My Mate is a Vampire Princess...

By Stevanyla

296K 21.3K 571

(Fantasy Story) -Belum direvisi- Bukan lagi rahasia umum, jika bangsa vampir dan manusia serigala itu tidak... More

Memulai (Versi Revisi)
Sejarah Singkat
I... Alpha
II... Speechless
III... I'll Be There
IV... Fragile Heart
V... Ramalan
VI... Cincin Hitam
VII... Moonlight
VIII... Reject?
IX... A Hard Day
X... Mengajak Pergi
XI... A Hope
XII... Menerima Takdir
XIII... Bagaimana ini?
XIV... Pergi Ke Mana? (Versi Revisi)
XV... Redwood Pack (Versi Revisi)
XVII... Rindu
XVIII... Kerajaan Appalachia
XIX... Day By Day
XX... Unknow
XXI... Everything Will Be Ok
XXII... Mengingat Kembali
XXIII... Long Night
XXIV... I Will Do
XXV (a)... Pencarian Bukti
XXVI (b)... Pencarian Bukti?
XXVII... Cruel
XXVIII... One Day
XXIX (a)... Heartless
XXX (b)... Heartless
XXXI... Diambang Batas Kesabaran
XXXII... Memories (Versi Revisi)
XXXIII... Terungkap?
XXXIV... This is Time
XXXV... Now You Know
XXXVI...Not Over Yet
XXXVII... Chaos and Sword
(Special Part) Everyday, I Love You
XXXVIII... Something Right
XXXIX... Dream Come True (Versi Revisi)
XL... Blood Moon
XLI... The Winter Feel Warmer
XLII... How Could It Be?
XLIII... If You Ask, "Why?"
XLIV... Poison on Your Head
XLV... Throw Them to Hell (Versi Revisi)
Epilog

XVI... Pretend Didn't Know

5K 357 3
By Stevanyla

Noura mengetahui kepergian Orlan ke Tongass Pack. Kemarin Orlan mengatakan padanya dan makanya ia pun tahu, Devin yang akan menjemput dan mengantarnya ke cafe. Bersama dengan Arva.

Ia menjadi tidak enak hati pada Arva. Membuat temannya itu harus bangun pagi. Tapi Arva tidak mempermasalahkan. Malahan sangat senang bisa bersama dirinya lebih lama.

Devin pun, memutuskan untuk berada di cafe seharian dan membantu mereka sebagai pelayan. Membuat para pengunjung wanita menjadi histeris, Devin tak kalah tampan dari Leon dan Vander. Hanya baru mereka bertiga yang sudah pernah menjadi pelayan di sini.

Banyak dari para pengunjung wanita yang bertanya pada Noura dan Arva. Kenapa ketiga malaikat itu bisa berada di sini. Menjadi pelayan pula. Lalu, banyak yang meminta agar ketiga lelaki itu, dijadikan sebagai pelayan tetap di cafe ini.

Jika mereka tahu, siapa sebenarnya Leon, Vander dan Devin. Pasti mereka syok. Jangan lupakan, Noura dan Arva yang juga bukan manusia.

Ternyata Devin sama cerewetnya dengan Dafa. Sungguh, hanya Orlan satu-satunya werewolf yang pendiam, datar dan dingin. Dari sekian banyaknya hewolf yang Noura kenal dan pernah ia temui.

"Coba Kakak juga menjadi pelayan sehari saja, di cafe ini. Makin histeris dan mimisan itu para wanita." Arva menunjuk para abg yang sedang mengobrol dengan Devin.

Ya, diakui. Orlan lebih tampan dari mereka bertiga. Apalagi mata biru lautnya yang sangat indah itu --menurutnya. Ditambah, bila sedang tersenyum, semakin terlihat berkali-kali lipat tampannya. Sayang, itu jarang terjadi.

Devin dan Dafa juga bermata biru. Itu merupakan salah satu ciri khas werewolf dari Redwood Pack. Werewolf dari Tongass Pack, iris matanya berwarna kelabu. Sedangkan dari Chugach Pack berwarna zamrud.

Perbedaan vampire dari Appalachia dan Hamakua, terletak pada warna rambut. Vampire dari Appalachia, rambutnya warna cokelat. Sedangkan dari Hamakua, berwarna pirang.

"Kemarin aku tidak bertemu dengan mate-nya Devin." Noura penasaran. Kemarin ia sudah bertemu dengan mate-nya Dafa, Luluna.

Arva menoleh. Mereka sedang berada di bagian kasir. "Mate-nya Devin itu, Elf. Jarang berada di pack."

Noura mengangguk paham. Sama saja nasibnya dengan Arva-Leon. Eh, jangan lupa ia dan Orlan juga bernasib sama --jarang bertemu.

Padahal terkadang ia berharap, orang di sekelilingnya, ada juga yang seperti dirinya dan Orlan --vampire dan werewolf. Tapi sejauh ini tidak ada. Sampai ia bertanya-tanya, apa benar kenangan yang ia lihat pada mata vampire yang ditemukan tewas di hutan. Vampire-vampire tersebut mate dari seorang werewolf? Atau itu hanya manipulasi semata? Seingatnya, selama ini kemampuannya tidak pernah salah. Selalu benar.

Kata Arva, seharusnya werewolf yang telah menemukan mate-nya. Mereka harus selalu bersama. Karena ada ikatan batin yang terus menyiksa mereka. Apalagi yang sesama werewolf.

Noura tidak bisa merasakan apa pun yang Orlan rasakan, karena ia bukanlah werewolf. Jadi, hanya Orlan lah yang merasakan apa yang Noura rasakan.

"Putri Noura, apa Kerajaan Appalachia mendapatkan kertas ramalan?" tanya Arva. Sebenarnya dari kemarin, ia ingin sekali memberitahu perihal kertas ramalan yang Dafa dapatkan dari Chugach Pack. Tapi tidak kunjung terucap, padahal sudah berada diujung lidah.

Noura mengerutkan keningnya. "Ini kali kedua, kamu bertanya tentang itu."

Arva menyengir. Ini karena ia sangat penasaran. Sebenarnya apa isi lengkap dari ramalan itu. Kenapa bangsa vampire sangat ketakutan bila menyangkut persoalan ramalan tahun 1150. Ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya perang kedua.

"Ah, lelah sekali. Mulut saya kering. Boleh minta minum?" Devin menyandarkan tangannya di meja kasir. Ia menjilat bibirnya yang kering.

"Kau itu genit," ketus Arva. Tapi tak urung, ia tetap mengambilkan air putih untuk Devin.

Noura tersenyum melihat Devin. "Lain kali, tolak saja. Jangan suka memberi wanita harapan. Jangan tebar pesona."

Devin tertawa. "Saya tidak tebar pesona. Apalagi memberi harapan. Ya, enak saja mendengarkan manusia cerita." Devin menerima gelas berisi air putih pemberian Arva.

"Aku aduin pada Bibinya Leona yang galak itu!" seru Arva, dramatis.

Noura tertawa. Devin tersedak, ia menatap tajam Arva. "Awas kau! Dasar tukang ngadu."

Arva memeletkan lidahnya. Devin semakin menatapnya tajam.

➡️➡️➡️

Tongass Pack terletak di dalam Hutan Tongass. Hutan ini rumah bagi flora dan fauna yang terancam punah. Sesuai kesepakatan perjanjian tahun 1695, baik bangsa werewolf maupun bangsa vampire harus melindungi hewan langka. Melindungi dari jangkauan makhluk immortal, maupun manusia.

Tongass Pack terkenal akan werewolf yang memiliki kemampuan insting yang sangat tajam.

Dipimpin oleh Alpha yang bernama Leon Baron Fabien. Atau sering dipanggil Alpha Leon.

Sesuai janji, Orlan datang ke Tongass Pack untuk menyelidiki kasus hewan punah yang banyak diburu di hutan tersebut.

Bukan hanya Orlan, Alpha Revazio dari Chugach Pack pun datang ke sini.

"Selamat datang, Alpha Jorge dan Alpha Orlan." sambut Beta Winko. Orlan datang ke sini bersama dengan Jorge --papanya-- dan 2 pengawal. Dikarenakan Dafa menjaga pack dan juga harus menggantikan tugasnya di kantor. Devin sementara ditugaskan mengantar dan menjemput, Noura dan Arva. Mau tidak mau, Jorge lah yang datang ke sini. Di bandara mereka dijemput oleh Hion --Warior Tongass Pack.

Leon telah menunggu di ruang kerjanya. Sudah ada Alpha Revazio dan Willy --Gamma Chugach Pack-- di sana. Mereka duduk di sofa. Di atas meja telah berjejer foto dan berkas kasus pemburuan hewan di Hutan Tongass.

"Kita segera mulai." Orlan mengintrupsi, agar rapat segera dilaksanakan.

Kebiasaan Orlan saat sedang berpergian dalam urusan pekerjaan. Datang ke lokasi, lalu ia langsung memulai pembicaraan. Tidak menyempatkan waktu untuk istirahat atau semacamnya. Padahal baru sampai. Dan Jorge yang sudah tahu sifat anaknya seperti itu, mau tidak mau, ia ikut saja.

"Ini Alpha Orlan, foto dan berkasnya." Leon memberikan beberapa foto dan satu map tebal pada Orlan. Lalu, Orlan membukanya bersamaan dengan Jorge yang ikut melihat.

Revaz berdeham, membuat semuanya menatap dirinya penuh tanya. "Sebenarnya, saya mendapatkan laporan dari beberapa warga pack. Mereka melihat Pangeran Darren, sedang berada di Hutan Chugach."

Leon menaikkan satu alisnya. "Bukannya Pangeran Darren itu, sudah berjanji tidak akan menginjakkan kakinya di negeri ini lagi?" Leon mengingat-ingat ucapan salah satu pangeran dari Kerajaan Hamakua, yang sangat terkenal itu. Lebih terkenal dari Pangeran Vander.

Orlan mengangguk, setuju dengan ucapan Leon.

"Yakin itu Pangeran Darren?" tanya Jorge.

"Iya, benar. Ada fotonya." Revazio mengeluarkan foto dari balik jasnya, lalu memberikannya pada Leon. Orlan, Jorge dan Winko mengintip, melihat foto itu. Mereka berempat serempak memelotot, tiba-tiba dilanda serangan jantung.

"Ini Pangeran Darren," ucap Winko, histeris. Leon mengeluh, telinganya berdenging mendengar teriakan Winko. Beta-nya itu hanya menyengir.

"Mencurigakan," gumam Orlan.

"Katanya dia sekarang menjadi sekutunya Ferin," ucap Jorge. Membuat semua mata menatapnya. Mereka semua dilanda kekalutan, baru ingat akan fakta tersebut.

"Masalah pemburuan hewan di Hutan Tongass saja, belum selesai. Lalu, werewolf yang ditemukan tewas di Hutan Redwood juga belum. Ini ada lagi. Mau apa dia?" geram Leon. Sebenarnya dia sangat percaya kalau dalangnya satu. Yaitu siapa lagi, pasti Ferin.

"Sepertinya, semua ini saling berkaitan." Revazio memberikan pendapat.

"Saya juga berpikir seperti itu." Leon masih menatap foto yang ada ditangannya. Terlihat Pangeran Darren sedang berdiri tak jauh di depan pohon. Wajahnya sangat terlihat jelas.

"Apa yang telah Anda lakukan, Alpha Revaz?" tanya Orlan. Ia menjadi tidak fokus membaca berkas yang ada ditangannya.

"Melakukan penjagaan lebih ketat. Saya menugaskan para warior untuk berpatroli mengelilingi hutan. Dikarenakan, Pangeran Darren sama sekali tidak tercium aroma vampire pada tubuhnya," ujar Revazio, nada suaranya terdengar frustrasi.

