BAB 11

3.3K 290 9
                                    

Votmen dong yang banyak, wkwkw.
Semangat!

****

Pamungkas–Sorry


****

Setelah merapikan pakaian yang baru saja dilipat, Alsa kemudian mengambil kado misterius yang ia dapatkan kemarin. Memang kado itu sengaja belum Alsa buka sebab ia masih penasaran siapa yang memberinya. Alsa menaruh kado itu di dalam lemari. Ukuran kado itu cukup besar dan membuat penasaran. Kadang juga membuat hatinya ketakutan dan ingin membuang saja kado tersebut.

Di bagian bungkus kado tertulis nama lengkap Alsa beserta nama pengirimnya. Namun nama pengirim bertuliskan 1 huruf yakni huruf 'R'.

"R? Aku kira ini kado dari Kak Rian, tapi kata dia bukan. Terus R inisial siapa?" Alsa bergumam sambil membuka bungkus kado tersebut.

"Sayang sama bungkusnya," ujar Alsa mengelus sayang bungkus bergambar BT21 kesayangannya.

Alsa menemukan surat dan sajadah. Ternyata masih ada tasbih di dalamnya. Alsa mengambilnya, kemudian mengulas senyum.

Tasbih itu sama seperti yang ia inginkan. Sajadah pun juga sama dengan apa yang diinginkan. Sajadah bergambar Mekah dengan warna soft begitu indah dipandang. Lagi-lagi bentuk tasbih mencuri perhatian gadis itu. Tasbih itu terbuat dari kayu dengan ukiran rapi, tidak salah jika Alsa menyukainya.

"Siapa pun yang ngasih kado ini, makasih banget." Alsa memeluk sajadah dan tasbih itu dengan penuh kasih sayang. Ia berharap bisa bertemu dengan si pemberi kado misterius.

Alsa tidak lupa dengan kado pemberian Rian. Novel karya Boy Candra dan boneka Rian berikan kepadanya. Alsa sempat dibuat bingung sebab kakak kelasnya itu memberikan barang kesukaannya. Ternyata setelah ditelusuri Zahra lah yang memberitahu pada Rian kalau Alsa sedang ingin membeli novel karya penulis kesayangannya.

Alsa hampir lupa dengan surat yang ia dapat dari kado misterius. Ia harus membacanya dengan harapan mendapatkan petunjuk.

Assalamu'alaikum, Alsa.

Kamu sudah baca ini,
itu artinya kado dariku sudah kamu buka.
Maaf, aku cuma bisa kasih kamu sajadah sama tasbih.

Setidaknya aku masih ada waktu untuk kasih kamu hadiah.

Alsa, mungkin lusa kita bertemu.
Aku harap kamu tidak kaget dengan kedatangan ku yang tiba-tiba.

Iya, aku Reynand.
Sahabat kecil mu.

Air mata Alsa tak terbendung lagi. Ia menangis kali ini dengan sesenggukan. Sangat tidak menyangka jika akan bertemu sahabatnya setelah lima tahun menghilang. Padahal ia sudah ikhlas jika tidak dapat bertemu lagi dengan Reynand.

Alsa berusaha mengusap air matanya. Pelan-pelan ia berjalan ke arah jendela untuk melihat rumah Reynand yang selalu ia kunjungi sepulang sekolah. Rumah itu masih kosong, tidak ada tanda-tanda kepulangan Reynand.

Tentang KitaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora