Despacito [Terbit 28 Oktober...

By IndahHanaco

1.6M 170K 9.1K

Ranking : #1 Chicklit (4-6 Desember 2019) #2 Chicklit (29-30 November, 1-4 Desember 2019, 29-31 Maret 2020... More

Satu
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga [A]
Dua Puluh Tiga [B]
Dua Puluh Empat [A]
Dua Puluh Empat [B]
Dua Puluh Lima [A]
Dua Puluh Lima [B]
Dua Puluh Enam [A]
Dua Puluh Enam [B]
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan [A]
Dua Puluh Delapan [B]
Dua Puluh Sembilan [A]
Dua Puluh Sembilan [B]
Tiga Puluh
Special Order Despacito

Dua

49.4K 4.4K 127
By IndahHanaco

Melihat Rosita kehilangan kesadaran, Kennan langsung melompat dari tempat duduknya. Namun dia tak sempat mencegah perempuan itu terjerembab ke lantai dengan suara debam mengerikan. Sementara Febe langsung memanggil-manggil ibunya dengan panik, menepuk pipi dan mengguncang bahu Rosita. Kennan pun seketika merasa bersalah.

Febe memintanya membopong Rosita dan menempatkan perempuan kurus itu ke sofa. "Nggak dibawa ke UGD aja? Di dekat sini kan ada rumah sakit." Kennan memandang Febe dengan panik. Dia tidak pernah menyaksikan orang pingsan di depan matanya.

"Nggak usah. Aku manggil dokter dulu," kata Febe cepat. Setelahnya, perempuan itu berteriak memanggil Dila dan menggumamkan sederet perintah.

Kennan Arkadia lebih banyak menjadi penonton saat Febe kembali dengan seorang dokter yang masih muda. Dia menahan napas berdetik-detik selama dokter memeriksa Rosita. Setelah dipastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja dan tak lama kemudian siuman, Kennan tak bisa menggambarkan perasaan leganya.

"Ken, kalian ribut atau apa sampai Irina nggak mau nikah?" Rosita berusaha menginterogasi Kennan setelah siuman. Dokter yang ternyata tinggal di sebelah rumah keluarga itu, pamit setelah meyakinkan Febe bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan.

"Kami nggak ribut, Bu," balas Kennan. Dia enggan jadi penyebab Rosita kembali kehilangan kesadaran. Dia memang tahu jika kondisi kesehatan perempuan itu tidak prima.

"Irina nggak ada di kamarnya ya, Fe?" Rosita mengalihkan tatapan ke arah Febe yang tergopoh-gopoh ke ruang tamu itu dengan sebuah nampan. Ada dua gelas teh yang masih mengepulkan asap dan mi kuah.

"Bu, nggak usah ngomongin Irina dulu. Sekarang Ibu harus makan, jangan sampai pingsan lagi." Febe meletakkan salah satu mangkuk berisi mi di depan Kennan. "Kamu juga. Pagi-pagi ke sini pasti nggak sempet ngisi perut. Jangan ada lagi yang tumbang gara-gara belum sarapan." Febe mengucapkan kalimatnya sembari melirik sekilas ke arah Kennan.

Lelaki itu mengagumi Febe dalam cara yang negatif. Bagaimana bisa perempuan itu memikirkan tentang sarapan di saat segenting ini? Kennan sama sekali tidak lapar. Bahkan mungkin hingga tahun depan pun dia takkan berselera mengisi perut karena apa yang dilakukan Irina.

Mereka berpacaran hampir dua tahun dan bersepakat untuk menikah. Selama ini, tidak ada masalah berarti yang membuat Kennan meragukan pilihannya. Kadang, Irina memang sensitif dan bisa mendadak bersikap menyebalkan tanpa alasan jelas. Atau berubah sinis hingga mengucapkan kalimat yang menyilet. Namun, Kennan bisa memaklumi itu semua. Karena di sebagian besar waktu, Irina adalah perempuan menyenangkan yang layak dicintai.

"Bu, sarapan dulu, ya? Kalau makanannya udah habis, baru kita bahas soal Irina."

Suara bernada membujuk yang dilisankan Febe membuat monolog di dunia Kennan pun runtuh. Perhatiannya mau tak mau tertuju kepada objek di depannya. Febe duduk di sebelah kanan ibunya, berusaha membuat Rosita mulai menyantap makanannya. Tangan kanan Febe terangkat ke udara, bersiap menyuapi ibunya.

"Gimana Ibu bisa makan dalam situasi kayak gini, Fe?"

"Irina juga nggak bakalan muncul di sini kalau Ibu nggak mau makan. Sekarang ini, Ibu harus mikirin diri sendiri dulu sebelum mulai pusing gara-gara anak itu."

Perempuan yang seharusnya menjadi kakak ipar Kennan itu ternyata memiliki persediaan kesabaran yang cukup mengagumkan. Karena akhirnya dia berhasil membuat Rosita mulai makan. Kennan sama sekali tidak tahu Febe memiliki kualitas tersebut. Selama ini, dia sudah telanjur antipati pada Febe karena banyak alasan.

"Kamu makan juga, Ken. Tehnya juga diminum, biar perutnya hangat." Febe mengerling ke arah makanan di atas meja kaca yang masih belum disentuh Kennan.

"Iya," jawab pria itu pendek. Dia tidak tahu bagaimana harus merespons kata-kata Febe. Kennan sama sekali belum bersedia melepaskan Febe andai saja Rosita tidak keburu keluar kamar. Dia tak percaya begitu saja pada pengakuan Febe bahwa perempuan itu tidak tahu di mana Irina. Yang paling mungkin, Febe justru bekerja sama dengan adiknya membodohi Kennan. Lalu berakting dengan gemilang menjadi manusia polos yang tak tahu apa pun.

Meski memaksakan diri untuk makan, Kennan hanya mampu menelan enam sendok saja. Rasa mual bergulung di perutnya hingga pria itu menyerah. Namun dia menghabiskan teh hangat yang disiapkan Febe.

"Kejadian sebenarnya kayak apa, Ken? Kamu harus cerita sama Ibu, jangan ditunda-tunda lagi," tuntut Rosita setelah perempuan itu selesai sarapan.

"Bu, kurasa..."

Rosita menggeleng sambil menatap Febe, membuat kalimat perempuan itu berhenti. "Ibu pengin tau, Fe. Nggak ada gunanya kalian nutup-nutupin."

Kennan akhirnya tak memiliki banyak pilihan. Maka, dia pun meringkas apa yang terjadi belakangan ini. "Kami nggak ada masalah, Bu. Nggak lagi ribut juga. Kemarin itu Irina sempat rada kesal karena persoalan gaun pengantin. Bukan karena ada yang salah sama gaunnya. Tapi menurut Irina, dia masih kelebihan berat badan. Itu sebabnya gaun pengantin itu jadi kurang bagus."

"Irina bilang dia kelebihan berat badan?" Febe menyela dengan pupil mata membulat. Perempuan itu terkesan benar-benar kaget. Kennan pantas memberi komplimen pada perempuan itu karena aktingnya yang sempurna.

"Iya. Semua orang yang ngeliat dia nyobain gaun pengantinnya sih berpendapat kalau penampilannya sempurna. Tapi Irina nggak mau dengar." Kennan mengedikkan bahu. "Itu yang sempat bikin kami agak bersitegang, Bu. Kejadiannya empat hari yang lalu. Tapi di luar itu sih nggak ada apa-apa. Irina bahkan sempat minta perubahan menu katering. Bukan yang rumit, sih. Cuma minta supaya cake potongnya dikurangi, diganti puding tanpa vla." Pelipis Kennan mulai berdenyut.

"Trus, tadi pagi dia malah ngirim WhatsApp, mutusin hubungan kalian sekaligus pembatalan pernikahan?" sela Rosita.

"Hmmm... iya, Bu. Kira-kira kayak gitu." Kennan menggigit bibir bawahnya. Dia tidak ingin mengejutkan Rosita dan membuat perempuan itu pingsan lagi.

"Alasannya apa, Ken? Kenapa Irina membatalkan pernikahan?"

Kennan bimbang. Tanpa sadar, dia melirik Febe. Namun perempuan itu sedang menunduk sembari menepuk-nepuk celana pendeknya. Berlagak seolah sedang membersihkan kotoran yang menempel di sana.

"Ken, kamu belum jawab pertanyaan Ibu," Rosita mengingatkan.

Tak berdaya, Kennan akhirnya membuka mulut. "Irina bilang, dia jatuh cinta sama orang lain, Bu. Laki-laki yang katanya lebih baik dari saya. Dia juga ngakunya nggak bahagia sama saya."

Febe bersuara dengan nada tajam. "Nggak bahagia tapi hampir nikah. Lucu." Lalu, seolah kaget dengan kata-katanya sendiri, perempuan itu buru-buru menggumamkan maaf. Namun bukan ditujukan kepada Kennan, melainkan pada ibunya.