"Apa bedanya dengan Putri Noura," gumam Leon, pelan. Tapi masih bisa didengar. Orlan yang duduk tepat di sampingnya, menatap tajam Leon. Revazio dan Willy hanya mengerutkan dahi, Leon memang terkenal akan kedekatannya dengan Putri Noura. Winko berdeham, ia sudah tahu kabar mengenai Putri Noura yang merupakan mate dari Alpha Orlan. Tidak dengan Revazio dan Willy, mereka tidak tahu sama sekali.

"Ah, bagaimana! Kalau tanya pada Putri Noura. Anda bilang, ada jejak darah disalah satu pohon. Siapa tahu, Putri Noura bisa membantu," kata Revazio, menggebu-gebu.

Orlan mengerutkan dahi. Jorge melihat foto yang sudah berada ditangannya. Benar, ada jejak darah berwarna hitam pada dua pohon.

Leon melirik Orlan yang sedang sibuk membaca berkas. Ia tidak tahu harus bagaimana. Putri Noura merupakan mate Orlan, tidak mungkin ia bertanya pada Putri Noura. Sedangkan, kalau mau Orlan bisa bertanya sendiri pada Putri Noura.

"Masalah itu gampang. Jadi, apa yang harus kita lakukan? Sepertinya ada yang berusaha memancing emosi kita, bangsa werewolf," ujar Leon. Membuat semua yang ada di sana menatapnya. Lalu, mengangguk setuju.

"Saya ingin datang ke Redwood Pack, Alpha Orlan. Siapa tahu, kami bisa membantu. Kami juga terus waspada, setelah mendengar berita tersebut. Penjagaan terus kami perketat." Revazio menatap Orlan dan Jorge bergantian.

"Tidak perlu Alpha. Fokus pada pack Anda saja."

"Kau harus berhati-hati, Revaz. Pelaku ini sangat pintar. Tidak ada bukti yang tertinggal sama sekali." Jorge mengingat wajah para werewolf yang ditemukan tewas di Hutan Redwood. Revazio termanggut-manggut.

"Raja Carlen mengajak kerja sama. Saya akan ke Kerajaan Appalachia, hari Kamis," tutur Orlan. Seketika membuat mereka syok bukan main. Semua yang ada di ruangan, melongo secara bersamaan. Mereka sudah tahu tentang vampire yang ditemukan tewas di Hutan Appalachia.

"Ini sangat langka." Leon menggaruk kepala. Apa ini usul dari Putri Noura atau Pangeran Vander? Kenapa Raja Carlen mengajak kerja sama? Apa mereka juga mengalami kebuntuan dalam memecahkan kasus ini?

"Tidak boleh dilewatkan." Revazio sama herannya. Raja Carlen sangat antipati, bila istananya dikunjungi oleh makhluk immortal. Untuk datang ke sana, prosesnya sangat rumit dan menunggu dengan waktu yang sangat lama.

Orlan hanya mengedikkan bahu. Ia juga tidak tahu. Ia hanya akan berpikiran positif, mungkin saja kasus ini memang saling berkaitan.

"Makanya aneh bukan?" ujar Jorge.

➡️➡️➡️

Noura menatap lekat ponsel milik Arva. Seketika matanya melebar. Kertas ramalan yang Dafa dapatkan dari Chugach Pack, membuat ia semakin yakin. Kalau nama dirinya dan Orlan, yang tertulis di ramalan tersebut.

(Maaf, permisi. Mungkin kalian lupa. Untuk melihat isi dari ramalannya. Lihat di panel atas).

"Aku dan Orlan?" gumam Noura.

"Iya. Kalian berdua belum pernah pacaran, bukan? Awalnya, Kakak juga tidak percaya. Namun, setelah bertemu denganmu. Baru dia percaya dengan ramalan itu." Akhirnya, setelah berperang batin. Arva memberitahu Noura akan ramalan itu. Noura itu harus dipancing terlebih dahulu, baru mau terbuka. Sama seperti kakaknya itu.

Noura terdiam. Apa ia juga harus memberitahu, isi dari kertas ramalan yang Vander dapatkan?

Noura menghela napas. Ia dikejutkan suara dering ponsel, pesan dari Orlan. Lelaki itu, walaupun jauh di sana, yang katanya sibuk rapat. Tetap saja, masih bisa mengiriminya pesan. Ia menyempatkan untuk membalas. Jika tidak segera dibalas, Orlan akan terus mengirim pesan yang sama, sampai ia membalasnya.

Noura termenung. Ia mengingat kebaikan kedua orang tua Orlan, Arva, Leon, Dafa, Devin dan Luluna. Semuanya menerimanya yang notabennya ialah, vampire. Andai saja, jika reaksi yang ditunjukkan Raja Carlen, Ratu Letizia dan Vander, juga sama seperti itu. Mungkin dirinya dan Orlan, tidak perlu lagi takut untuk ke mana-mana berdua. Eh, kenapa memikirkan hal seperti ini?

Apa secara tidak langsung, ia sudah menerima kehadiran Orlan dalam hidupnya? Ia tidak tahu dengan perasaannya sendiri, membingungkan.

"Hei, jangan melamun." Arva melambaikan tangannya di depan wajah Noura.

"Ya?" Noura menoleh. Ini saatnya. Ia pun mengatakan isi dari kertas ramalan yang Vander dapatkan dari Raja Aldwin. Sekarang, kertas itu sudah berada ditangan Raja Carlen.

Arva menganga. Mendengar penuturan Noura. Terdengar menakutkan. Apalagi dugaan yang disimpulkan oleh Pangeran Vander. Apa benar? Jika Orlan dan Noura bersama, nanti akan kembali terjadi perang dan berdampak pada dunia immortal? Sungguh? Apakah ini akan menjadi kenyataan?

"Itulah, aku juga bingung." Noura terdiam. Jika ia memberitahu pada Raja Carlen dan Vander, mengenai isi dari ramalan yang diberitahu oleh Arva. Apakah, kedua lelaki itu akan mencurigai dirinya dan Orlan? Karena hanya Orlan saja, Alpha yang belum mengumumkan telah bertemu dengan mate-nya. Bagaimana ini?

Keduanya terdiam. Memikirkan apa yang akan terjadi, di masa yang akan datang. Duduk termenung di balik meja kasir. Alunan musik dari kumpulan lagu yang tengah hits pada bulan ini, diputar oleh Asraf -- salah satu chef. Membuat keduanya semakin terjun ke dalam alam bawah sadar.

Noura lagi-lagi dikejutkan oleh dering ponselnya. Siapa lagi yang mengiriminya pesan, jika bukan Orlan. Lelaki yang entah sedang apa di sana. Hanya butuh waktu 2 menit, untuk menjawab pesan balasan darinya.

Noura seketika ingat dengan apa yang tadi ia lakukan, sebelum Arva mengajaknya berbicara mengenai ramalan. Ia kembali membuka buku yang ada ditangannya. Iris mata cokelatnya menelisik satu persatu kata yang ada di dalam buku, berusaha menerjemahkan pola abstrak yang sangat rumit.

Arva kembali ke dunia nyata, ia menoleh. Kembali mendapati Noura sedang membaca buku. Ia semakin heran. Selama 2 minggu ini, ia tidak berusaha untuk tidak bertanya. Tapi kali ini, ia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Sebenarnya apa yang sedang kamu baca?"

Noura menoleh. Ia menunjukkan judul buku yang sedang ia baca, membiarkan Arva membacanya sendiri.

"Vampire power book?" Arva menaikkan alisnya. "Bukannya kamu sudah kuat? Maksudnya, sudah menguasai semua ilmu vampire?"

Noura tersenyum samar. "Tidak. Masih banyak ilmu vampire yang belum aku kuasai."

"Kamu selalu memakai tas selempang, yang kutahu hanya dapat menampung ponsel dan dompet. Lalu, taruh di mana, buku itu?"

Noura membuka telapak tangan kirinya, ia meletakkan buku tersebut di atasnya. Lalu, buku itu menghilang dalam sekejap.

"Hah?" Arva melongo.

