Tentang Kita

Elsamhra द्वारा

195K 10.4K 650

AWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semes... अधिक

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37

BAB 19

3.1K 250 5
Elsamhra द्वारा

Spam votmen di part ini ♡♡
Awas ketagihan!
Awas overthinking!

****

Rizky Febian–Makna Cinta


Hari ini Alsa tidak masuk sekolah sesuai permintaan Abi kemarin. Gadis itu sebenarnya sudah sehat, namun Abi-nya masih mengkhawatirkannya. Bahagia rasanya memiliki orang tua seperti Abi. Walaupun terkadang Alsa merasa jika sikap Abi terlalu berlebihan. Dia menjadi serba salah, seringkali merasa bersalah jika melakukan sesuatu tidak sesuai ekspektasi yang diinginkan Abi.

Alsa kembali mengingat kejadian semalam. Percakapan antara Abi dan Rian yang sangat mengejutkan. Apalagi Rian yang ternyata cara berdoanya berbeda dengannya.

Terlalu banyak harapan yang diharapkan.

Gadis itu begitu syok hingga membuat tubuhnya semalam keringat dingin. Untung saja Rian tidak melihatnya saat berdiri di tangga. Setelah mendengar percakapan antara Rian dan Abi, Alsa bergegas kembali ke kamar dengan perasaan hancur.

Memang tujuannya hanya berteman, namun hatinya sakit mendengar percakapan semalam. Kebenaran tetaplah kebenaran. Dan perihal Agama itu hak semua orang. Alsa tidak bisa mengubah takdir, ia hanya manusia yang memiliki banyak kekurangan. Salah satunya tidak bisa mengontrol hawa nafsu.

Alsa menginginkan Istiqomah, namun banyak godaan yang membuatnya goyah.

Ting!

Bunyi notifikasi dari ponselnya. Sebuah pesan dari Rian dan Alsa memilih tidak membukanya, ia hanya melihatnya dari layar notifikasi saja.

Kak Rian:
|Aku udah di sekolah, Al

Membaca pesan itu membuat Alsa menggeleng pelan. Lagipula untuk apa kakak kelasnya itu rela-rela memberi kabar? Padahal Alsa sama sekali tidak pernah memintanya. Toh, Alsa juga tidak berniat mencampuri aktivitas Lelaki itu.

Kak Rian:

|Kelas masih sepi
|Sama kaya hatiku sekarang
|Gak tau kalo udah pulang

Definisi buaya darat ya begitu ... Pesannya selalu berisi gombalan. Entahlah, Alsa berharap hatinya tidak luluh dengan semua ini. Dan ia memutuskan untuk membalas pesan itu.

Alsa:
Emang kalo udah pulang
kenapa Kak?

Kak Rian:
|Gapapa

Alsa:
Oke Kak :)

Mata Alsa melebar saat melihat Rian menelpon. Sontak ponselnya dia biarkan di atas kasur, sama sekali tak menyangka jika Rian mengubah room chatt menjadi panggilan.

Angkat atau tidak?

Alsa bingung. Baru kali ini Rian menghubunginya lewat panggilan, bahkan Rian orang pertama yang melakukannya. Sungguh kebimbangan yang melanda hati, intinya Alsa ragu sekarang.

Saat Alsa hendak mengangkatnya, panggilan pun mati. Cepat-cepat gadis itu mengambil ponselnya untuk mengecek, apakah Rian kembali menghubunginya?

Kak Rian:
|Buk Diah dateng
|Aku belajar dulu

Alsa menghela napas. Ia bersyukur sebab Rian tidak menelpon lagi. Kedatangan Buk Diah membawa berkah. Rian juga ... Tampaknya dia benar-benar tidak membolos dan mengikuti pelajaran Buk Diah selaku guru kimia.

Umi tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya. Pasti untuk mengecek keadaannya sekarang.

"Alsa," panggil Umi dari luar.

"Masuk aja Umi." Alsa bangkit dari tempat tidur.

Dengan hati-hati Umi membuka pintu, satu tangannya memegang nampan berisi sarapan. Seharusnya itu tidak perlu. Alsa baru saja hendak turun untuk sarapan, tapi sudah keduluan Umi yang mendatanginya.

"Umi kenapa repot-repot sih." Alsa bangkit membantu Umi-nya membawa makanan untuknya. "Kan Alsa bisa ambil sendiri," ujar Alsa merasa sudah merepotkan Umi.

"Udah enggak pa-pa. Kata Abi, kan, hari ini kamu harus istirahat." Umi mengambil obat untuk anaknya minum setelah makan.

Melihat beberapa butir obat saja sudah membuat Alsa mual. "Enggak usah minum obat ya Umi, please ..." pintanya dengan sangat-sangat.

Umi menggeleng dengan sorot mata tajam. Jika sudah begini sudah tidak ada harapan lagi untuk memohon. Mau tidak mau setelah makan Alsa harus meminum obat pahit yang diberikan oleh Dokter.

****

Sosok Rian yang dikenal sebagai preman sekolah berhasil membuat para guru terpukau sebab hari ini dia berubah menjadi sosok murid teladan. Sungguh mengejutkan banyak pihak, bahkan teman-temannya tidak percaya Rian bisa begini. Rian itu ... sebenarnya dia murid yang jenius namun rasa malas dan keegoisan dalam dirinyalah yang membuatnya menjadi susah diatur.

Kini Rian sedang membantu Pak Asep membawa peralatan olahraga untuk dibawa ke kelas X IPS 4. Bayangkan saja sepanjang koridor banyak kaum hawa terutama adik kelas yang terpesona dengan Rian. Rian tetap berjalan cool sambil membawa tas berisi bola basket.

Dia sama sekali tidak tertarik untuk melirik siapa-siapa yang memujinya. Baginya yang terpenting saat ini yakni pujian dari Alsa. Kalau bisa Rian ingin cepat memutar waktu agar bisa bertemu dengan Tuan puterinya.

Saat sampai di kelas X IPS 4, Rian tak sengaja beradu pandang dengan adik kelas yang sedang memujinya.

"Ya ampun Kakak itu ngeliatin gue."

"Fiks, dia suka sama lo."

Sungguh percakapan yang membuat Rian menggelengkan kepala. Ada-ada saja, baru ditatap sekali sudah berani mengambil kesimpulan yang tidak jelas. Menyukai adik kelas itu? No. Justru Rian menyesal sudah beradu pandang dengannya.

Kembali lagi dengan Pak Asep yang senang melihat Rian berubah.

"Bapak berterima kasih banyak sama kamu, Rian. Semoga bukan cuma hari ini saja kamu begini. Hari-hari berikutnya harus tetap seperti ini." Pak Asep menepuk pundak Rian. Dia satu-satunya guru yang paling dekat dengan Rian.

"Thanks, Pak." Rian mengangguk sambil tersenyum. Hanya Pak Asep yang bisa mengerti sifatnya.

Setelah itu Rian pamit dan meninggalkan kelas tersebut. Tanpa disangka ternyata adik kelas itu mengikutinya.

Rian sengaja berjalan lambat dan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.

"Gak usah ngikutin gue," tegas Rian. Ia berhenti mendadak dan membuat adik kelasnya terkejut.

Rian memutar tubuhnya menghadap dua adik kelas yang nekat mengikutinya.

"Mau ngapain? Sana masuk kelas," suruh Rian dengan ekspresi datar.

Merasa ketahuan kedua gadis itu berlari meninggalkan Rian. Mereka sudah salah berurusan dengan preman sekolah.

Hati Rian hanya milik Alsa seorang.