Kennan benar-benar salut dengan akting Febe. Akan tetapi, dia tak mungkin membalas kata-kata perempuan itu dengan sindiran karena mempertimbangkan perasaan Rosita.

"Kamu nggak tau ke mana Irina, Fe?"

Pertanyaan Rosita itu membuat Kennan hampir bersorak. Paling tidak, ibunya sendiri tidak sepenuhnya percaya bahwa Febe tak tahu apa pun.

"Nggak tau, Bu. Tadi malam cuma ngobrol sebentar sebelum aku masuk kamar. Paginya, aku dan Mbak Dila sempat heran karena Irina nggak turun dari kamarnya. Biasanya kan dia bangun pagi. Makanya sempat nebak kalau dia lagi kurang sehat. Trus nggak lama setelahnya Kennan datang. Aku ngecek ke kamarnya, tapi Irina nggak ada. Seprainya udah rapi, kayak nggak ditidurin sama sekali. Kopernya yang paling gede udah nggak ada, baju-bajunya pun berkurang."

Kalimat Febe membuat Kennan merasa seseorang baru saja menetak punggungnya dengan pedang. Napasnya tercekat. Irina minggat dari rumah?

"Tadi pas saya ke sini, pintu pagar memang nggak dikunci, Bu," gumam Kennan. Suaranya terdengar lirih. Keputusasaan mencuri oksigennya. Tampaknya Irina tidak main-main. Perempuan itu cuma bukan sedang merajuk dan ingin dibujuk. Melainkan benar-benar meninggalkan Kennan menjelang pernikahan mereka.

Tidak ada titik terang yang ditemukan Kennan. Tadi dia bangun dengan perasaan bahagia yang seolah menghangatkan tubuhnya. Dia akan menjadi suami Irina dalam hitungan hari. Persiapan resepsi pernikahan mereka pun tidak mengalami kendala. Karena itu, Kennan kaget sekali saat meraih ponsel dan mendapati Irina mengiriminya pesan via WhatsApp pukul dua malam. Apalagi setelah membaca isinya.

Panik, itu respons pria itu. Tanpa pikir panjang, dia menyambar kunci motor dan bergegas menuju rumah Irina. Kennan hanya sempat menyikat gigi dan mencuci muka. Dia bahkan tidak mengganti baju, hanya mengenakan celana training dan kaus belel yang dipakai saat tidur.

Harapan Kennan, dia bisa bertemu Irina untuk bertanya langsung apa maksud kalimatnya. Karena upayanya untuk menelepon sang calon istri, gagal total. Gawai Irina tidak aktif. Sayang, ketika tiba di rumah perempuan itu, berita buruk lainnya sudah menanti. Kennan sangat ingin memaksa Febe untuk bicara jujur karena dia yakin perempuan itu tahu keberadaan adiknya. Namun dia menghormati Rosita yang tampak begitu terpukul.

Setelah merasa tidak ada lagi yang bisa dilakukannya, Kennan memilih pulang. Dia tak pernah menduga akan mengalami hal ini. Bagi pria itu, ditinggalkan calon mempelai sebelum pernikahan, hanya ada dalam dunia fiksi. Menjadi plot yang banyak digarap oleh film-film bertema romance yang digemari kedua kakak perempuannya. Siapa sangka, hari ini dia mengalami sendiri kemalangan sebagai orang yang tak diinginkan oleh perempuan yang sudah bersedia menjadi pengantinnya?

Tiba di rumah, ayah dan ibunya mengajukan sederet pertanyaan begitu Kennan melewati pintu. Mereka tak bisa disalahkan karena dia sudah menghilang sejak pagi buta. Nalurinya meminta Kennan untuk menutup mulut dan menyembunyikan kenyataan pahit yang sedang dihadapinya meski sementara. Namun akal sehatnya meraungkan tanda bahaya. Ibunya, Lydia, pasti murka jika dia merahasiakan masalah itu. Apalagi, sejak awal Lydia kurang sreg dengan calon pasangan hidup pilihan putranya. Lydia berargumen Irina tidak akan menjadi istri yang bisa diandalkan Kennan. Alasannya? Naluri.

"Ma, Pa, ada berita buruk." Kennan tak mampu lagi memikirkan kalimat yang lebih halus. Dia menatap Lydia dan Hisham berganti-ganti. Mereka bertiga berdiri berhadapan di ruang tamu. "Tapi semoga nggak ada yang pingsan."

Ayahnya mengernyit. "Ada apa?"