Seketika buku kembali berada di atas telapak tangannya. "Aku menaruhnya ditanganku." Ia terkekeh. Namun, ia menyadari satu hal. Kenapa prosesnya sangat lama? Biasanya hanya butuh waktu satu detik. Sekarang tiga detik. Apa ada yang salah dengan dirinya? Ia memang merasakan kekuatannya melemah.

Arva tertawa. Ia pun izin untuk melihat apa isi buku tersebut. Noura hanya mengangguk dengan senyum jail terpasang diwajahnya. Arva membuka dari halaman pertama, sampai halaman belakang. Tapi yang ia lihat hanya kertas kosong. Ia pun menoleh, meminta penjelasan dari Noura.

"Isi dari buku ini, hanya bisa dilihat oleh kalangan vampire murni. Misalnya, keluarga Walton dan Carlton. Atau keluarga Alfredo, bila masih ada."

Arva mulutnya membentuk huruf 'O', pantas saja ia tidak bisa melihat apa pun. "Aku kira, kamu memakai mantra sihir."

Noura menatap Arva dengan tatapan aneh.

Arva tertawa.

➡️➡️➡️

Dikarenakan, Orlan dan Jorge sampai di Tongass Pack pukul 3 sore. Tidak memungkinkan ke Hutan Tongass, untuk melihat TKP.

Musim gugur, membuat sore hari terlihat seperti malam. Matahari hanya menampakkan diri beberapa jam saja. Lagi pula ini hari Minggu, banyak manusia yang datang untuk berjalan-jalan menikmati musim gugur di hutan --padahal tidak ada yang menarik untuk dilihat.

Rapat yang dilaksanakan selama 2 jam. Bukan hanya membahas tentang banyaknya werewolf yang ditemukan tewas di Hutan Redwood dan terjadinya pemburuan hewan langka di Hutan Tongass. Namun, juga membahas ramalan.

Jorge tidak sengaja, dengan bangganya mengatakan Orlan telah menemukan mate-nya. Sekarang Revazio dan Willy telah mengetahui, jikalau mate dari Orlan ialah, Putri Noura. Pembahasan rapat menjadi melenceng ke arah ramalan penyihir tahun 1150.

Ternyata, bukan hanya wanita yang suka bergosip. Lelaki pun, sama saja. Apalagi bila temanya menarik untuk dibahas.

Tujuan diadakannya rapat, untuk berdiskusi memecahkan masalah dan memutuskan suatu tujuan. Rapat 2 jam yang berjalan sedikit melenceng. Tetap saja, harus ditarik sebuah kesimpulan. Apalagi masalahnya sangat genting.

Mereka telah memutuskan untuk menunggu kabar dari Orlan. Bagaimana hasil kerja sama yang akan dilakukan Redwood Pack dan Kerajaan Appalachia, atas kasus ditemukannya werewolf dan vampire yang tewas di hutan.

Jika satu kasus sudah terpecahkan dan ditemukan siapa pelakunya, pasti kasus lainnya pun akan terpecahkan. Karena mereka yakin, ini semua saling berkaitan satu sama lain.

Ketiga pack tersebut, akan semakin memperketat penjagaan di masing-masing wilayah. Memperingatkan pada seluruh warga pack untuk berhati-hati dan melaporkan jika ada hal yang mencurigakan.

Lalu, ketiga pack akan saling melaporkan satu sama lain. Jika ada tanda-tanda yang mencurigakan, ada bukti baru dari setiap kasus atau ada kasus baru yang menimpa masing-masing pack.

"Jangan marah pada Paman Jorge."

Orlan terkejut dengan kehadiran Revazio yang duduk di sampingnya. Ia tidak marah. Ia hanya kesal, pada papanya yang suka keceplosan. Untung di depan Revazio dan Willy, bukan warga pack.

"Pantas saja, Dafa waktu itu memohon-mohon pada saya. Agar memberikan kertas ramalan yang kami punya."

Orlan tersenyum kecut. Dafa memang terlalu ekstrim. Ia memandangi langit malam, pemandangan dari atas sini lebih indah daripada di pack. Ia dan Revazio tengah duduk di kursi panjang yang ada di rooftop, mansion Leon.