Hal itu tidak bisa diganggu gugat karena sudah terikat erat. Bagaimana pun caranya ia harus memperjuangkan Alsa agar menjadi miliknya. Walaupun ... tembok besar menghalangi mereka berdua. Egois memang jika Rian memaksakan kehendak, namun ia sama sekali tidak akan menyerah. Jika memang mereka tidak berjodoh, setidaknya Alsa mendapatkan yang lebih baik, lelaki se-iman begitu juga sebaliknya.

Rian merogoh sakunya mengambil ponsel untuk menghubungi Alsa. Entahlah, Rian merasa jika itu sebuah keharusan agar bisa dekat dengan gadis itu.

Rian:
Alsa jangan lupa istirahat|

****

Rian turun dari motor sambil membawa sekantong buah dan roti untuk diberikan kepada Alsa. Ya, saat ini dia sedang berada di rumah gadis itu untuk sekedar bertamu.

"Permisi," teriak Rian sembari mengetuk pintu.

Pintu terbuka dan menampakkan wanita yang tak kalah cantik dari Alsa yakni Umi. Umi sedikit terkejut karena berpikir Rian akan datang.

"Nak Rian," kaget Umi lalu tersenyum. 

Rian tampak kikuk, itu terlihat jelas saat ia menggaruk tengkuknya. Jujur ia bingung ingin mengatakan apa.

"Ada perlu apa ya?" tanya Umi.

"Mau ketemu Alsa, boleh Tante?" Rian grogi, apalagi saat Umi menatapnya seakan mengintrogasi.

"Boleh." Umi mengangguk. "Tapi tunggu bentar ya Umi mau kasih tau Alsa dulu. Dia belum pakai kerudung," ujar Umi.

Rian mengangguk paham. Alsa harus mengenakan kerudung saat bertemu dengan siapa pun, Rian tahu itu. Saat ini dia sedang menentang takdir Tuhan karena telah jatuh hati pada gadis berbeda keyakinan.

Sekarang Rian sudah berada di ruang tamu kediaman keluarga Alsa. Rumah minimalis modern dengan warna putih bernuansa islami menjadi ciri khasnya.

"Alsa lagi di kamar sebentar lagi turun," kata Umi sambil menghidangkan kue dan minuman. "Dimakan nak Rian kuenya," suruh Umi. Rian mengangguk.

"Pasti Tante, makasih."

"Nah itu Alsa udah datang," ujar Umi melihat ke arah tangga, begitu juga dengan Rian yang langsung terpesona.

Alsa berjalan pelan dengan kepala menunduk, ia tak berani menatap Rian yang tengah menatapnya. Saat duduk pun Alsa tetap menunduk.

Umi berdehem mencairkan suasana. Takut juga saat Rian menatap Puterinya lama-lama.

"Umi tinggal ke dapur ya? Rian diminum jusnya," ujar Umi dan diiyakan oleh Rian.

Suasana mendadak berubah kalah Umi meninggalkan mereka berdua. Sepertinya harus Rian yang memulai pembicaraan karena Alsa terlihat gugup.

"Santai aja kali Al gak usah gugup segala," ujar Rian tertawa melihat ekspresi wajah gadis di depannya.

Alsa mencoba menatap ke arah Rian dengan perasaan masih sama, gugup.

"Iya Kak." Alsa tersenyum kikuk. Dengan satu tarikan napas panjang rasa gugupnya berkurang.

"Gitu dong." Rian hampir lupa dengan barang bawaannya. "Oh iya ini buat kamu." Ditaruhnya di atas meja sekantong buah dan roti tersebut. "Jangan lupa dihabisin, besok kalo udah sembuh aku beliin pop ice."

Mata Alsa berbinar mendengar minuman kesukaannya disebut.

"Minuman kesukaan kamu, kan? Aku traktir selamanya kalo mau tinggal bilang," tukas Rian tanpa memikirkan bagaimana perasaan Alsa sekarang.

Mana bisa begitu.

