Despacito [Terbit 28 Oktober...

By IndahHanaco

1.6M 170K 9.1K

Ranking : #1 Chicklit (4-6 Desember 2019) #2 Chicklit (29-30 November, 1-4 Desember 2019, 29-31 Maret 2020... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga [A]
Dua Puluh Tiga [B]
Dua Puluh Empat [A]
Dua Puluh Empat [B]
Dua Puluh Lima [A]
Dua Puluh Lima [B]
Dua Puluh Enam [A]
Dua Puluh Enam [B]
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan [A]
Dua Puluh Delapan [B]
Dua Puluh Sembilan [A]
Dua Puluh Sembilan [B]
Tiga Puluh
Special Order Despacito

Enam

34.1K 4.5K 201
By IndahHanaco

Kalimat yang diucapkan Febe, ketajaman suaranya, serta kilat kemarahan di mata perempuan itu, membuat Kennan terperangah. Padahal, Kennan tidak bermaksud membuat perempuan itu tersinggung. Semua hanya reaksi spontan belaka. Namun ternyata Febe jelas-jelas tidak menyukai kalimatnya.

Kennan tidak tahu harus bicara apa. Meminta maaf mungkin hal yang harus dilakukannya. Cuma, Kennan tak sepenuhnya paham alasan Febe tersinggung. Apakah perempuan itu lebih suka membohongi seisi dunia supaya dianggap sebagai perempuan baik-baik? Sebegitu pentingkah penilaian orang bagi Febe?

Sebelum Kennan menemukan jalan keluar brilian, Febe sudah kembali dengan membawa sebotol air mineral yang diletakkan di depan pria itu. Lalu, Febe mengambil tempat duduk di seberang Kennan, menempati kursi tunggal. Perempuan itu masih mengenakan pakaian senam, celana tiga per empat shocking pink dan atasan tanpa lengan warna senada. Bukan jenis yang minim, tapi menunjukkan dengan jelas lekuk tubuhnya.

Saat itulah Kennan baru menyadari bahwa Febe sama sekali tidak kurus. Lengannya berotot, perut yang terlihat rata walau tidak tampak kulit sedikit pun, paha langsing, dan bokong yang bulat. Khusus bagian bokong, Kennan tidak sengaja menumpukan perhatian ke area itu. Hanya saja, saat tadi Febe menjauh untuk mengambil air minum, mau tak mau matanya tertuju ke bagian belakang tubuh Febe.

Kennan menggeram pelan, nyaris memaki diri sendiri. Entah mengapa monolog di kepalanya malah membahas tubuh Febe. Apakah otaknya sudah memasuki mode mesum karena gagal menikah? Pemikiran itu membuat Kennan diingatkan pada tujuan kedatangannya ke tempat ini.

"Aku minta maaf kalau kamu tersinggung. Aku nggak punya maksud apa-apa," gumam Kennan. Ya, meski tidak benar-benar serius ingin meminta maaf, dia harus melakukan itu. Karena alasan sopan santun. "Barusan spontan aja. Karena nggak nyangka banget kalau kamu pernah.. maaf... gendut."

Febe menukas, "Dan nggak nyangka kalau aku suka laki-laki?"

Kennan baru saja hendak menyanggah tapi Febe sudah mengibaskan tangan kanannya. "Nggak perlu dibahas lagi. Kamu ada perlu apa ke sini?"

Pertanyaan blakblakan itu membuat Kennan kesal. Jika mau jujur, dia tidak benar-benar tahu alasannya sehingga melarikan motornya ke rumah Febe. Dia sempat berharap akan bertemu dengan Irina, tapi malah diarahkan Dila untuk mendatangi studio senam Febe yang berada di samping rumah. Ini kali pertama Kennan memasuki bangunan yang disebut Irina sebagai "sarangnya Febe".

"Emangnya aku nggak boleh ke sini? Apa menurutmu nggak masuk akal kalau aku datang untuk nyari tau soal Irina?"

Febe menatap tamunya dengan ekspresi datar. "Aku pasti ngabarin kalau ada perkembangan baru. Jangan kira aku suka ngeliat ada orang yang batal nikah. Aku lebih hepi kalau Irina pulang dan ngeberesin masalahnya tanpa melibatkan orang lain." Kaki kanannya disilangkan. "Aku masih berusaha ngontak Irina sampai tadi siang, walau tau nggak bakalan ada hasilnya. Hapenya masih nggak aktif. Teman-temannya pun nggak ada yang tau Irina ada di mana. Jadi, nggak ada perkembangan sama sekali. Makanya aku nggak ngabarin kamu."

