La Fragilité

By pemimpiproject

9.1K 888 496

Waktu dan takdir mulai bermain-main kembali dengan berbagai pertemuan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Memu... More

1 • 『Côté Terrible』
2 •『Côté Des Mensonges』
3 •『Trop Douloureux』
4 •『Bonheur Momentané』
6 •『Trois Ans』
7 •『Il Sait Tout』
8 •『Deux Sentiments』
9 •『Vraie Amitié』
10 •『Drame, Drame, Drame!』
『ᴍᴏsᴀ scʜᴏᴏʟ』
11 •『Pas Comme D'habitude』
12 •『Se Sent À L'aise?』
13 •『Le Temps Et Le Destin』
14 •『Pour La Première Fois』
15 •『Il Est Différent』
16 •『Einige Leute』

5 •『Difficile À Contrôler』

449 50 26
By pemimpiproject

Sulit dikendalikan.

BANYAK orang yang bertanya-tanya di dalam benaknya. Apakah Nial memang tidak punya hati, atau punya hanya saja tidak digunakannya?

Hatinya seolah beku, dingin. Bahkan, jeritan dan tangisan pun tak akan dapat membuat Nial luluh dan merasa kasihan.

Melihat ekspresi yang berharap kepadanya untuk berhenti, menangis meraung-raung, jeritan, itu semua malah membuat kebahagiaan Nial mengembang.

Istilahnya, semua dilakukan untuk kesenangannya dalam mencari jati diri.

Berbagai ucapan di luar sana, lebih membentuk karakter jati dirinya seperti itu, dibanding ucapan di dalam lingkungan rumahnya. Mungkin, persentasenya delapan puluh persen dibanding dua puluh persen.

Buktinya, ketika dikatakan memiliki alis yang tipis, beberapa perempuan tidak lama akan membeli pensil alis. Atau, ketika dikatakan memiliki tas yang jelek, akan langsung meminta tas baru.

Begitulah penilaian manusiawi.

Apalagi, disekolahkan di SMA Modal Bangsa. Sekolah yang dinilai ternama di antara sekolah-sekolah di Jakarta lainnya.

Fasilitas di SMA Mosa juga dinilai lengkap. Ada lab IPA, lab komputer, lab bahasa, ruang OSIS untuk mereka rapat, ruangan musik dan vocal untuk anak-anak musik dan paduan suara, dan lainnya.

Ekstrakuliler di SMA Mosa pun demikian, dimulai dari renang, musik, paduan suara, marching band, dance, futsal, basket, dan lainnya.

Sekolah Mosa sendiri mempunyai eskalator karena gedungnya yang luas, dua belas kelas untuk jurusan IPA, sepuluh kelas untuk jurusan IPS, dan lima kelas untuk jurusan Bahasa.

Hanya saja, tahun-tahun belakangan ini SMA Mosa mengalami penurunan karena dinilai anak didik sekolahnya memiliki kesulitan berkomunikasi satu sama lain.

Oleh karena itu, sistem sekolah di SMA Mosa ini diacak. Tentunya agar yang memiliki karakter supel, diharap bisa berbaur dengan karakter yang pendiam.

Ekstrakuliler yang sebenarnya tidak terlalu diminati anak-anak Mosa karena masalah komunikasi, tetap berusaha dikembangkan. Dengan harapan, masalah komunikasi tersebut bisa teratasi.

Nial mengambil buku yang berada di meja teman sekelasnya, lalu merobek satu halaman. Dia meremas kertas tersebut agar berbentuk seperti bola dan melempar ke arah kepala temannya, Amosh.

Memang, sudah menjadi kebiasaan Nial yang malas memanggil nama seseorang.

Tuk!

"APE NIH? APA TUH? SIAPE NIH?" heboh Amosh dengan sendirinya. Anak-anak di kelasnya hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu.

"Sekarang jam mata pelajaran apa?" tanya Nial yang duduk di paling pojok bagian belakang kelasnya-XII Bahasa 3.

Amosh melirik ke arah jadwal mata pelajaran yang tertempel di dinding kelas, seraya berkata, "Permintaan Bahasa Prancis, eh maksudnya perminatan. Mau cabut aja?"

Pemuda yang ditanya oleh Amosh itu menggeleng. Di antara mata pelajaran yang ada, memang Nial tidak akan membolos jika itu Bahasa Prancis.

XII Bahasa 3 memang memilih perminatan Bahasa Prancis dan Bahasa Inggris. Lain halnya pula dengan XII Bahasa lainnya.

XII Bahasa 1 memilih perminatan Bahasa Mandarin dan Arab, XII Bahasa 2 memilih perminatan Bahasa Korea dan Turki, XII Bahasa 4 memilih perminatan Bahasa Italia dan Jepang, dan XII Bahasa 5 memilih perminatan Bahasa Spanyol dan Jerman.

"Bonjour, les enfants!"¹ sapa guru yang mengajar Bahasa Prancis di kelas Nial.

Yana yang bernotabe sekelas dengan Nial, segera duduk di tempatnya. Memang, jika sudah berhadapan dengan guru, dia akan hormat dan patuh.

"Bonjour aussi!"²

Pembelajaran dilanjutkan seperti biasanya. Pada saat-saat seperti inilah, seorang Danial Arsalan Putra Syahreza belajar dengan sungguh-sungguh.

Tidak pernah ada catatan Nial membolos di mata pelajaran Bahasa Prancis. Banyak yang keheranan, bertanya-tanya lantas apa yang menjadi penyebabnya.

Tampangnya saat ini seperti anak TK yang ingin mengetahui banyak hal, lagi dan lagi. Memiliki keingin tahuan yang besar.

Saat seperti ini juga, mengingatkan Nial terhadap perilakunya saat kecil. Dididik dengan baik agar selalu mengerjakan tugas, tidak membolos, sampai mendapat peringkat terbaik di sekolah-SD dan SMP.

Tetapi, di masa putih abu-abu inilah orang-orang membentuk jati diri seorang Danial yang baru. Tak pernah dibayangkan oleh orang yang mengenali sikap Nial kecil.

Terlepas dari hal ini, Nial yang beranjak dewasa akan kembali. Tentunya dengan kekejaman, juga ketidak berperasaannya.

Benar-benar sikap yang berbeda seratus delapan puluh derajat.

Kantin SMA Modal Bangsa selalu dipadati oleh kerumunan siswa yang ingin mengisi perutnya setelah melalui berbagai pembelajaran.

Neysia yang sebenarnya selalu ingin menghindari tempat-tempat ramai seperti ini, selalu memiliki nasib sebaliknya.

Dia harus menjadi kacung dari anak-anak Mosa yang berkuasa-memesan dan membawakan makanan hingga di depan mata sementara mereka sibuk berbicara canda tawa satu dengan yang lain.

Belum lagi kejadian-kejadian sial yang menimpanya. Seperti, jus yang secara sengaja di tumpahkan ke baju Neysia, mie ayam yang dituang di atas kepala gadis itu, dan aksi lain memalukan lainnya.

Langkah kaki Neysia melangkah dengan lamban. Siap memasuki kantin, sama saja dia harus siap dipermalukan untuk ke sekian kalinya. Kemungkinannya hanya dua, ditatap dengan tatapan iba atau ditertawakan sekencang-kencangnya.

Begitu Nial melihat sosok gadis yang ditunggu-tunggunya, dia bertepuk tangan dengan kencang sebagai isyarat agar Neysia datang ke meja pesanannya.

Selanjutnya, pemuda itu mengisyaratkan agar teman-temannya membuat seisi kantin yang berisik ini menjadi hening sejenak. Tentu, Nial akan memulai lagi.

"IBU-IBU, BAPAK-BAPAK, OM, TANTE, KAKEK, NENEK, DIEM DULU YA! SEBENTAR AJA, KAYAK BUBUNGAN KITA! EH MAKSUDNYA HUBUNGAN KITA!"

Pemilik nama Dante memukul kepala Amosh yang kebetulan, berada di sampingnya itu. "Ngomong dibenerin dulu, Moshi goblok!"

Amosh mencibir temannya itu. "Menteng-menteng anak Bahasa 1! Eh, maksudnya, mentang-mentang. Tai! Anjir! Salah mulu gue ngomong, kampret!"

Mungkin, beberapa anak-anak Mosa kelas sepuluh akan keheranan dengan hal-hal seperti ini. Tetapi, bagi anak-anak kelas sebelas dan dua belas sudah paham dengan situasi yang diciptakan Nial dan teman-temannya.

Nial yang sudah melihat seisi kantin yang sudah menjadi hening pun menunjukkan senyuman mematikannya kepada Neysia.

"Hari ini, kalian boleh pesen makanan di kantin ini apa aja, berapa aja, dibungkus juga terserah kalian. Karena hari ini, kita akan ditraktir sama temen kita, Neysia!"

Gadis itu sontak menggeleng dan memasang wajah memohon kepada Nial agar tidak melakukan hal seperti itu.

Anak-anak sekolah Mosa juga menunjukkan ekspresi bahagianya. Mereka saling tos terhadap aksi tersebut.

"YUHU! MAKAN-MAKAN KITA!"

"JANGAN MALU-MALU KAYAK LAGU MALU TAPI MAU WOI! PESEN AJA PESEN!"

"BANG, MIE AYAM BAKSO TIGA YA! JANGAN PAKAI SAYUR, SAMBEL SAMA KECAP BANYAKIN WAJIB!"

"TEH ES MANIS DUA, BU!"

Neysia merasa lemas. Dia jatuh terduduk di depan Nial. "Aku mohon, jangan lakukan hal seperti ini sama aku. Tolong."

Angga, Riza, dan Gilang bertatapan satu sama lain. Mereka lebih memilih diam dan tidak ikut campur dalam urusan antara Nial serta teman-temannya dan Neysia.

Mereka bertiga memang berteman dengan Nial, tetapi untuk masalah merundung seperti ini, mereka tidak ingin terlibat.

"Kenapa kamu ngelakuin hal ini ke aku? Aku enggak ada membuat masalah sama kamu atau sama teman-teman kamu. Aku mohon."

Sayangnya, permintaan gadis itu hanyalah harapan yang tak tahu kapan akan terwujudnya. Seolah kisah hidupnya akan benar-benar tidak menyenangkan.

Hanya dipenuhi kisah kelam yang selalu dipermalukan, dirundung, diejek, dihina dan selalu hanya bisa menangis dan berlari menghindar untuk sementara.

Nial tidak mengubris permohonan gadis di hadapannya. Pemuda jangkung itu memberi isyarat kepada teman-temannya untuk meninggalkan kantin yang semakin ramai karena aksi yang diciptakannya.

Pemuda itu sedang seperti iblis saat ini.

╭⋟────────────────╮
✦✧ La Fragilité
╰────────────────⋞╯

¹ = Halo, Anak-anak!

² = Halo juga, Bu!

Terima kasih telah membaca
La Fragilité!♡

Untuk informasi, Angga, Riza, dan Gilang ada juga nih di cerita snjantasr

Sampai bertemu Hari Minggu, 30 Juni 2019 yap!💋

((Ini ceritanya aku malu-malu. Aku malu-malu aja cakep yaa😗))

Tertanda,

Katapiraa

Continue Reading

You'll Also Like

608K 45.2K 30
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
401K 4.8K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
270K 21.5K 23
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
3.8M 302K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...