"Makasih banyak Kak, tapi itu berlebihan. Masa traktir selamanya."

"Gak pa-pa mumpung masih hidup." Rian mengambil kue yang disajikan Umi di meja. "Kamu yang buat Al?" tanya Rian sambil menunjukkan kue ditangannya.

"Umi Kak."

"Enak." Rian mengambil satu lagi kue kering buatan Umi. Kapan lagi makan kue buatan calon mertua kalau tidak sekarang.

"Alhamdulilah."

"Puji Tuhan."

Deg. Seperti mendengar petir yang menggelegar, rasanya ingin menutup telinga rapat-rapat. Hati Alsa terombang-ambing, posisi duduknya berubah untuk menghindari rasa ketidaknyamanan.

Tring!

Ponsel Rian berdering nyaring. Panggilan dari Fahri. Cepat-cepat ia mengangkatnya agar tidak berisik.

"Bentar Al," ujar Rian lalu menempelkan ponselnya ke telinga.

"Damar diserang Yan!"

"Dimana?"

"Area selatan."

"Gue otewe."

Panggilan selesai. Ekspresi Rian berubah marah dengan wajah memerah padam. Kepalan tangannya menampakkan guratan saat menahan emosi.

"Arrgh!"

Rian menggeram marah dan Alsa melihatnya. Gadis itu takut karena Rian begitu emosi saat ini. Walaupun ia tidak tahu apa yang terjadi Alsa harap Rian baik-baik saja. Setiap masalah yang dihadapi dengan emosi tidak akan pernah selesai!

"Al, sorry, udah marah depan kamu." Rian lupa dengan keberadaan Alsa karena emosinya yang tiba-tiba muncul.

"Aku pulang salam buat Umi," pamit Rian buru-buru. Ia berdiri dan Alsa mengikutinya dari belakang.

Alsa mengantarkannya hingga ke depan, saat Rian hendak melajukan motornya ia berbicara dengan gadis itu.

"Kamu khawatir Al?" tanya Rian berniat menggodanya.

"Ha? Enggak." Alsa menggeleng ribut.

"Masa?"

"Iya enggak Kak."

"Bagus deh." Rian memberikan jempol ke arah gadis itu. "Jangan pernah khawatir. Pangeran bisa jaga diri."

"Aku perang dulu Al!" teriak Rian seraya melajukan motornya kencang meninggal kediaman Alsa.

Perang?

"Hati-hati Kak," lirih Alsa.

Alsa lupa jika Rian itu ketua geng motor. Pasti ada yang tidak beres dengan perkumpulannya. Semoga tidak terjadi apa-apa karena nyawa menjadi taruhan.

****

Assalamu'alaikum?

Alhamdulillah update 😭 maaf banget baru bisa sekarang. Dari kemarin tuh aku gak ada waktu, kalo ada waktu pasti banyak ide. Baru bisa dua hari ini yang ada waktunya.

Gimana Rian sweet banget kan?  Apa-apa ngabarin padahal ga diminta 😭

Butuh next par?

Bantu votmen ♥️ share Bucinnestar!

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

ATHARRAZKA Erlis Kurniyanti द्वारा

आध्यात्मिक

6.9M 963K 52
[SEQUEL OF A DAN Z] Tumbuh dewasa tanpa kedua orang tua dan memiliki tanggung jawab yang sangat besar, terlebih harus menjadi sosok orang tua untuk k...
With You GUS NonaHaluLeminho द्वारा

आध्यात्मिक

6.4M 504K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza
GUS AZZAM النور द्वारा

आध्यात्मिक

4.9M 297K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...
2.9M 257K 73
[ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴜʟᴜ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ!] ʀᴏᴍᴀɴᴄᴇ - sᴘɪʀɪᴛᴜᴀʟ "Pak Haidar?" panggil salah satu siswi. Tanpa menoleh Haidar menjawab, "Kenapa?" "Saya pernah menden...