Kennan meraih botol air mineral dan membuka segelnya. Lalu, dia meneguk isinya hingga sepertiga. Resepsi pernikahannya tinggal lima hari lagi. Kennan tahu dia bodoh karena tidak melakukan apa pun. Otaknya keruh dan tak bisa digunakan untuk berpikir. Itulah sebabnya dia belum mengabari pihak terkait tentang pembatalan resepsi. Padahal, ibunya sudah mengingatkan agar lelaki itu mengurus segalanya. Termasuk menghubungi para tamu.

"Kamu nggak punya bayangan Irina ada di mana?" Suara Febe berubah, tak lagi seketus tadi. Mungkin perempuan itu merasa tak enak hati melihat kekusutan yang terpampang di wajah Kennan.

"Nggak," balas pria itu. "Kamu sendiri, beneran nggak tau di mana adikmu? Bukan cuma pura-pura nggak tau?" Kennan akhirnya melontarkan tudingan yang selama ini cuma bergema di kepalanya belaka.

Wajah Febe memerah tapi perempuan itu tidak langsung mengomel. Beberapa detik kemudian, barulah Febe membuka mulut. "Aku pengin marah tapi di sisi lain aku berusaha paham sama kesulitanmu. Nggak bisa bayangin paniknya ditinggal calon istri." Febe terdiam selama lima denyut nadi. "Tapi aku bisa jamin, kami beneran nggak tau alasan Irina atau di mana dia ngumpet sekarang ini. Kamu kira aku lebih milih ngelindungi dia dibanding kesehatan ibuku? Sekarang ini kondisi Ibu nggak oke, dan itu bikin aku cemas setengah mati."

Serta-merta Kennan pun teringat saat Rosita pingsan. Tanpa dikehendaki, otaknya membandingkan kondisi Febe dan dirinya. Lydia memang sakit dan sempat harus diopname, sekarang ini pun kondisinya belum membaik. Akan tetapi, perempuan itu diurusi oleh semua anggota keluarga. Sementara Rosita, hanya memiliki Febe dan Dila.

"Aku nggak bermaksud ngejelek-jelekin, tapi tingkah kayak gini udah bukan hal baru buat keluarga kami. Irina sering kabur kalau lagi ngambek. Kamu pasti nggak tau itu, kan?"

Kening Kennan berkerut. Ini memang berita baru baginya. "Oh, ya? Sejak kapan?"

"Kabur seharian sih udah biasa sejak SMA. Irina baru balik malam hari. Pas kuliah, dia mulai berani nggak pulang berhari-hari. Aku dan Ibu udah capek ngasih tau. Dulu, Bapak pernah marah banget sama Irina, tapi ya gitu. Anaknya nggak kapok."

Kennan seolah baru saja ditinju berkali-kali, tepat di ulu hati. Mengapa dia tidak mengetahui semua itu? Di matanya, Irina adalah perempuan hebat yang pantas untuk dilimpahi cinta tanpa syarat.

"Kamu kaget banget," simpul Febe. "Maaf, aku bukannya mau bongkar rahasia adikku sendiri. Bukan nggak solider. Tapi, aku nggak mau kamu nyalahin aku dan Ibu. Seolah-olah bersekongkol sama Irina. Yang ada, kami pun sama kaget dan kecewanya kayak keluargamu, Ken." Perempuan itu berdeham. "Kemarin itu mamamu jelas-jelas nyalahin Ibu. Aku sebenarnya pengin ngomong tapi nggak mau bikin semua makin kacau. Lagian, Ibu udah ngelarang sebelumnya."

Ya, Kennan tentu saja masih ingat apa yang terjadi seminggu silam. "Aku minta maaf. Mamaku memang kecewa dan sedih banget gara-gara masalah ini. Kemarin sempat masuk rumah sakit. Sekarang pun masih belum fit." Kali ini, permintaan maafnya benar-benar tulus.

"Sakit apa?" respons Febe.

"Stres kayaknya. Mamaku kan orang yang berusaha banget jaga nama baiknya. Mungkin sampai tahap terobsesi. Tau-tau ada kejadian kayak gini, bisa ngebayangin gimana, kan?" Kennan tersenyum pahit. Dia kembali meraih botol minumannya. Ini adalah percakapan paling panjang dengan Febe sejak mereka saling kenal.

