BAB 22

2.9K 236 10
                                    

Assalamu'alaikum;
Bucinnestar 💜

Selamat overthinking.
Jangan lupa tinggalkan jejak.

****

Hal Hebat–Govinda
(Cover by Dinda Alfa)

Saat ini Alsa sedang bersama Reynand, lelaki itu tiba-tiba datang ke rumah menemuinya. Kata Rey, dia ingin menemani Alsa belajar untuk olimpiade. Reynand bosan jika di rumah saja, lagipula tidak ada salahnya dia menemani sahabatnya.

Reynand melihat Alsa yang kini sudah seperti mbak-mbak pengajian. Dia ingat sekali dulu saat pertama kali bertemu dengannya. Dulu, gadis itu menghampiri Reynand untuk sekedar menemani, kala itu Rey sedang diberi hukuman oleh Bunda karena main tanpa pamit. Reynand sempat mengusir Alsa namun ia malah mengajak Reynand berteman.

Reynand masih mengingat jelas perkataan Alsa saat mereka pertama kali bertemu.

"Kak Rey ayo kita temenan," ajak Alsa. Dulu umurnya masih empat tahun, sedangkan Reynand lima tahun.

"Enggak mau." Reynand menggeleng cepat. "Kamu pergi sana, aku lagi kena hukum bunda," kata Reynand mengusir.

"Tapi aku mau kita temenan ..." rengek Alsa di depan Reynand kala itu. Jika tidak Rey 'iyakan', Alsa mengancamnya dengan tangisan keras.

"Iya."

"Yeay! Alsa punya teman." Alsa melompat kegirangan, saking excited ia hampir terjungkal ke belakang. Reynand yang melihat dengan cepat menariknya.

"Jangan lompat-lompat nanti jatuh," kata Reynand sedikit marah.

"Iya Kak." Alsa menundukkan kepala saking takut dengan Reynand.

Dari usia lima tahun hingga sekarang Reynand hanya memiliki satu sahabat. Sayangnya, persahabatan itu sempat terputus karena sesuatu tiba-tiba muncul. Lima tahun bukan sebentar meninggalkan Alsa dalam posisi tanpa kabar, Reynand paham dengan perasaannya. Sudah jelas pasti kecewa.

Sekarang Reynand mencoba memperbaiki hubungan dengan Alsa, sebisa mungkin meluangkan waktu bersama.

"Mau mulai dari mana belajarnya?" tanya Reynand saat melihat Alsa mulai membuka lembaran buku.

"Dari materi kelas 10." Alsa menoleh ke arah Reynand. "Kak Rey enggak pa-pa, kan?" tanya Alsa.

Reynand mengerutkan kening, heran dengan kata 'kak' yang disematkan Alsa saat memanggilnya.

"Kenapa tiba-tiba panggil Kak?"

Alsa tersenyum tipis. "Setelah aku pikir-pikir emang kamu harus dipanggil Kak, kalau panggil nama rasanya enggak sopan apalagi mudaan aku," jelas Alsa

"Rey aja." Reynand membalas senyum Alsa.

"Oh, ya udah, Rey aja." Alsa menurut keinginan Reynand untuk tetap memanggilnya dengan nama tanpa embel-embel.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang