Fall Back

By jennar94

201K 8.5K 430

Malam itu adalah sebuah kesalahan. Kira tidak berniat untuk menjadi wanita jalang. Ia hanya ingin minum dan m... More

1st
2nd
3rd
4th
5th
6th
7th
8th
9th
10th
11th
12th
14th
15th
16th
17th
18th
19th
20th
21th
22th
23th
24th
25th
26th
27th

13th

7K 379 41
By jennar94

          Kira sedang memperhatikan lagi empat buah topi rajut buatannya yang akan dihadiahkan untuk Tania dan keluarganya. Kemudian Kira segera membungkus hadiahnya itu dengan bungkusan kertas kado. Ketika itu, bel pintu rumahnya terdengar menggema. Sepertinya Anthony sudah datang. Dia memberitahu Kira akan datang menjemputnya. Kira menyelesaikan membungkus hadiahnya lalu segera membuka pintunya.

          "Maaf lama. Aku baru saja selesai membungkus hadiah untuk Tania." Kira memperhatikan sejenak penampilan Anthony yang begitu tampan dan menawan. "Kau terlihat tampan."

          Anthony hanya tersenyum lalu masuk ke dalam mengikuti Kira. Dengan satu gerakan, Anthony menarik tubuh Kira dan segera melumat bibir manis Kira yang selalu menjadi candu baginya. "Aku membawa hadiah untukmu." Ucap Anthony setelah mencium bibir Kira lama.

          Kira mengusap bibirnya yang sedikit bengkak akibat ciuman Anthony dan mencebik pria itu kesal karena sudah menciumnya tiba-tiba. "Hadiah apa?"

          Anthony melepaskan pelukannya dan menunjukkan kotak besar pada Kira. "Bukalah."

          Kira dengan ragu menerima kotak itu dan membukanya. Sebuah gaun sutra berwarna biru gelap ada di dalamnya. Kira menatap Anthony sejenak. "Apa ini?"

          "Untukmu."

          Kira menarik keluar gaun itu dan tertegun dengan keindahan gaun tersebut. "Ini..sangat indah."

          "Pakai ini untuk ke pesta. Kita akan berangkat bersama." Kira membuka mulutnya ingin membantah, tapi Anthony lebih cepat membungkamnya. "Kita sudah membicarakan ini semalam. Kau dan aku akan berangkat bersama. Jangan pedulikan Tania dan keluargaku. Segera pakai gaun ini. Aku ingin melihat kau memakai gaun itu. Jangan menolak."

          Kira terdiam menatap Anthony. Semalam mereka membicarakan acara pesta ulang tahun pernikahan Tania dan Romeo. Kira juga menceritakan kedekatannya dengan Romeo dan bagaimana mereka bisa menjalin pertemanan. Termasuk ketika Jordan juga ikut andil dalam rencana kejutan Romeo untuk Tania.

          Anthony bersikeras ingin datang ke pesta bersama Kira sementara Kira tidak mau melakukan itu. Memang hubungannya dengan Anthony sudah jelas dan mereka benar-benar resmi berkencan tapi tidak menutup kemungkinan hubungannya dengan Anthony harus cepat diketahui oleh semua orang. Apalagi di pesta itu pastinya akan ada orang tua Anthony dan keluarga lainnya. Kira bukannya tidak ingin keluarga Anthony mengetahui hubungannya dengan Anthony tapi semua ini terlalu cepat dan Kira tidak siap untuk bertemu dengan mereka. Memberitahukan kepada Romeo saja, Kira masih enggan melakukannya.

          Kira menghela napasnya seraya memperhatikan gaun sutra mewah pemberian Anthony. Ini terlalu berlebihan untuk Kira. Sebenarnya Kira sudah menyiapkan gaun untuk ke pesta malam ini yang tentunya harganya jauh lebih murah dibanding gaun yang dibawakan Anthony. Tapi melihat Anthony yang sudah membawakannya, mau tidak mau Kira harus memakainya.

          "Baiklah, Tuan Pemaksa." Jawab Kira pada akhirnya dan segera menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

          Kira menarik napasnya lagi melihat gaun sutra itu. Begitu cantik, mewah, dan elegan. Setelah menimbang beberapa saat. Akhirnya Kira beganti pakaiannya dengan gaun sutra mewah itu. Setelah berganti, Kira memperhatikan penampilannya sesaat. Penampilan yang sunggu jauh berbeda saat Kira mengenakan gaun miliknya yang sudah lama. Desain gaun yang cantik membuat Kira tampak seperti putri raja. Kira tersenyum lebar melihat penampilannya sendiri.

          "Yah. Setidaknya aku harus menyenangkan kekasihku." Kekasihku? Terdengar lucu di telinganya dan Kira tertawa sendiri karena ulahnya.

          Kira tidak bisa menampik debaran jantungnya setiap berada di dekat Anthony. Pria itu dengan egoisnya, sukses mendapatkan perhatian Kira. Ia ingin menolak tapi tidak ingin Anthony pergi darinya. Anthony perlahan membuat Kira membuka diri.

          Memang sikapnya ini tidaklah etis bagi seseorang yang baru saja membatalkan pertunangan. Namun bagaimana lagi, hatinya menghangat ketika Anthony terus-menerus menggodanya, mencoba menarik perhatiannya, dan akhirnya Kira menyerah. Kira resmi menjadi kekasih pria itu. Pria satu malam, yang ditemuinya tanpa sengaja.

          Kira mematut dirinya sekali lagi di cermin, memastikan penampilannya layak dan rapi. Setelah itu, ia segera turun ke bawah untuk menemui Anthony. Tak lupa juga ia membawa hadiah untuk Tania.

          "Kau lebih cantik memakainya dari yang aku pikirkan." Puji Anthony begitu melihat Kira menuruni tangga.

          Kira tersipu malu. "Gaunnya membuatku cantik."

          "Tidak. Kau memang cantik. Gaun itu hanya pelengkap saja." Anthony mendekati Kira, membawa tubuh Kira pada tubuhnya lalu mengecup bibir Kira dengan lembut. "Sudah siap?"

          "Siap."

          Anthony menggandeng tangan Kira saat keluar rumahnya dan berjalan menuju mobil Anthony. Anthony mulai menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Kira menuju pesta ulang tahun pernikahan Tania dan Romeo. Sepanjang perjalanan, Kira dibuat tersanjung oleh Anthony yang tidak henti-hentinya memuji kecantikan Kira. Sepanjang perjalanan itu pula pipi Kira terus terasa panas dan bibirnya tidak berhenti tersenyum mendengarkan Anthony yang terus memujinya.

          Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di tempat tujuan. Langit sore semakin gelap dan butik Tania yang menjadi tempat pesta itu mulai dipadati para tamu undangan. Kira merasa sebagai putri. Anthony dengan setia menggandeng lengan Kira, membiarkan lengan Kira melingkarinya. Kira semakin erat menggandeng lengan Anthony saat dirasakan beberapa pasang mata memperhatikannya dan Anthony. Kira menjadi gugup.

          Mereka masuk ke dalam dan ketika itu Romeo dengan wajah bersinarnya menyambut mereka. "Terima kasih sudah datang." Bergantian Romeo menyalami Anthony dan Kira. "Bagaimana kalian datang bersama dan... saling bergandengan? Aku tidak tahu kalian saling mengenal. Begitu dekat." Romeo menatap lengan Kira yang melingkari lengan Anthony.

          Kira bergerak gugup. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya." Jawab Kira pelan dan menghindari mata Romeo.

          Anthony tertawa. "Tidak perlu dijelaskan. Kau melihat kami seperti ini. Kau bisa menduga bagaimana hubungan kami." Jawab Anthony dan Kira langsung menatapnya dengan tajam.

          Romeo tertawa pelan dan mengangguk paham. "Aku tidak akan berkomentar." Romeo mengerling pada Kira dan Kira melotot membalasnya. Romeo lalu menggiring Anthony dan Kira menuju tengah ruangan, menunggu kedatangan Tania. "Tania sudah di jalan. Sebentar lagi dia sampai." Kemudian Romeo melesat meninggalkan Kira dan Anthony, mengurus hal lain.

          "Kenapa kau berkata seperti itu? Aku malu." Bisik Kira, begitu Romeo pergi.

          Anthony terkekeh pelan. "Tidak apa." Kemudian tanpa diduga Anthony mencium pipi Kira dengan cepat membuat Kira memekik marah. Sementara Anthony hanya tertawa pelan. Kira merasa kesal akan tingkah Anthony.

          "Aku akan menyapa ibuku. Kau mau ikut?" tawar Anthony.

          Kira menggeleng pelan. "Tidak. Kau pergi saja."

          Anthony menggangguk dan pergi sendiri untuk menyapa ibunya yang berada di sisi ruangan. Kira memperhatikan Anthony yang sedang menyapa seorang wanita tua yang begitu cantik. Ibunya terlihat sangat muda dan Kira bisa melihat Anthony sedikit dari wajah ibunya. Kira tanpa sadar tersenyum melihat interaksi antara Anthony dan ibunya.

         Kira mengedarkan pandangannya ke arah lain lalu menyimpan hadiah darinya bersama tumpukan hadiah lainnya. Tak lama, Kira mendengar Romeo berteriak kepada seluruh tamu bahwa Tania sudah tiba dan meminta mereka untuk menyambut Tania seperti apa yang sudah diperintahkan. Kemudian, pintu butik terbuka menampakkan Tania dengan perut buncitnya yang mulai terlihat membesar. Kira tersenyum saat melihat Tania begitu cantik dengan balutan gaun sutra berwarna pink muda. Tonjolan kecil diperutnya tidak menghilangkan sedikitpun kecantikannya.

          "Oh, Ya Tuhan!" Tania tersenyum lebar dan matanya mulai berlinang air mata. "Terima kasih, Romeo."

          Tania memeluk Romeo. Romeo segera membalas memeluknya lebih erat. Kemudian mereka saling berciuman dengan mesra. Lalu gemuruh tepuk tangan dari para tamu undangan menyambut pasangan suami istri tersebut. Kira terharu melihat itu semua. Kira senang kejutan Romeo untuk ulang tahun pernikahan mereka membuat Tania bahagia. Tania sungguh beruntung mendapatkan suami yang begitu baik dan setiap seperti Romeo.

          Kira masih bertepuk tangan dengan pelan sambil terus masih memperhatikan Tania dan Romeo yang sedang menyapa beberapa teman-temannya. Kemudian Kira bertemu pandang dengan Tania dan Kira segera memberikan senyum terbaiknya. Memberitahu bahwa Kira ikut senang. Namun berbeda dengan Tania yang malah menghilangkan senyumannya.

          Kira tertegun melihat itu. Senyum Tania seketika memudar begitu menatapnya. Kira jadi berpikir yang tidak-tidak dan Kira masih berusaha untuk tersenyum pada Tania. Namun sesuatu yang tidak pernah terbayangkan oleh Kira, menimpanya.

          Tania menamparnya dengan begitu keras. Hingga Kira terhuyung ke belakang sampai terduduk di lantai. Semua terjadi begitu cepat. Kira tidak tahu pasti apa yang baru saja terjadi. Bahkan Kira tidak bersuara sama sekali. Kira hanya bisa terdiam, mencerna kejadian yang baru saja terjadi.

          Pipi Kira terasa panas dan menyengat saat tangannya menyentuhnya. Pandangannya yang hanya bisa menatap lantai marmer sedikit berkabur akibat tamparan Tania yang sangat keras. Kira mulai menerka-nerka apa yang membuat Tania melakukan hal ini padanya. Apa ada hal yang membuat Tania marah padanya? Bahkan Kira tidak pernah bertemu lagi dengan Tania sejak Tania mulai mengandung anak keduanya. Jadi, apa maksud Tania menamparnya?

          "Beraninya kau datang kesini!" Desis Tania dengan marah.

          "Ada apa ini?" Sebuah suara yang Kira kenal, menghampirinya. Kira tidak perlu melihat bahwa Anthony sudah berdiri di sampingnya.

          "Lihat dia, Anthony! Wanita jalang ini. Wanita yang aku maksud selingkuhannya Romeo."

          "Apa?!!!"

          Kira segera memalingkan kepalanya dan menatap Tania yang masih juga menatapnya dengan murka.

          'Selingkuh? Aku? Dengan Romeo?' gumam Kira dalam hatinya.

          "Kira Wilton. Guru di sekolah putriku, yang mengajari putriku membaca, menulis, dan berhitung. Wanita ini! Wanita ini yang aku lihat sedang berpelukan dengan Romeo!"

          Baik Anthony dan para tamu undangan, bahkan Romeo sendiri pun terkejut dengan perkataan Tania. Semua menjadi heboh membicarakan perselingkuhan Romeo yang dituduhkan Tania. Kira mendengar bisik-bisik para tamu undangan yang mulai membicarakannya serta tuduhan perselingkuhan itu.

          Romeo yang sedari tadi hanya terpaku setelah melihat Tania menampar Kira, segera tersadar. Romeo menahan lengan Tania menariknya untuk menjauhi Kira. "Apa maksud perkataanmu, Tania? Aku berselingkuh? Tuduhan macam apa yang coba kau ingin buktikan?"

