Sarah

By SilviaRodiana

12.6K 1.2K 191

Aku hanya selalu berpikir, bahwa hidupku terlalu sempurna untuk menjadi nyata. Kisahku layaknya seorang putri... More

Prolog - The Night
Chapter One - Sarah's Life
Chapter Two - Two Sides
Chapter Three - The Dream
Chapter Four - Fire and I
Chapter Five - A Slice of Her
Chapter Six - He is White
Chapter Eight - Reality
Chapter Nine - First Love?
Chapter Ten - Family
Chapter Eleven - Him, Him, and Him
Chapter Twelve - A Door
Chapter Thirteen - Black vs White
Chapter Fourteen - The Frame
Chapter Fifteen - Trust You
Chapter Sixteen - Toast
Chapter Seventeen - Being Afraid
Chapter Eighteen - The Past
Chapter Nineteen - Starts
Chapter Twenty - Dead Body
Chapter Twenty One - Dead Body (2)
Chapter Twenty Two - Dark inside White
Chapter Twenty Three - Dream Castle
Chapter Twenty Four - He's Dark

Chapter Seven - Nightmare

443 47 5
By SilviaRodiana

—SR—

Belum jauh langkah kaki Gilang meninggalkan kelas Sarah, suara pekikan nyaring seorang gadis membuatnya berbelok. Segera berlari memasuki kelas Sarah, dan melihat adiknya menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Bahunya turun naik, bahkan sekujur tubuhnya tampak bergetar.

"Dek ...," panggil Gilang, meraih pergelangan tangan Sarah. Gadis itu segera menghambur ke pelukan kakaknya, menangis sejadi-jadinya. Gilang mengusap kepalanya lembut, sambil memperhatikan sekitar. Seketika matanya menangkap sebuah ponsel yang tergeletak di meja Sarah. Sebuah rekaman kebakaran terlihat sedang berputar tanpa suara.

Gilang mengambil benda itu dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain masih mendekap Sarah. Dibantingnya sekeras mungkin ke lantai, hingga hancur berantakan. Tak peduli siapa pemiliknya, atau apa tujuannya, yang jelas sekarang dia harus menenangkan Sarah yang bertambah histeris.

Tak sengaja, mata Gilang melihat sebuah gantungan kunci berbentuk huruf S tergeletak di bawah meja, dekat dengan salah satu serpihan ponsel itu. Gilang menggerakkan kaki, mencoba mendekatkan benda itu. Seseorang memungutnya, lalu mengangkat ke depan wajah. Seketika, dia menoleh pada seseorang yang sedang berdiri tak jauh dari mereka.

Gilang merebut benda itu, langsung membaca nama Sean di bagian belakangnya. Matanya pun mengarah pada Sean yang diam memperhatikan Sarah. Tatapan yang selalu ia lihat di mata lelaki itu setiap melihat adiknya kembali muncul. Dan lagi-lagi, Gilang tidak paham, apa yang membuat Sean begitu membenci Sarah.

"Sarah, sudah, ya." Suara Sam terdengar. Dia mendekat, mencoba menarik tangan Sarah yang melingkar di pinggang Gilang.

"Sudah, nggak apa-apa. Itu cuma kerjaan orang iseng," tambahnya.

"Sarah mau pulang, Abang. Pulang!" pekik Sarah.

"Iya, sebentar lagi, ya," bujuk Gilang pelan. "Ayo, temani Abang ke kantin dulu. Biasanya kalau pagi begini, bala-balanya baru digoreng, lo."

"Enggak mau! Sarah mau pulang, Abang. Sarah mau Mama."

Tumben, bisik Gilang dalam hati. Biasanya, Sarah akan mudah sekali dibujuk dengan jajanan, tetapi kali ini ia menolak keras. Mungkin apa yang dilihatnya tadi benar-benar mengganggu.

"Iya, tapi Adek tungguin abang dulu, ya? Abang ke toilet sebentar," kata Gilang lagi, masih berusaha mengalihkan pikiran Sarah. Namun, lagi-lagi gadis itu menolak. Dia hanya ingin segera pulang ke rumah dan bertemu ibunya.

Akhirnya Gilang mengalah. Dengan tatapan tajam yang terarah pada Sean, dia mengajak Sarah meninggalkan kelas itu. Pergi menemui guru piket, lalu meminta izin untuk mengantar adiknya sebentar. Sepanjang perjalanan, Sarah tidak melepas pelukannya di pinggang Gilang. Laki-laki itu bisa merasakan, di belakangnya, adiknya masih menangis sesegukan. Bahkan ketika sampai di rumah, Sarah meraung dalam pelukan ibunya. Melihat itu, Gilang tidak tega meninggalkannya, jadi memilih bolos sekolah untuk menemani ibunya menjaga Sarah. Lagi-lagi, gadis itu mengurung diri di kamar yang gelap.

"Kenapa Sarah bisa begini, Lang?" Rani bertanya setelah memastikan Sarah tertidur. Sudah sejak tadi dia penasaran, tetapi menahannya karena takut Sarah bertambah histeris bila diingatkan hal yang membuatnya takut.

Gilang berkata, "Tadi di mejanya ada hp yang lagi muterin video kebakaran, Ma. Aku nggak tahu siapa yang naruh itu di meja Sarah."