"Aku beneran minta maaf atas nama keluargaku ya, Ken. Kalau tau kejadiannya bakal kayak gini..." Febe berhenti lagi. Suara desahnya terdengar berat. "Ah, percuma berandai-andai. Udah kejadian. Lagian, Irina bukan tipe orang yang bisa dilarang kalau udah punya kemauan. Tapi, kukira dia udah berubah. Karena dia bisa bertahan sama kamu hampir dua tahun. Itu hubungan paling panjang yang pernah dijalani Irina tanpa putus-sambung. Apalagi dia setuju untuk nikah. Nyatanya, aku salah."

Kalimat Febe membuat Kennan tersentuh dengan cara yang tidak diperkirakannya. Perempuan itu terlihat tulus. Hal itu membuat Kennan bertanya-tanya, mungkinkah selama ini dia sudah salah menilai Febe?

"Jadi, apa rencanamu, Ken? Semua udah dibatalin? Gedung, katering, dan semua tetek bengeknya? Eh iya, dari kemarin aku belum nanya. Berapa biaya yang harus kami ganti?"

"Biaya?" Kennan kebingungan.

"Iya, biaya resepsi dan perintilannya. Irina sih bilang dia udah beresin masalah itu, cuma minta ditambahin dikit sama Ibu. Padahal, Ibu udah nyiapin dana untuk acara itu, cuma kata Irina nggak perlu. Sisanya kamu yang nanggung. Tapi, kan tetap..."

"Semua udah diberesin dan udah pasti hangus karena resepsinya batal." Kennan gagal membuat suaranya terdengar datar. Nada tajam justru mencuat. "Kamu kira aku ke sini untuk ngomongin soal duit, ya?" tudingnya tanpa basa-basi.

Mata Febe membulat, tampak terkejut karena reaksi mantan calon iparnya. "Kok kamu jadi sensi gitu, sih? Aku kan nanya baik-baik. Emangnya resepsi seheboh yang kalian rencanain nggak butuh biaya? Siapa tau masih ada yang belum beres. Dan meski pestanya batal, kan tetap harus dibayar. Kalau memang kami bisa bantu, apa salahnya?"

Kennan menarik napas. Febe benar, dia berubah menjadi pria sensitif yang mengerikan belakangan ini. Pekerjaannya pun tidak ada yang beres. Entah berapa kali Kennan mendapat teguran dari atasannya.

"Maaf. Aku lagi mumet dan masalah uang sama sekali nggak kepikiran. Entah mana dulu yang harus kucemaskan. Ditinggal calon istri, bakalan malu seumur-umur karena batal nikah, kesehatan Mama, rumah baru yang entah kapan bakal ditinggalin, laki-laki mana yang udah bikin Irina jatuh cinta, dan entah apalagi." Kedua siku Kennan bertumpu di lutut, sedangkan telapak tangannya menutupi wajah. "Aku bahkan nggak beneran tau kenapa tadi malah belok ke sini. Mungkin aku diam-diam berharap, Irina ada di rumah. Paling nggak, untuk jelasin alasannya ninggalin aku."

Lelaki itu akhirnya mengangkat wajah dengan perasaan remuk yang baru benar-benar dikenalinya. Entah bagaimana, selama ini semua kepahitan dan kekecewaan yang menjadi buntut untuk perbuatan Irina, tidak dikecapnya dengan total. Seolah tertahan entah di mana. Namun detik ini, semua emosi itu menerjang Kennan bagai air bah. Membuatnya menyadari betapa mengerikan kenyataan yang sedang membentang di depan matanya. Lima hari lagi, seisi dunia akan mengetahui bahwa Kennan tak cukup baik sebagai calon suami hingga ditinggalkan oleh Irina begitu saja.

"Apa yang bisa kulakukan untuk mengurangi masalahmu, Ken?" tanya Febe. Nada suara perempuan itu terdengar lembut sekaligus penuh simpati. Kennan belum pernah mendengar intonasi semacam itu dari kakak Irina ini. Sedetik kemudian, dia menegur diri sendiri. Bagaimana bisa Kennan berharap mengenal aneka nada suara Febe jika mereka tak pernah saling sapa lebih dari empat kalimat?

"Nggak ada, Fe. Cuma Irina yang bisa ngeberesin semuanya." Kennan menegakkan tubuh. Tangan kanannya mengusap leher. "Makasih karena udah bertanya."

Perempuan yang duduk di depan Kennan itu mengubah posisi tubuhnya. "Aku pengin banget bisa ngebantu kamu. Tapi, aku nggak tau harus ngapain. Aku udah berusaha keras nyari Irina ke mana-mana. Hasilnya nihil."

Kennan ingin memberi tahu Febe tentang apa yang dilihat Kemuning, tapi membatalkan di saat-saat terakhir. Tidak ada gunanya. Kurang dari semenit yang lalu dia memang mengatakan bahwa cuma Irina yang bisa membereskan semua masalah yang muncul. Namun saat ini Kennan tahu bahwa itu sama sekali tidak benar.

Memangnya dia berharap apa? Irina kembali dan bersedia melanjutkan rencana mereka? Jikalau memang itu yang terjadi, tetap saja mereka takkan bisa menikah. Masalah yang muncul sudah demikian fatal, takkan ada jalan kembali.

"Kamu udah makan, Ken?"

Pertanyaan Febe itu menusuk kepala Kennan sekaligus melenyapkan perang kata-kata di kepalanya. Lelaki itu tersenyum lemah. "Kenapa kamu masih bisa mikirin makanan? Sejak Irina pergi, aku kesulitan menelan makanan."

"Masalah udah banyak, jangan sampai nambah lagi. Minimal, kamu harus jaga kesehatan. Walaupun nggak selera banget, ya tetap harus maksain ngisi perut." Febe berdiri dari kursinya. "Tunggu sebentar, ya? Aku nggak lama, kok."

Meski Febe tidak menjelaskan alasannya meninggalkan studio, Kennan sudah bisa menebak. Dia takkan heran jika perempuan itu kembali dengan makanan untuknya. Namun, Kennan tidak mengatakan apa-apa. Di titik ini, semua hal baik yang diberikan seseorang, diterimanya dengan rasa syukur. Dia membutuhkan itu agar tidak terus-menerus merasa bahwa dirinya tak berharga hingga dicampakkan Irina.

Febe kembali ke studionya seperempat jam kemudian. Perempuan itu sudah mandi dan berganti pakaian. Kini, Febe mengenakan celana katun longgar dan kaus hijau dengan tulisan mencolok: Content Warning. Perempuan itu membawa nampan berisi dua piring nasi uduk berlauk lengkap.

"Kamu harus maksain makan, biar nggak tumbang." Febe meletakkan salah satu piring ke depan Kennan. Lalu, perempuan itu kembali duduk di depan Kennan.

"Fe, kurasa kamu bisa bantu ngurangin masalahku. Kita ngikutin usul papaku. Kamu yang nikah sama aku. Gimana?" Kalimat tolol itu meluncur begitu saja tanpa sempat direm Kennan. Setelah ucapannya tergenapi, entah siapa yang lebih kaget. Kennan atau Febe?

Lagu : Señorita (Shawn Mendes featuring Camila Cabello)

Tiap lagu memiliki melodi
Tiap melodi menyimpan jutaan makna
Dan selalu ada cerita di balik alunan nada yang coba dibahasakan dalam sebuah lagu.

Dari mulai lantunan musik country yang menyenangkan. Menyentak dan membuat candu seperti latin pop. Ataupun lagu-lagu lama yang menyimpan banyak nostalgia.

Dalam series kali ini, kami para pecinta oppa dan babang ganteng bakal coba membahasakan sebuah lirik menjadi cerita panjang kepada kalian. Menyajikan konser kecil dari potongan cerita, yang mungkin akan membuat imajinasi kalian bermain-main dalam dentingan lagu dari kami.

Daftar lagu dari konser kami :

1. inag2711 : If I die young dari lagu If I Die young - The Band Perry (setiap Senin & Kamis)
2. Indah Hanaco : Despacito dari lagu Despacito - Luis Fonsi featuring Justin Bieber (setiap Selasa & Jumat)
3. pramyths : The Girl from Yesterday dari lagu The Girl from Yesterday - The Eagles (setiap Rabu & Sabtu)
4. mooseboo : Midnight Tea dari lagu Juwita Malam - Ismail Marzuki (setiap Kamis & Minggu)

Sudah siap mendengarkan lagu-lagu dari kami?


Continue Reading

You'll Also Like

2M 22.5K 8
Pernah mengalami masa lalu buruk dalam hal percintaan membuat Naya tanpa sadar kesulitan jatuh cinta lagi. Semua laki-laki yang menjalin hubungan den...
146K 1K 67
Rekomendasi cerita wattpad. Disini kebanyakan ceritanya genre romance, office romance, chicklit, metropop.
1.9M 46.1K 54
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
58.5K 4.3K 12
"Dasar gadis penguntit" "Biar saja!" "Kau tidak lelah?" "untuk saat ini belum" "lalu kapan?" "Biarkan waktu yang menjawabnya!" - "Karena aku mendekat...