          Tania beralih menatap Romeo. "Tuduhan? Setelah apa yang selama ini terjadi dengan tingkahmu kau sebut itu tuduhan?"

          "Kau salah paham. Aku tidak pernah melakukan hal semacam itu." Jawab Romeo.

          "Tania, Romeo benar. Kau salah paham. Kira dan Romeo tidak ada hubungan apa-apa." Jelas Anthony, mencoba menenangkan adiknya.

          Tania menatap Anthony dan Romeo bergantian. "Apa maksud kalian? Apa kalian bersekongkol dibelakangku?! Anthony, kau berada dipihakku tapi kenapa kau jadi membantah perselingkuhan Romeo?!" Tania mulai menangis dan Romeo segera menenangkannya namun Tania menepisnya. "Dan bagaimana bisa kau tahu nama wanita jalan ini, Anthony?!"

          Mata Kira mulai basah. Tania masih terus berusaha menuduhnya berselingkuh dengan Romeo. Kira hanya membeku. Diam mendengarkan perkataan Tania yang mencacinya dan menuduhnya serta cibiran para tamu terhadapnya.

          "Tania. Dia bukan wanita jalang! Kau salah sangka. Romeo sama sekali tidak berselingkuh." Anthony menatap Kira yang masih terdiam. Kira merasakan Anthony mendekatinya. "Kau tidak apa-apa, Kira?"

          Kira tidak menjawab. Bibirnya terasa kelu dan pandangannya pun kosong.

          Setelah itu, Anthony kembali berdiri dan menatap Tania. "Apa yang kau lihat waktu itu, semua hanya salah paham. Kira tidak memiliki hubungan apapun dengan Romeo. Aku menjamin hal itu." Jelas Anthony. Ia lalu melepas jasnya dan menampirkannya di bahu Kira, . Membawa Kira berdiri dan merangkulnya erat. "Semua salah paham. Kau tidak perlu memikirkan hal ini. Ingat kandunganmu, Tania."

          Tania menatap Anthony tak percaya. "Apa-apaan ini! Kenapa kau malah membela wanita ini, Anthony?! Apa hubunganmu dengannya, huh?!" Tania menatap Kira nyalang. "Oh, jangan-jangan, wanita jalang ini juga menggodamu, Anthony? Iya?! Karena itu kau membelanya?! Huh?!!!!"

          "Tania, hei! Lihat aku!" Romeo meraih wajah Tania. "Percaya padaku. Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Kira atau dengan wanita manapun. Hanya kau satu-satunya."

          "Ada apa ini? Apa benar Romeo berselingkuh?" suara keibu-ibuan tiba-tiba muncul. "Romeo, apa itu benar? Kau berselingkuh dari putriku?" Maria Callen, menatap menantunya penuh tanya lalu beralih menatap Kira.

          Kira melirik sekilas pada ibunya Anthony yang juga sedang menatapnya penuh spekulasi.

          "Mom!" Tania melepas cengkraman tangan Romeo dan segera mendekati ibunya dan memeluknya, seketika itu tangisannya semakin kencang. "Romeo... dia..."

          Maria mengelus punggung Tania. "Shhh! Tenang, sayang. Kau tidak boleh tertekan. Ingat, kau sedang mengandung." Maria mengingatkan kemudian kembali menatap Romeo tajam. "Apa benar itu, Romeo?!"

          "Itu hanya salah paham, Mom. Tania hanya salah melihat." Jawab Anthony cepat. "Mom dan Tania sebaiknya pulang. Jangan biarkan Tania menjadi stres." Jelas Anthony lalu menatap Romeo yang membalasnya dengan anggukan. "Aku akan mengantar Kira pulang. Aku pergi."

***

          Anthony membukakan pintu rumah Kira dan membawanya masuk ke dalam. Sepanjang lamanya perjalanan pulang, Kira hanya membisu. Anthony sesekali mencoba untuk membuka obrolan agar Kira tidak terlalu memikirkan perkataan Tania yang menuduhnya berselingkuh. Kira harusnya tahu pasti bahwa perselingkuhan itu tidak benar dan Kira tidak perlu merasa bersalah. Kira juga harusnya membantah, membela dirinya, tapi dia tidak melakukannya.

          Anthony mendudukkan Kira di kursi pantry dapur. Anthony memandang Kira yang masih saja diam membisu sejak pulang dari pesta. "Kau butuh sesuatu?" tanya Anthony membuka suara.

          Kira menatap Anthony tapi tidak sedikit pun membuka mulutnya untuk berbicara. Anthony menunggu Kira untuk menjawab tapi yang didapat hanya gelengan kepalanya.