"Jangan bikin takut gitu dong, Ken," pinta Lydia dengan wajah serius. "Kamu kenapa? Sakit? Atau ada masalah?"

"Aku baru pulang dari rumah Irina, Ma. Tapi nggak ketemu orangnya. Dia udah pergi dari rumah." Kennan menunduk, memandangi jari kakinya. "Dia ngirim WhatsApp tengah malam tapi aku udah tidur. Irina ngebatalin pernikahan. Katanya dia nggak bahagia."

"Apa? Mama nggak salah dengar, kan?" Suara Lydia naik setengah oktaf setelah terpaku puluhan detik. "Irina bilang nggak bahagia? Trus jalan satu-satunya adalah ngebatalin pernikahan yang tinggal beberapa hari lagi? Tuh orang mikirin gimana risikonya untuk kita semua kalau kalian gagal nikah? Malunya seumur hidup, Ken. Belum lagi..."

"Ma, marah-marahnya nanti aja. Kennan lagi pusing setengah mati, jangan ditambahin lagi," sela Hisham sembari memeluk bahu istrinya. "Kamu punya rencana apa, Ken?"

Kennan yang otaknya memasuki mode buntu, hanya menggeleng. Ayahnya meminta pria itu untuk duduk. Sementara Lydia tak bisa sepenuhnya meredam kemurkaan. Perempuan itu masih mengomel panjang dengan penuh emosi. Hisham jauh lebih tenang. Hingga ayahnya mengusulkan untuk mendatangi rumah keluarga Irina malam nanti. Menurut Hisham, kedua keluarga perlu mencari jalan keluar untuk masalah pelik ini.

Lydia awalnya menolak ikut tapi sang suami bisa membuatnya berubah pikiran. Kennan sendiri tidak yakin apakah ada manfaatnya jika mereka bertamu ke rumah keluarga Irina. Namun dia menuruti saran ayahnya sambil tetap mencoba mengontak Irina. Lelaki itu terpaksa membolos bekerja hari ini.

Seperti dugaannya, hanya ada kebuntuan dalam pertemuan itu. Rosita dan Febe mengaku tidak tahu-menahu atas keputusan nekat Irina. Konon, Febe pun seharian ini sudah mengontak Irina dan mendatangi hotel tempat Irina bekerja. Hasilnya nihil. Lydia jelas-jelas menggambarkan efek dari perbuatan Irina dengan detail, bahkan hingga agak dramatis.

Seolah semua belum cukup mengguncang dunia Kennan, ayahnya mendadak mencetuskan usul gila. Beralasan demi mengurangi badai malu yang pasti menghantam kedua keluarga, Hisham menawari putranya untuk menikahi... Febe!

Lagu : Hazard (Richard Marx)

Tiap lagu memiliki melodi
Tiap melodi menyimpan jutaan makna
Dan selalu ada cerita di balik alunan nada yang coba dibahasakan dalam sebuah lagu.

Dari mulai lantunan musik country yang menyenangkan. Menyentak dan membuat candu seperti latin pop. Ataupun lagu-lagu lama yang menyimpan banyak nostalgia.

Dalam series kali ini, kami para pecinta oppa dan babang ganteng bakal coba membahasakan sebuah lirik menjadi cerita panjang kepada kalian. Menyajikan konser kecil dari potongan cerita, yang mungkin akan membuat imajinasi kalian bermain-main dalam dentingan lagu dari kami.

Daftar lagu dari konser kami :

1. inag2711 : If I die young dari lagu If I Die young - The Band Perry (setiap Senin & Kamis)
2. Indah Hanaco : Despacito dari lagu Despacito - Luis Fonsi featuring Justin Bieber (setiap Selasa & Jumat)
3. pramyths : The Girl from Yesterday dari lagu The Girl from Yesterday - The Eagles (setiap Rabu & Sabtu)
4. mooseboo : Midnight Tea dari lagu Juwita Malam - Ismail Marzuki (setiap Kamis & Minggu)

Sudah siap mendengarkan lagu-lagu dari kami?

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 50.4K 47
(BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Warning! Mengandung unsur kata kasar! Harap bijak dalam memilih bacaan! Suatu hal yang paling buruk bagi Atlantik...
1.3M 27.7K 15
Alicia adalah pendiri sekaligus ketua dari forum antifans dari penyanyi populer Ethan Reazxy. Kebenciannya pada pria itu sudah sampai ketingkatan pal...
5.5M 272K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...
1.1M 3.5K 15
Ingin cerita lebih lengkapnya lagi, Silahkan klik Link di profil saya... 🙏🙏😊