' itu buat kesimpulan. Ini Kian belum cerita lo udah jada jadi aja"

"Iye iye, ribet dah lo."

"Gitu aja lo gak tau, baca-baca lagi deh tuh buku bahasa pas SMA" Tole menjawab keluhan Ario dengan santai.

"Ckckck lo tuh freelancer jadi apaan sih Le? Guru bahasa apa gimane"

Belum ada Kian bercerita, Tole dan Ario udah adu mulut gara-gara kata 'jadi' yang digunakan Ario diawal sekali pembahasan mereka. Kian, dan Bayu saling beradu pandangan dan menghela nafas. Sedangkan Seno yang lagi ngerokok, meniup asap rokoknya ke muka Ario, biar makin panas. Wenas ketawa-ketawa aja liat keributan mereka berdua.

"Yak gelut lagi gelut, mau diambilin piso sekalian?"

Keduanya selesai berdebat. Galak banget Bayu, biasanya ketawa-ketiwi kayak orang gak ada duit.

"Nah gimana Yan ceritanya?" Kini giliran Wenas yang bertanya.

Kian menceritakan secara detail dari pertemuannya yang pertama hingga usaha Nina yang selalu ke gedung fakultasnya. Nina juga beberapa kali mengajak Kian untuk jalan bareng diluar kampus dan selalu Kian tolak.

"Hm, menurut gue sih dia suka sama lo" Kata Tole.

"Bingung deh gue, Kian kayak gini aja dikejar banget"

Kian menjitak kepala Seno, gak ada akhlaknya emang.

"Indira udah tau?" Bayu bertanya hati-hati.

Kian menggeleng sebagai jawaban.

"Nah! Lo bilang ke Indira deh buru. Biar ada keterbukaan antara lo berdua." Wenas memberikan saran kepada Kian, didukung oleh anggukan teman-temannya.

"Lagian lo aneh banget parah, gini tuh harusnya ngomong ke pacar lo dulu menurut gue." Omongan Ario seakan-akan menampar Kian. Betul juga ya..

-----

Kian sebenarnya agak ragu menceritakan hal ini kepada Indira. Menurutnya Indira cukup mengetahui secara garis besarnya saja, seperti yang ia ceritakan pada gadis itu beberapa hari yang lalu. Tetapi untuk menghindari kesalahpahaman antar mereka berdua, sebaiknya ia ceritakan hal ini secara mendetail kepada Indira.

Kian pamit kepada teman-temannya untuk pergi, dan melajukan motornya. Niatnya ingin mengajak Indira ngopi di kafe, biar enak ngomongnya.

Kian mengendurkan gas pada sepeda motornya, dan menarik rem agar motor itu berhenti. Indira sudah menunggunya di depan pagar. Mereka berangkat ke kafe yang telah direncanakan.

Lets say Kian adalah cowok lebay yang bilang gitu aja harus ke kafe. Enggak, menurut Kian hal kayak gini emang harusnya diomongin senyaman mungkin. Terus kalau ngomong di tempat lain gak nyaman? Bukan gitu, ke kafe sambil ngopi adalah hobi mereka berdua yang memang beberapa bulan kebelakang ini jarang mereka lakukan. Kebetulan ada hari senggang, ya sekalian aja.

Di perjalanan, Kian merangkai kata-kata untuk menceritakannya kepada Indira. Dirinya memang tidak salah, tetapi salah kata sedikit aja bisa bikin Indira memincingkan mata.

Mereka masuk ke dalam sebuah kafe yang menyajikan berbagai macam kopi. Katanya sih kopi gayo disini enak. Kian memesan americano yang jarang banget ia pesan, sedang Indira memesan cappuccino.

Indira bercerita terlebih dahulu mengenai beberapa peristiwa yang baru saja terjadi kepadanya. Kian menanggapi dan bercerita sedikit kepada Indira tentang sea games. Kian suka banget olahraga, kalau Indira ya suka juga cuman gak sefanatik Kian.

"Indira, mau cerita. Penting, jangan dipotong"

Indira mengatup mulutnya rapat. Tangannya dilipatnya di atas meja. Siap mendengarkan bapak Kian bercerita.

"Kemaren-kemaren aku udah cerita tentang si Nina bobo kan? Dia tuh mulai aneh lagi deh deh yang, masa beberapa kali ngajak aku jalan secara langsung. Sering juga kayak ketemu aku di gedung fakultas, padahal kan dia anak FIB."

"Izin mau minta" Kian meminum cappuccino Indira tanpa persetujuan dirinya.

"Pait banget punyaku, kayak kehidupan" Indira hanya terkekeh mendengar ocehan Kian disela-sela ceritanya.

"Nah sampai mana tadi? Ah iya, aku sih gak maksud pede tingkat provinsi ya Dir, tapi si Nina pas ketemu aku pasti sendiri, gak ada temennya. Dia juga selalu ketemu waktu aku lagi gak bareng kamu, takut kali ya kalau ada cewek macan"

"Nggak usah nyebelin" Indira mencubit lengan Kian yang ada di hadapannya. Sempet-sempetnya ya.

"Macan, manis dan cantik"

"Alah, gak mempan"

Kian terkekeh, "aku lanjutnya, menurut kamu gimana ya Dir? Aku tuh keganggu banget. Kamu juga masa gak cemburu sih aku digituin sama cewek lain?"

Indira memutar bola mata malas, "males banget cemburu sama Nina. Kayaknya bener sih kata aku kemaren, dia suka sama kamu Ki. Udahlah, besok-besok kamu sama aku aja. Biar gak diganggu Nina"

"Alah, alesan aja kamu biar gak diganggu. Padahal emang pengen berduaan kaaan?" Sikap nyebelin Kian muncul. Ternyata cerita hal kayak gini gak bikin tegang kok kalau disipi kata-kata manis dikit.

"Gak, ngapain. Kamu juga kok baru cerita?"

Kian kaget, tau darimana Indira

"Aku dibilangin Bayu"

Oalah Bayu kampret.

Baru saja Kian ingin membuka mulut, tapi terpotong oleh ucapan Indira.

"Aku berharap sih kamu bisa percaya sama aku ya Ki. Gimana ya, aku rasa kamu juga tau kalau aku bukan orang yang suka cerita tentang kondisi hubungan kita ke orang lain. Dan aku harap kedepannya kamu juga gitu"

Indira menghela nafas dan memutar-mutar cangkirnya yang kini suhunya mulai sama dengan suhu ruangan.

"Kita gak tau kan apa yang ada dipikiran orang lain. Kita juga gak tau niat mereka ke kita seperti apa"

"Maksud kamu temen-temen aku punya niat gak baik?" Kian menarik nafas dalam-dalam untuk merendahkan emosinya.

"Bukan gitu Ki. Aku percaya kok mereka baik. Itu juga hak kamu buat percaya sama mereka. Tapi menurutku masalah hubungan kita yang aku dan kamu jalanin, jangan sampai ada orang lain yang ikut andil."

"Apalagi cewek, aku gak suka ya kalau kamu cerita-cerita ke cewek" Indira dan sikap was-was-nya.

Kian mengulum senyum, bara emosi yang tadi ada seketika lenyap. Apa yang dikatakan Indira benar dan menampar.

--------🧚‍♀️🧚‍♀️

capek, kayak keliling dunia.

Continue Reading

You'll Also Like

106K 4.8K 24
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...
374K 39K 35
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
265K 21K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
94.2K 663 4
isinya jimin dan kelakuan gilanya