          "Katakan sesuatu, Kira." Ucap Anthony dan menarik napasnya berat.

          Kira menatap Anthony dan tersenyum tipis. "Ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang." Lalu Kira beranjak dari kursinya, melepas jas Anthony lalu memberikannya pada Anthony. "Terima kasih sudah mengantarku pulang."

          Anthony menarik lengan Kira hingga Kira terduduk kembali di kursinya. "Apa kau akan diam seperti ini?" tanya Anthony. Pikirannya masih berusaha menerka-nerka apa yang dipikirkan Kira. "Kau dituduh berselingkuh dan kau tentu saja tahu itu bukan salahmu. Harusnya kau membela diri saat di pesta. Kenapa kau tidak melakukan itu?"

          Kira menundukkan kepalanya. "Jika aku melakukannya, itu akan semakin membuatku bersalah."

          "Tapi semua yang dikatakan Tania salah. Dia salah paham karena pernah melihatmu berduaan dengan Romeo. Tania memang adikku tapi dia sudah keterlaluan. Apalagi dia menamparmu, Kira."

          "Anthony." Kira menengadahkan kepalanya dan menatap Anthony. "Sebelumnya kau memang percaya bukan bahwa Romeo berselingkuh denganku?"

          Anthony terdiam sebentar. Teringat dengan cerita Tania yang mengatakan bahwa Romeo berselingkuh di belakangnya. "Itu karena aku belum tahu bahwa wanita yang dimaksud Tania adalah kau." Jelas Anthony.

          "Aku lelah. Sebaiknya kau pulang dan beristirahat juga." Lalu Kira beranjak dengan cepat menuju lantai atas, menuju kamarnya, meninggalkan Anthony yang duduk termenung.

          Anthony menatap lurus jalur tangga rumah Kira. Menimbang-nimbang ingin menyusul Kira, memeluk wanita itu untuk menenangkannya. Meski Kira tidak menunjukkannya, Anthony cukup tahu bagaimana perasaan Kira. Kira pastinya sangat terguncang atas apa yang dituduhkan Tania, meski itu adalah kesalahpahaman. Ia ingin pergi dan menenangkan Kira tapi ia cukup sadar untuk menahan diri dan membiarkan Kira memiliki waktu sendiri dulu.

          Anthony sendiri tahu jelas hubungan antara Kira dan Romeo. Meski sempat marah saat tahu Kira memiliki hubungan yang cukup dekat dengan adik iparnya itu. Namun Romeo menjelaskan bahwa hubungannya keduanya hanya sekedar teman dekat dan pertemanan mereka terjadi saat Kira masih menjadi tunangan Jordan.

          Helaan napas berat keluar dari mulutnya. Harusnya Anthony segera memberitahukannya pada Tania sebelum kejutan pesta Romeo. Tapi Anthony sendiri tidak menyadari jika yang Tania maksud adalah Kira.

          Suara dering ponsel menyita perhatiannya. Anthony melihat nama Kevin Hanks tertera di layar ponselnya. Hatinya mulai gundah saat bawahannya ini menghubunginya. Setelah kemarin Ronald menghubunginya pada tengah malam dan memberitahunya bahwa Ronald akan menyerahkan diri ke polisi, Anthony segera menghubungi Kevin untuk memesankan tiket ke Florida. Rencananya ia akan pergi ditengah-tengah pesta Romeo dan Tania. Namun setelah kejadian yang tidak tertuga menimpa kekasihnya, Anthony jadi urung untuk pergi.

          Dering ponselnya kembali berbunyi. Setengah jam lagi Anthony harus segera berangkat ke Florida. Anthony ingin menemani Kira dan memastikan kekasihnya itu baik-baik saja. Meski Kira tidak menunjukkan hal itu sama sekali dan hal itu malah membuat Anthony semakin khawatir.

          Helaan napas berat dikeluarkan sebelum akhirnya Anthony menjawab panggilan dari Kevin.

          "Halo."

          "Mr. Callen. Setengah jam lagi anda akan pergi ke Florida. Saya dalam perjalanan menjemput Anda, Sir."

          Anthony menghela napas pelan. "Aku sedang tidak di apartemen. Aku akan mengirimkan alamatnya." Anthony memutuskan panggilannya dan segera mengirimkan alamat rumah Kira kepada Kevin.

          Anthony bangkit dari kursi dan berjalan ke arah tangga. Kaki panjangnya melangkah pelan ke lantai atas menuju kamar Kira. Pintu bercat putih gading dengan tempelan stiker 'watch out' itu tertutup rapat. Anthony terdiam sejenak sebelum akhirnya membuka pintu itu. Ranjang ukuran sedang yang terletak di tengah ruangan itu ditempati sosok wanita yang sedang terbaring tenang.

         Kira rupanya sudah tertidur. Lalu Anthony mendekati Kira yang tertidur. Di tatapnya wajah cantik Kira. Tangannya mengelus lembut rambut panjang itu. "Maaf aku tidak menemanimu. Aku harus pergi ke Florida." Anthony menunduk mendekatkan wajahnya untuk mencium kening Kira. "Sampai nanti."

          Anthony melihat ponselnya dan mendapati Kevin mengiriminya pesan bahwa pria itu sudah sampai.

          Sekali lagi Anthony mengamati wajah damai Kira. Ia benar-benar enggan meninggalkan Kira disaat Kira tentunya sangat membutuhkannya. Ia tidak bisa berbuat banyak untuk membantu wanita yang kini telah resmi menjadi kekasihnya itu. Namun tiada pilihan lagi. Anthony sudah lebih dulu memesan tiket ke Florida, berencana bertemu Ronald dan menyelesaikan masalah cabang perusahaannya di sana.

          Dengan berat hati, Anthony berjalan keluar rumah Kira. Kevin sudah sangat siap untuk ikut dengannya ke Florida. Berbalik, matanya menatap jendela kamar Kira. Ini keputusan terberat yang pernah Anthony ambil. Meninggalkan Kira sendiri. 

          Sepertinya Anthony harus lebih dulu menyelamatkan perusahaannya. Dalam hatinya, ia berjanji akan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan segera kembali menemani Kira.

***

          Sepasang kelopak mata itu terbuka penuh. Irisnya yang hijau menatap balik pantulan dirinya di cermin. Kemudian sebuah titik bening meluncur bebas dari kedua matanya itu hingga membentuk anak sungai. Wajahnya terlihat kacau. Bibirnya yang pucat serta kantung matanya yang gelap menandakan jika ia tidak baik-baik saja.

          Tiba-tiba ia menundukkan kepalanya menuju ke arah closet dan segera memuntahkan cairan asam yang keluar dari mulutnya. Bibirnya bergetar hebat tatkala semuanya sudah keluar. Perutnya terasa melilit sakit hingga ia tidak sanggup lagi untuk berdiri.

          Tubuhnya bersandar dengan lemas ke dinding dan duduk beralaskan ubin kamar mandi yang dingin. Air matanya kembali turun tanpa komando. Entah sudah berapa lama ia menangis dan entah yang ke berapa kali juga ia muntah setelah tadi tiba-tiba terbangun pada pukul tiga dini hari.

          Lelah.

          Kira benar-benar lelah menghadapi ini semua. Gangguan kecemasannya kambuh dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Biasanya ia akan jatuh pingsan namun kali ini tidak terjadi. Dan hal ini membuatnya merasa sangat tersiksa.

          Selama beberapa menit Kira terdiam. Merenungkan kejadian semalam yang membuat Kira berakhir seperti saat ini. Lalu teringat akan kewajibannya mengajar, ia segera bangkit untuk bersiap-siap berangkat bekerja. Meski sebenarnya tubuhnya sangat lelah, namun ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Ia bisa saja mengajukan ijin sakit tapi itu merasa tidak perlu. Ia butuh kegiatan yang dapat menghilangkan gangguan kecemasannya sejenak dan semoga saja dapat melupakan kejadian di pesta semalam. Meskipun sepertinya mustahil.

          Kegiatan belajar mengajarnya hari ini cukup mampu membuat Kira lupa akan segala kejadian semalam. Gangguan kecemasannya pun tidak terjadi meski rasa mual terkadang muncul. Setidaknya Kira masih mampu untuk tersenyum kepada semua orang dan tidak ingin orang bertanya-tanya pada Kira jika Kira tampil lusuh dan murung.

          Bel sekolah berdering nyaring tanda jam sekolah berakhir. "Baiklah. Sampai ketemu besok lagi." ucap Kira membubarkan kelasnya.

          Semua berjalan biasa saja. Hanya saja beberapa orang tua murid terlihat sering memperhatikan Kira dari pada sebelumnya. Yang biasanya banyak orang tua murid yang menyapanya balik, hari ini mereka terlihat tidak menanggapi ucapan Kira dan malah tidak mengacuhkannya. 

          Selain itu, rekan-rekan gurunya pun bertingkah tidak biasanya. Mereka terus memandang Kira tanpa berniat untuk berbicara padanya. Bahkan beberapa dari mereka banyak berbisik-bisik sambil menatap Kira, seolah-olah mereka membicarakannya tanpa ingin Kira mengetahuinya.

          "Well, Ms. Wilton. Bagaimana harimu?" Sophia yang baru saja datang setelah selesai mengajar tiba-tiba saja mendekati Kira. "Semua terkendali?"

          Kira duduk di kursi, menaruh barangnya, dan bersiap untuk pulang. "Aku baik-baik saja."

          Sophia mengambil tempat duduk di samping Kira. "Aku dengar kau sedang menjalin hubungan."

          Kira tertegun sejenak. Tidak mungkin Sophia tahu tentang kejadian semalam, bukan? "Apa maksudmu? Hubungan apa?" Tangan Kira mulai berkeringat dingin mengingat kejadian itu.

          "Yah, aku mendengarnya dari orang-orang. Semua orang di sini membicarakannya. Aku ingin memastikannya langsung bahwa kau memiliki hubungan dengan Romeo Harris." Kira langsung memalingkan wajahnya, menatap Sophia yang sedang tersenyum mengejek. "Aku tidak menyangka bahwa kau wanita seperti itu, Ms. Wilton. Menggoda orang tua murid dan menjadi selingkuhannya."

          Kira menggeleng lemah. Keringat dingin sudah membasahi kening dan belakang lehernya. "I..itu semua tuduhan." ucap Kira sedikit tergagap.

          "Aku dengar bahwa Tania Harris sendiri yang melihat kalian berduaan. Dan kau bilang bahwa itu tuduhan? Bahkan dia murka dan sampai menamparmu semalam." 

          Kejadian semalam terus berputar di kepalanya. Tamparan Tania di pipi Kira seperti kembali terasa yang menimbulkan rasa panas di pipinya. Kepalanya jura mulai terasa pusing. Perutnya ikut terasa perih dan mual.          

          "Bukankah kau sudah memiliki tunangan? Siapa dia? Jordan? Aku melihat tunanganmu itu menamparmu waktu itu. Apa jangan-jangan, dia menamparmu karena tahu kau berselingkuh dengan Romeo?" Sophia tertawa keras sampai beberapa guru-guru yang lain melihatnya. "Sangat dramatis."

          "Di..diam kau! Kau tidak tahu apapun!" desis Kira, menatap Sophia tajam.

          Sophia memandang Kira, tampak merendahkan. Rambutnya yang pirang panjang itu disampirkan ke belakang dan tangannya bersedekap di depan dadanya yang membusung itu. "Dengar, Kira. Aku tidak seperti orang-orang di sini yang membicarakanmu di belakang. Aku berbicara padamu seperti ini kepadamu langsung agar kau sadar bahwa kau tidak ada bedanya dengan wanita jalang."

          Iris coklatnya menatap Sophia dengan tajam. Kedua tangannya terkepal kuat bersiap untuk memukul atau bahkan menampar Sophia, tapi Kira sama sekali tidak melakukannya. Kira tidak ingin menambah rumit masalah yang sedang menimpanya sekarang. Sophia hanya ingin memanas-manasi Kira dan mengejeknya sebagai kesenangan Sophia saja.

          Sophia kembali mengoceh dan Kira sama sekali tidak mengindahkannya karena ia segera melesat keluar sambil membekap mulutnya menuju toilet. Kira segera menunduk dan memuntahkan cairan asam dari perutnya. Tangannya mengerat memegang pinggiran closet. Air matanya mengenang di pelupuk matanya yang memerah.

          Selama beberapa menit, Kira terus menundukkan kepalanya itu di closet. Perutnya benar-benar perih. Tiada yang tersisa lagi dari isi perutnya kini selain hanya cairan yang kini tampak sudah tidak tersisa di perutnya.

          Kira berjalan gontai keluar dari bilik kamar mandi. Cermin lebar di dinding itu menjadi pemandangan yang mengerikan. Rambutnya acak-acakan, matanya memerah yang terus mengeluarkan air mata, dan bibirnya yang putih pucat. Lalu ia mendekati wastafel dan mulai membasuh wajahnya dengan kasar. Kepalanya menengadah, kembali menatap wajahnya yang kini tampak tak ada ekspresi sama sekali. Hanya kekacauan yang ada di sana.

          "Apa yang terjadi padaku?" gumamnya pada diri sendiri.