"Jika Paman Jorge tidak memberitahu. Pasti saya akan mengetahuinya, saat mendapatkan undangan pernikahan." Revazio terkekeh. Ia tidak mempedulikan, perkataannya dari tadi tidak dijawab oleh Alpha yang ada di sampingnya ini, itu sudah biasa --dicuekin.

"Anda terlalu mendramatisir." Orlan meminum bir yang diberikan oleh Revazio.

Revazio tertawa.

"Sepertinya Anda terlalu kecewa, baru mengetahui hari ini." Leon datang, duduk di samping kiri Orlan.

"Tidak juga. Saya sempat curiga dengan Dafa, tapi saya tidak kepikiran kalau ternyata nama Orlan yang tertulis pada ramalan itu."

Orlan mendengus. Kenapa semua orang, gencar sekali membicarakan ramalan penyihir.

Ia tidak mempedulikan obrolan yang terjadi antara Leon dan Revazio.

"Orlan, aku merindukan mate-ku." Jay meraung di sana.

Orlan tersenyum mendengar suara Jay. Dari kemarin malam, sampai malam ini. Jay terus diam, tidak bicara apa pun. Wolf-nya itu ngambek, karena kemarin saat Noura, ia ajak ke pack. Ia tidak mengizinkan Jay bergantian shift dengannya. Membuat Jay marah dan puasa berbicara dengannya.

"Aku juga, Jay." Orlan tersenyum menatap langit. Sekarang jam menunjukkan pukul 6 sore. Perbedaan waktu membuat ia sulit menghubungi Noura. Saat ini, dari pesan terakhir yang ia terima dari mate-nya itu, Noura telah berada di istana.

"Cepat kembali ke pack. Ah, aku berjanji akan membunuh dalang dari semua ini. Membuatku tidak dapat bertemu dengan mate-ku, selama seharian ini!" Jay berkata dengan geram.

Orlan menghela napas. Wolf-nya itu sangat posesif. Menyeramkan sekali.

"Hei, kau tidak sadar diri, hah? Kau juga posesif. Apa itu selalu menjemput dan mengantar Noura ke cafe. Telepon dan pesan lama gak dijawab, marah-marah. Dasar muna." Jay mencibir he-nya. Jay sering kali mengatai Orlan munafik. Karena ia masih ingat, saat pertama kali mereka tahu bahwa Noura merupakan mate mereka, Orlan tidak terima dengan takdir dan ogah-ogahan untuk mendatangi mate-nya itu. Eh, giliran sekarang, Orlan over protektif sekali. Ck, ck, muna.

"Diam kau kucing besar!"

"Demi Moon Goddess. Aku serigala, bukan kucing besar." Jay berteriak kesal. Memelotot garang.

Orlan tersenyum tipis.






My Mate is a Vampire Princess
***********************************
26Oktober2019

Bagaimana, sudah baca yang versi revisi. Bagian prolog sampai chapter 10. Oh iya, chapter 12 juga, sedikit ada penambahan. (Ternyata setelah kulihat versi sebelum revisi dan sesudah revisi, banyak sekali perbedaan).

Setelah ini aku janji, tidak akan ada revisi sebelum tamat. (Sudah ngomongin tamat saja😒)

🦋Stevi🦋

Continue Reading

You'll Also Like

313K 18.8K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
488K 27.9K 25
( TAMAT ) #Rank1inWhat'sNew #Rank29inWerewolf #Rank133inWerewolf Bagaimana jika takdirmu terasa aneh? Kamu tentu percaya dengan adanya dunia lain, la...
1M 47.2K 27
[ SUDAH TERBIT] TAMAT ( Sebagian part dihapus untuk kepentingan penerbitan) SINOPSIS : Suasana sangat tegang hanya karena perkataan pria yang sedan...
7.7K 773 42
Soraya Aufarina, gadis berusia 24 tahun yang bekerja disebuah kantor majalah yang ada dikotanya. diusianya yang masih terbilang muda, Rita ibu dari R...