Ingatannya kembali pada gantungan kunci yang sepertinya merupakan milik Sean. Dia curiga, bila Sean yang mengerjai adiknya, mengingat laki-laki itu terlihat sangat membenci Sarah.

Sebetulnya apa yang kamu lakukan, sampai membuat Sean sebenci itu sama kamu, Dek?

Sayangnya, tak ada yang bisa menjawab pertanyaan Gilang.

Dia sengaja tidak menceritakan pada orang tuanya tentang kecurigaan pada Sean, mengingat buktinya belum kuat. Dia hanya meminta ayahnya untuk mengembalikan Sarah ke kelas reguler, agar bisa menghindari Sean. Gilang tidak ingin Sarah semakin dibenci oleh Sean, karena terjebak di dalam kelas yang sama. Namun, lagi-lagi lingkungan seolah menolak membantu. Sekolah tidak mengizinkan Sarah kembali ke kelas reguler, karena dinilai akan memperburuk kesan kelas unggulan. Jadi, gadis itu kembali ke ruang kelas unggulan 2 hari kemudian.

"Bang ... Sarah takut," lirihnya, ketika akan mencapai tempat duduk.

"Sudah, nggak usah takut. Enggak ada apa-apa di sini," jawab Gilang, sambil mengusap kepalanya lembut.

"Eh, halo, Cantik." Sarah menoleh, melihat Sam sedang tersenyum semringah pada gadis berkacamata yang duduk di depannya.

"Lo mau, kan, duduk di depan?" tanyanya sambil menunjuk tempat duduk yang biasa dia tempati di depan meja guru. Gadis itu mengangguk antusias. Bagi siswa kelas unggulan, duduk di barisan depan seperti mendapat tiket menuju surga lebih dahulu.

"Yaudah, kalau gitu, kita tukeran tempat duduk, gimana?" Sam menawarkan, langsung disetujui gadis itu. Dia duduk di meja itu, langsung menepuk-nepuk meja Sarah di belakanganya.

"Duduk sini, nggak usah takut. Tenang aja, ada gue," ucapnya sambil tersenyum.

Sarah menengok Gilang yang sedang mengamati Sam, lalu menarik-narik lengannya. Gilang menoleh, berpikir sejenak, lalu mengangguk.

"Iya, jangan takut. Tuh, lihat, ada Sam yang mau jadi temen Adek," ucap Gilang lembut. "Orang takut, lo, sama dia."

"Kenapa orang takut? Apa dia jahat?"

Gilang tersenyum, sepertinya Sarah sudahs kembali seperti biasa. Pikirannya mudah teralihkan.

"Dia gila," bisik Gilang di samping telinga adiknya. Sarah menoleh pada Sam, langsung bergidik.

"Kalau gilanya kumat, gimana?"

"Enggak kalau di dekat kamu," balas Gilang. Sarah manggut-manggut meski ia tidak mengerti. Gadis itu duduk perlahan di tempatnya, lalu membiarkan Gilang berlalu ke kelasnya. Sepanjang pelajaran, sesekali Sam menoleh padanya sambil tersenyum malu-malu. Sarah cekikikan, pria di depannya lucu.

Tanpa sengaja matanya menangkap tatapan Sean. Tetap saja sama, ada benci yang dia utarakan lewat tatapan itu. Sarah menunduk, meremas pulpen merah mudanya. Dalam hati kembali bertanya, kenapa lelaki itu sangat membencinya.

—SR—

Pagi ini, Sarah dikejutkan oleh surat kaleng yang menyatakan bahwa dirinya bukanlah anak kandung Rani dan Ginan. Gadis itu terduduk lemas, tidak menyangka bila teror yang didapatnya akan berlanjut. Dia menunjukkan surat itu pada Gilang yang langsung memucat, tidak mengerti bagaimana hal itu bisa diketahui orang lain. Lalu, dia mengadukan hal itu pada orang tuanya. Mereka sama kagetnya, kemudian mendatangi sekolah keesokan hari. Namun, wali kelas Sarah bersumpah, dia tidak pernah mengatakan kepada siapa pun tentang hal itu.

Ginan menunjukkan surat itu kepada wali kelas Sarah, lalu dia menyocokkan dengan tulisan tangan murid-muridnya. Tangannya sedikit bergetar ketika menyocokkan tulisan itu dengan selembar kertas ujian, yang akan dibagikan hari ini. Sama persis.

"Ini ...," gumam Ginan ketika melihat kedua kertas itu bergantian. Dia mendongak pada wali kelas Sarah, meminta penjelasan.

"Siapa itu Sean Regan White?"

Wanita bertubuh tambun itu menarik napas panjang, sebelum berucap terbata, "Dia ...."

—SR—

TBC

Dia dia dia ....

Dia kenapa hayo?

Penasaran? Tungguin update Minggu depan, ya. 😉

Yuk, mampir ke cerita Kolaborasi7Benua lain di akun:

1. Vanila Kavii98_
2. Kanola Fifi_Alifya
3. Dian azdiyare_ahsan708
4. Mikha rodeoexol
5. Joyce IndahCatYa
6. Tania AnnyoosAn

Ada banyak cerita keren lain juga di akun Talithaa56 dan MeylindaRatna

See you next week Guys ....

Love,
SR

Continue Reading

You'll Also Like

GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
913K 13K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
250K 23.7K 30
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
2.7M 272K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?