          Kira memejamkan matanya sejenak sebelum akhirnya keluar dari toilet lalu bersiap pulang dan mengurung diri. Dan saat itulah Kepala Sekolah Judson langsung menginterupsinya dan mengajaknya untuk ikut dengan wanita tua itu.

          Kira mengambil tempat duduk di hadapan Margaret Judson. Kira berusaha untuk tidak menatap Margaret dan menghindari tatapan intimidasi yang dilayangkan padanya itu.

          "Banyak hal yang terjadi padamu akhir-akhir ini, Ms. Wilton." Margaret membenarkan kacamatanya sejenak. Tatapan tajam itu masih terus mengarah padanya. "Sudah berapa lama kau mengajar di sini? Dua tahun? Tiga tahun?"

          "Tiga tahun." Jawab Kira sepelan mungkin.

          "Tiga tahun? Ah, yah, tiga tahun waktu yang cukup lama tapi terasa singkat. Sekolah masih belum mendapatkan apa pun darimu selama tiga tahun ini." Margaret kali ini melepas kacamatanya. Kelopak matanya yang keriput itu kini menyipit menatap Kira tajam. "Selama sepuluh tahun bekerja di sekolah ini, baru kali ini aku mendengar hal yang tidak menyenangkan, Ms. Wilton. Sudah berapa lama kau menjalin hubungan dengan Mr. Harris?"

          Kira segera menegakkan kepalanya. Menatap Margaret yang kini sedang menatapnya semakin tajam. "Mrs. Judson, b..bagaimana.."

          "Seisi sekolah banyak membicarakanmu, Kira. Aku tidak tahu bahwa kau adalah wanita yang seperti itu. Kau cantik dan berpendidikan tapi bagaimana bisa kau berakhir menjadi selingkuhan orang tua murid? Bukankah kau sendiri sudah memiliki tunangan?"

          Kira bungkam seribu bahasa. 

          "Kenapa kau diam? Jadi, semua itu benar?" Margaret menghela napasnya dengan berat. "Saat aku mendengar semua orang membicarakan hubungan perselingkuhanmu dengan Romeo Harris, aku tidak langsung mempercayainya. Aku ingin mendengar langsung kebenaran berita itu. Tapi melihatmu bereaksi seperti ini.. aku jadi percaya."

          "Ti..tidak, Mrs. Judson. Se..semua itu tidak benar. Aku--"

          "Ms. Wilton. Aku tidak menyukai sikapmu yang seperti ini. Kejadian yang menimpamu beberapa kali terakhir masih aku maklumi tapi yang satu ini, aku tidak bisa. Aku takut akan rumor bahwa seorang guru menggoda orang tua muridnya sendiri sudah sampai ke sekolah swasta lain. Jika sudah seperti itu tentunya aku, sebagai kepala sekolah di sini, tidak dapat melakukan apapun. Kau tahu sendiri hal itu akan menyebabkan imej sekolah ini menjadi buruk."

          "A..aku tahu. Maafkan aku, Mrs. Judson. Aku bisa jelaskan. Semua ini hanya salah paham."

          Margaret menggeleng pelan. "Tentu saja." Margaret mengulurkan sebuah amplop coklat pada Kira. Kira terheran menatap amplop itu. "Bukalah."

          Kira membuka amplok tersebut dan begitu melihat isinya, iris coklatnya langsung membulat. Kira langsung beralih menatap Margaret. "A..apa maksudnya ini?"

          Margaret tersenyum profesional. "Aku tahu dua minggu lagi sekolah akan berakhir. Tapi aku tidak bisa menahan diri. Dengan berat hati, kau tidak diperkenankan lagi untuk mengajar di sini."

          Air matanya yang mengenang kini mulai meluncur turun mendengar penuturan Margaret. "Mrs. Judson?" lirih Kira, memohon pada Margaret.

         "Terima kasih atas tiga tahun ini, Ms. Wilton. Kau dipecat."

--------------------

.

.

.

-Jenna Ronan-

--------------------

Ada bintang untuk diklik dan berikan votenya untuk author. ^^

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 233K 43
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
3.3M 28.7K 29
Tentang jayden cowok terkenal dingin dimata semua orang dan sangat mesum ketika hanya berdua dengan kekasihnya syerra.
169K 17K 24
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
43.8M 2.3M 96
SERIES SUDAH TAYANG DI VIDIO! COMPLETED! Alexandra Heaton adalah salah satu pewaris Heaton Airlines, tetapi tanpa sepengetahuan keluarganya , dia men...