Soul From The Past[END]

By MRadian

40.2K 3.5K 260

[Belum direvisi, ✔️ini tanda bila chapter telah direvisi] Ia adalah seorang penguasa yang diakui dan dikagumi... More

SFTP.0
SFTP.1
SFTP.2
SFTP.3
SFTP.4
SFTP.5
SFTP.6✔️
SFTP.7
SFTP.8
SFTP.9✔️
SFTP.10✔️
SFTP.11✔️
SFTP.12
SFTP.13✔️
SFTP.14✔️
SFTP.15
SFTP.16
SFTP.17✔️
SFTP.18
SFTP.19✔️
SFTP.20
SFTP.21
SFTP.22
SFTP.23
CHARACTER

SFTP.24

1.3K 106 12
By MRadian

#Halo semua..

#Sesuai janji saya kemarin di papan pengumuman, saya akan up SFTP dua chapter(tadi malam dan siang ini). Bersamaan dengan kemarin malam, saya berhasil memenuhi tantangan diri sendiri dan menyelesaikannya hari ini. Jadi.. selamat melanjutkan membaca chapter terakhir SFTP.. (><)

Chapter 24 : Epilog

Beberapa hari telah berlalu sejak mereka melakukan pertemuan.

Keadaan alam bawah benar-benar kacau sebab kemunculan Eater yang besar. Para bawahan Mel bersikap sesuai rencana dan tetap melakukan penjagaan, namun Mel mengubah seluruh penjaga dalam menjadi mayat hidup, sehingga dia tidak akan merasa rugi bila kehilangan banyak prajuritnya.

Pada saat yang sama, seorang lelaki tengah memukul lengan singgasananya dengan geram.

"Sejak kapan itu terjadi?! Mengapa tidak ada di antara kalian yang melapor padaku?!"

"Maaf yang mulia." Semuanya menundukkan kepala mereka.

"Quinne! Panggil Henrie! Ini saatnya dia bertugas setelah beristirahat 3 hari."

"Baik yang mulia." Quinne menjawab dengan patuh. Tidak lama Henrie memasuki ruangan, dia segera berlutut memberi hormat.

"Apa kau tahu tugasmu sekarang?"

"Ya, yang mulia."

"Kalau begitu pergilah!"

"Baik yang mulia!"

Setelah mendengar bahwa ada makhluk yang memiliki kekuatan menyerupai dirinya, dia tidak bisa menahan diri dan menggeram kesal. Dia tidak bisa membiarkan makhluk itu berbuat sesukanya, jika tidak, makhluk itu akan menghalangi jalannya. Dia harus segera menyingkirkannya.

"Yang mulia, bolehkah saya ikut pergi? Saya hanya akan mengawasi." Kata Era.

"Apa yang kau khawatirkan?"

"Saya takut bila dia akan berkhianat pada yang mulia, akhir-akhir ini saya memiliki perasaan yang tidak enak."

"Kau tidak perlu khawatir, Henrie telah bersumpah setia padaku. Tidak ada yang dapat luput dari pandanganku." Dia tertawa puas.

Quinne yang melihatnya hanya tersenyum tipis, namun dalam hati dia tertawa, kau bilang tidak ada yang dapat luput dari pandanganmu? Lalu mengapa kau tidak pernah menghukum aku dan kakak walau 300 tahun telah berlalu? Kau bahkan tidak tahu bila aku dan kakak telah membangun rencana di belakangmu.

"Karena jika dia berbohong, aku dapat mengetahuinya. Aku dapat merasakan ucapan kalian yang telah bersumpah setia padaku, jadi tidak akan ada pengkhianat di bawah kekuasaanku." Dia tersenyum meyakinkan.

Mata Era berbinar, "Baik yang mulia!"

Baru saja Era bernapas lega ketika pintu kembali dibuka, Henrie kembali memasuki ruangan.

"Oh, kau sudah selesai?"

"Mohon ampun yang mulia, saya tidak memiliki cukup kekuatan untuk melawannya."

"Henrie! Apa maksudmu?! Bahkan keadaanmu masih bagus dan kau bilang kau tidak mampu melawannya?!" Era protes.

"Sebagaimana yang mulia ketahui, saya adalah tipe orang yang lebih suka memperhatikan suasana agar dapat menciptakan rencana yang lebih matang. Karena itu saya kembali untuk melapor dan membawa lebih banyak informasi."

"Kalau begitu jelaskan informasi yang kau bawa."

"Makhluk itu bernama Eater." Henrie mendengar nama itu dari Yue.

"Eater? Dari mana kau mengetahui nama itu?"

"Saya mendengarnya ketika saya datang ke desa alam manusia, itu yang mereka sebut ketika melihat makhluk semacam itu."

"Hm, lanjutkan."

"Tubuhnya memiliki ukuran yang besar mencapai 6 meter, kemampuan fisiknya melampaui saya yang merupakan pemilik jenis sihir logam. Dia juga memiliki energi kehidupan yang besar, sepertinya dia telah hidup untuk waktu yang lumayan lama sehingga mampu mengumpulkan energi kehidupan yang begitu besar. Jika yang mulia melihatnya, maka yang mulia akan berpikir sayang jika dia dibunuh, karena energi kehidupannya tentu dapat memperkuat yang mulia."

"Lalu apa benar kau tidak dapat melawannya?"

"Ya, yang mulia. Saya sendiri tidak memiliki kesempatan untuk menang melawannya."

Setelah tidak merasakan adanya kebohongan dalam kalimat Henrie, lelaki yang mengaku dirinya sebagai Raja Eater langsung mengangguk.

"Kalau begitu bawa aku ke sana."

Ketika mereka sampai, pemandangan yang mereka dapati adalah tumpukan mayat dalam jumlah yang mengerikan.

"Jangan bilang bahwa mayat ini adalah mayat para penjaga alam bawah?"

"Benar yang mulia."

"Heh," Raja Eater terkekeh, "Siapa tahu bila mereka sangat lemah? Jika sudah begini, maka kita hanya harus menunggu waktu sampai kita dapat mengalahkan makhluk ular itu."

"Benar yang mulia." Era tersenyum lebar.

Henrie dan Quinne yang berdiri di belakang mereka tidak memberi balasan, wajah mereka datar dan tidak ada yang dapat dibaca dari ekspresi mereka.

"Kalau begitu aku akan mengalahkannya, jangan ada yang ikut campur."

"Baik yang mulia."

Bagaimana bisa aku membiarkan kalian melihat wujud asliku yang jelek ini? Jika aku bisa mendapatkan energi kehidupan sebesar itu, maka aku dapat menciptakan tubuh lagi yang menyerupai tubuh ini. Aku cukup menyukai tubuh ini, sebab bukan hanya rupanya yang indah, tubuhnya juga terlihat gagah dan sempurna untukku sebagai penguasa dunia. Raja Eater membatin.

Di depan raja Eater, sebuah makhluk berasap hitam yang bertubuh besar berdiri. Dia menatap raja Eater merendahkan, "Tubuhmu sangat kecil, untuk apa kau ke sini bocah?" Tanya makhluk itu.

"Apa kau bilang?! Bocah?! Bukankah seharusnya itu adalah kalimatku?!" Raja Eater yang tidak suka dipandang rendah langsung menderu marah.

"Tapi walaupun dengan tubuh yang kecil, aku dapat merasakan energi kehidupan yang besar di sana. Bagus, aku menginginkannya." Kata makhluk itu, mengeluarkan sesuatu yang berwarna merah seperti lidah, dia menjilat bibirnya.

Alis raja Eater berkedut, "Bukankah itu seharusnya adalah kalimatku?!!"

Raja Eater mengangkat tangannya ke atas, sesuatu berkilat putih. Makhluk itu menyipitkan matanya, matanya langsung menyalang marah, "Beraninya kau berniat membunuhku hanya dengan benang?!"

"Ini adalah kelemahan kita, apa ya tadi? Ah, eater. Aku cukup menyukai namanya. Jadi, untuk apa kau begitu marah?" Raja Eater tertawa rendah, gantian merendahkan makhluk di depannya.

Makhluk itu dengan cepat mendekatkan dirinya ke arah raja Eater, tangan besarnya berusaha untuk mengambil tubuh kecil manusia itu ke tangannya yang besar.

"Aku tidak akan membiarkanmu!" Raja Eater berseru, dia menarik tangannya dan dalam sekejap langsung menghancurkan tangan berasap yang berusaha meremukkan tubuhnya.

"AAAH!!" Makhluk berasap itu berseru kesakitan.

"Sebutkan kata terakhirmu!" Raja Eater tertawa lebar.

Quinne dan Henrie yang melihat ini langsung pucat, hanya segitu? Hanya segitu saja mampu mengalahkan makhluk yang sudah mereka beri makan selama 300 tahun ini?!

Namun pada saat itu jugalah, sebuah tangan besar lainnya menyerang raja Eater dari belakang, "AAHH!"

Raja Eater mengerang, tangan itu masih setia di dalam tubuhnya, seolah dengan sengaja berusaha mengeluarkan isi tubuhnya. Dengan susah payah, raja Eater berusaha menghancur leburkan tubuh dari pemilik tangan yang mengancam tubuhnya. Tangannya dengan keras terus menarik benang-benang kilat putih.

Dan.. DUAR!!

Namun ketika tubuh Eater di depannya hancur, tangan itu sempat menarik jantung dari tubuh manusianya.

Era yang melihatnya langsung berteriak histeris, "Yang mulia!!"

"Tidak! Tidak! Tidak mungkin.. yang mulia.." Era menangis keras.

Tuannya yang dia cintai, tuannya yang selalu dia kagumi, tuannya yang selalu dia dambakan, mati di depan matanya.

"Era, apa yang kau tangisi? Yang mulia tidak akan mati hanya dengan begitu." Quinne mendekatinya.

"Apa maksudmu? Jantungnya telah diambil! Dia sudah mati! Tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa jantung mereka!" Era mengaum marah melihat tatapan santai Quinne.

"Kakak, jangan bilang Era selama ini tidak mengetahui sosok yang mulia yang sebenarnya?"

"Ah, kau benar. Era tidak pernah melihat wujud yang mulia yang sebenarnya." Henrie mengangguk pelan.

"Apa.. wujud? Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?"

"Yang mulia itu bukan seorang manusia, apakah kau juga belum mengetahui ini?" Quinne menatap Era tidak percaya.

"Itu.. tidak mungkin.." Era menatap kedua tangannya yang gemetar, "Selama ini.. yang mulia adalah manusia! Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?"

Quinne dan Henrie menggeleng tidak berdaya, sudah tidak mungkin menyelamatkannya, Era ternyata tidak mengetahui wujud asli Raja Eater, ternyata selama ini dia melayani wujud manusia Raja Eater. Lagi pula siapa yang tidak mengagumi wujud guru yang mengagumkan? Quinne dan Henrie diam-diam merasa bangga.

"Ah.. telah lama aku tidak keluar dari tubuh ini." Sebuah suara terdengar, sebuah asap hitam lainnya berdiri tidak jauh dari tempat mereka.

Era membelalakkan matanya, "Siapa.."

"Hah? Tentu ini aku tuanmu!" Raja Eater menatap marah Era yang menatapnya tidak sopan.

"Tidak! Kau bukan yang mulia! Yang mulia adalah sosok yang aku kagumi, tidak mungkin aku salah melihat! Kau bukan__." Belum selesai Era berbicara, makhluk berasap, tidak, raja Eater langsung mengarahkan tangannya ke dada Era dan menarik keluar jantungnya.

Mata Quinne dan Henrie melebar, tidak mempercayai apa yang mereka lihat. Era adalah satu-satunya bawahan raja Eater yang paling setia, tentu jika tidak menghitung nomor 3 serta Quinne dan Henrie.

"Aku tidak menyangka jika gadis ini ternyata hanya menyukai wujud manusiaku, aku tidak suka. Quinne, Henrie, bawa mayatnya pergi, aku tidak suka sesuatu yang kotor mendekati tubuh manusiaku."

Henrie dan Quinne menunduk, mereka ragu, tidak tahu harus bertindak apa. Haruskah mereka melakukan perlawanan sekarang? Atau haruskah mereka menunggu bantuan yang direncanakan?

"Baik." Quinne dan Henrie tanpa sadar menjawab, sebab tidak menemukan tanda-tanda dari bantuan itu. Baru saja mereka akan mengangkat tubuh Era ketika tiba-tiba saja tubuh keduanya terangkat ke udara, "Kalian!!" Raja Eater berseru marah. Sepertinya dia menyadari perasaan ketidakpatuhan dalam suara mereka.

"Akh.." Mereka meronta, mencoba melawan, mencoba melepaskan tangan berasap hitam di leher mereka yang berusaha mengakhiri hidup mereka.

Detik-detik terakhir ketika keduanya hampir kehilangan tenaga mereka, sebuah cahaya yang menyilaukan menyebar, membutakan mata.

Tangan raja Eater gemetar dan melepas Henrie dan Quinne yang langsung menarik napas kasar, haus akan udara.

Tubuh raja Eater perlahan mengecil, "Dari mana.. cahaya ini datang?!" Tubuhnya kian mengecil dan mengecil.

"Cukupkan dulu, dia sudah tidak mengancam. Masih ada hal yang ingin aku tanya." Sebuah suara dingin membuat cahaya itu menghilang seketika.

"Guru!" Seru Quinne dan Henrie dengan mata berbinar. Sebelumnya Henrie telah menceritakan keberadaan Yue pada Quinne, dia tidak bisa menahan dirinya dan bercerita tentang guru mereka.

Akhirnya, perpisahan yang menjelang 5 abad ini berakhir. Quinne langsung melompat kearah Yue, yang ternyata pada akhirnya Yue terjatuh ke tanah dan meringis.

"Aaa!" Quinne panik, "Guru maafkan aku! Maafkan aku!"

"Tidak apa-apa, setidaknya kepalaku baik-baik saja."

"Siapa kalian?" Raja Eater yang ukurannya mengecil itu melayang kearah tubuh manusianya, lalu dengan susah payah menggerakkan tubuh yang mati itu.

Yue yang melihatnya, ".."

Mengapa aku harus melihat kedua rupaku pada orang lain sementara aku sendiri berada dalam tubuh seorang perempuan?! Ia tidak bisa menahan diri dan kembali menangisi kemalangan dirinya.

"Kau! Beraninya masih menyentuh tubuh guru!" Quinne berseru marah.

"Kenapa?! Jadi selama ini kalian telah berkhianat di belakangku?!"

Quinne dan Henrie yang mendengarnya langsung menarik ujung bibir mereka, "Kau tidak menyadarinyakan?" Keduanya tersenyum penuh kemenangan.

"Tidak mungkin! Lalu mengapa selama ini aku tidak dapat mendeteksi kebohonganmu?!" Raja Eater murka.

"Karena kami memang tidak berbohong! Kami memang setia padamu, tepatnya, pemilik tubuh yang kau ambil!"

JDARR!!

"Tidak.. mung..kin.."

Tepat saat itulah, halilintar menyambar, menghancurkan Raja Eater.

"Ah?"

"Dari mana halilintar itu datang?" Mereka melirik sekeliling mereka. Pada saat itu lah mereka melihat 3 bayangan beserta 2 makhluk kecil, dan satu makhluk berkaki 4.

Mereka adalah Archard, Eve, Rhine, roh Talice dan Lei, serta Leucippus.

"Yue! Kau baik-baik saja?!" Eve berlari kearah Yue yang masih terduduk ditanah.

"Aku baik.." Yue mengerutkan dahinya, "Kenapa kalian bisa ada di sini?"

"Tentu untuk membantumu." Eve tersenyum lebar, ketika dia mengangkat wajahnya, dia melihat seorang perempuan yang wajahnya familiar.

"Maaf, apakah kau yang membantu Yue? Tunggu, apakah sebelumnya kita pernah bertemu?"

"Bukankah dia perempuan yang berada di patung? Dan juga, kedua lelaki itu memiliki wajah yang sama dengan sang raja." Archard menatap Mel dan tubuh gelap raja Eater.

"Aku bukan sang raja." Mel berdecak tidak suka, dia langsung merubah wujudnya menjadi ular naga yang besar. Hal ini tentunya langsung mengejutkan semua orang.

"Walaupun aku tidak dapat mengumpulkan informasi tentang makhluk itu, setidaknya kau sudah membantuku mengalahkan mereka tanpa harus aku yang turun tangan secara langsung. Kalau begitu, aku kembali dulu. Kau bisa kembali dengan Jun kan?"

"Ah, ya, Jun akan membukakan pintunya. Mel, terima kasih atas bantuanmu. Dan, maaf sudah merepotkanmu sampai ke sini."

"Hm, tidak apa-apa."

"Oh ya, tolong sampaikan salamku kepada yang lain, aku harus langsung mengantar mereka. Jadi tidak mungkin aku pamit dulu, lagi pula aku bisa main kapan saja ke sini."

"Baiklah, kalau begitu aku pergi." Mel terbang tinggi, kemudian menghilang dari pandangan.

"Ular naga.. berwarna hijau kebiruan.." Eve menggumam, "Eh?!! Dia adalah penguasa daerah timur?!!"

"Ahaha.." Yue mengangguk kaku.

"Tapi syukurlah kau baik-baik saja. Oh ya, Yue, kak Milo sakit setelah kau pergi, sepertinya dia sangat terkejut." Eve mengingat sosok yang masih terbaring lemas di kasur penginapan desa.

"Aku mengerti." Yue mengangguk pelan.

"Yue, sebenarnya tugas seperti apa yang sedang kau jalankan?" Archard melangkah ke depan, lalu meletakkan setengah kakinya di tanah. Berusaha menyejajarkan dirinya dengan Yue.

Sementara itu, Rhine yang melihat tubuh sang raja, Henrie, dan Quinne yang bersisian memiliki wajah yang berubah-ubah. Dari lega, senyum, bingung, pucat pasi, panik, benar-benar bervariasi.

"Tugasku sudah selesai, tepatnya sihir halilintarmu yang menyelesaikannya." Yue tertawa kecil, mengingat sebuah halilintar yang datang entah dari mana dan langsung membunuh raja Eater yang ketika itu sudah memiliki tubuh kecil karena energi kehidupannya yang telah terkuras habis sebab terkena sihir cahaya Yue.

"Maksudmu?" Archard menatap Yue tidak mengerti.

"Ah, sebelumnya perkenalkan, Quinne, Henrie, ini adalah Archard, Eve, dan Rhine. Arc, Eve, Rhine, perkenalkan mereka adalah Quinne dan Henrie."

Kelimanya dengan canggung mulai bersalaman, "Bukankah kau adalah lelaki yang kemarin? Lelaki yang menyerang Yue kan?"

"Apa?!! Kakak menyerang guru?!!" Quinne langsung menatap Henrie nyalang, beraninya kau kak!

"Tidak tidak tidak, kemarin aku tidak sempat menyerang guru, guru begitu lihai sehingga kami bahkan tidak sempat beradu kekuatan."

"Guru? Siapa guru yang kalian maksud?"

"Guru adalah guru, memang siapa lagi?" Quinne melingkarkan tangannya dilengan Yue, memberi mereka isyarat tentang identitas Yue.

"Eh? Yue adalah guru kalian?"

"Hm!" Quinne mengangguk penuh semangat.

"Rambut kalian berwarna kelabu, mmm.. apakah jenis sihir kalian logam?" Eve membuka topik lagi.

"Benar!" Quinne mengedipkan sebelah matanya.

"Itu tandanya kalian juga berasal dari desa kan?"

"Yap." Quinne mengangguk pelan.

"Yue, aku benar-benar tidak mengerti apa yang telah terjadi saat ini." Archard mengangkat kepalanya dan menatap Yue lurus.

Henrie yang melihatnya langsung mengerutkan dahinya, "Atas dasar apa kau menuntut penjelasan dari guru?" Matanya menatap tajam Archard.

"A~h.." Yue memegang kepalanya, ia benar-benar merasa pusing. Ia tidak tahu harus menjelaskan semuanya dari mana.

"Jun, sebelumnya, bisakah kau membawa kita kembali?"

"Ke mana tujuan tuan?"

"Jun!" Archard dan Eve terkejut melihat Jun mengeluarkan suara.

"Ke rumah."

Jun mengangguk, "Baiklah."

Lalu sebuah lubang vertikal muncul didepan mereka, Yue berdiri dari duduknya diatas tanah. Membenarkan pakaiannya dan menatap Quinne dan Henrie, "Ke mana kalian akan pergi? Kembali ke alam manusia atau kalian telah memiliki tujuan sendiri?" Ia sebenarnya mengharapkan kehadiran keduanya lagi disisinya, tapi ia merasa kalau ia tidak boleh lagi terlalu mengekang mereka sebagaimanapun ia menyayangi mereka.

"Apa yang guru katakan? Tentu kami akan ikut denganmu." Quinne mengambil alih sebelum Henrie menjawab.

"Kalian yakin?" Yue masih menatap mereka ragu.

"Tentu saja, bagaimanapun, akhirnya kita bisa bersama, aku tidak ingin membuang waktuku lagi dan menikmati hidup ini dengan guru."

"Kami tidak ingin menyesal lagi." Tambah Henrie.

"Ehem!" Yue terbatuk, "Tapi kalian harus tahu bahwa hidupku sudah berbeda dan tidak lagi sama seperti dulu. Kalian mungkin tidak akan mendapat perlakuan yang sama seperti dulu, dan saat ini aku juga memiliki keluarga sendiri. Jadi__."

"Kami akan mengikuti keputusan guru!" Potong Quinne, senyumnya mengembang cantik.

Henrie yang melihatnya tersenyum kecil, sudah lama dia tidak melihat senyum selebar itu, senyum dari kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Kemudian mereka mulai memasuki lubang vertikal itu secara bergantian. Ketika membuka mata, mereka telah berada didalam sebuah ruangan tua dengan suasana yang tenang dan elegan.

"Ini.." Rhine menelan kembali kata-katanya. Sudah beberapa kali dia memasuki rumah ini, namun dia selalu merasa rumah itu memiliki aura leluhur sehingga dia tidak berani untuk tinggal terlalu lama. Dia pun teringat pertemuan pertama mereka, ketika dia melihat Yue di depan rumah ini.

"Bagaimana kalau kalian beristirahat lebih dulu?" Yue menatap Quinne dan Henrie bergantian. Keraguan terlihat dari mata mereka, namun mereka dengan enggan langsung mengangguk patuh.

"Jadi, bagaimana kalau kalian menjelaskan mengapa kalian ada di sana? Bukankah aku sudah bilang kalau aku memiliki tugas?" Tanya Yue menatap Archard dan Eve lurus.

Ia tidak lagi bertanya tentang Rhine, sebab ia yakin bila Rhine secara kasar sudah mengetahui alasan kepergiannya. Hal yang tidak pernah ia duga adalah kedatangan Eve dan Archard di alam bawah. Sebelumnya ia sempat berpikir kalau Lei mungkin dapat memimpin mereka ke alam lain, namun karena tujuannya adalah alam bawah yang mana tidak mungkin bagi mereka, ia merasa aman saja.

"Itu, saat aku memikirkan kau tidak akan kembali.." Archard tidak melanjutkan kalimatnya, dia menundukkan kepalanya.

Yue membuka sedikit mulutnya, ia lupa bila Archard bisa memiliki kekhawatiran seperti itu. Tentu Archard akan khawatir pada temannya yang menghilang tiba-tiba, apa lagi setelah semua orang yang dianggapnya penting telah menghilang dari pandangannya, tentu dia juga tidak ingin kehilangan temannya.

Yue menghela napas dan tersenyum tipis, "Maaf membuat kalian khawatir."

"Mm." Eve menggeleng pelan, "Tidak apa-apa, kami senang mengetahui kau baik-baik saja."

Rhine membantu Yue meyakinkan cerita yang di karangnya, mengatakan bila tugasnya adalah untuk pergi ke alam lain, lalu mengumpulkan informasi tentang beberapa pemberontak di alam bawah.

Nah, di sana mereka menemukan Henrie dan Quinne yang ternyata pikirannya dikendalikan, sehingga Yue harus menyelamatkan mereka.

Henrie dan Quinne mengenakan topeng yang menutupi setengah wajah mereka, sehingga setidaknya tidak akan ada orang yang mengira bahwa mereka memiliki wajah yang sama dengan patung utama di desa.

Mereka juga mengungkapkan keberadaan Jun, dalam usaha untuk lebih meyakinkan yang lain. Mengatakan bila Jun memanglah makhluk kontrak sang raja yang dikirim para penguasa untuk membantu Yue di alam manusia.

Setelah mengetahui ini, Yue secara otomatis akan sering pergi ke desa dan kota secara bergantian. Namun selama ada Jun, maka semua itu dapat di lakukan dalam sekejap mata.

Milo yang mengkhawatirkan keadaan Yue langsung menghela napas lega melihat Yue dalam keadaan yang baik dan sempurna seperti sebelumnya. Dia dengan keras kepala berlutut di depan Yue, meminta maaf kepadanya, membuat Yue kehilangan kata-kata.

Mereka kembali menuju kota menggunakan sihir Jun, terlalu banyak waktu yang mereka habiskan di desa sehingga mereka takut membuat semua orang yang ada di kota lebih khawatir dari ini. Apa lagi mereka tidak memiliki alat untuk menghubungi mereka, mungkin akan berbeda jika Zoe yang di sini bersama mereka.

Ketika sampai di kota, mereka tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Milo pikir mereka tidak perlu tahu, sebab selama upacara telah dengan aman dilaksanakan, maka semuanya akan baik-baik saja, dan misinya juga selesai dengan sempurna.

Yue sebenarnya ingin membawa Quinne dan Henrie, namun ia khawatir bila keduanya mungkin akan terkejut dan tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman di kota. Sehingga ia menyuruh mereka untuk menetap di desa dahulu sambil mempelajari perkembangan zaman di kota dan barulah mereka dapat pergi ke kota.

Ia juga mulai berusaha untuk menerima dan terus menjalankan kehidupannya sebagi seorang gadis. Ia meneruskan kehidupan Yue yang tersisa.

Ketika menghadapi ujian kelulusan sekolah, Yue dapat menyelesaikan ulangannya dengan baik. Ia mendapat nilai tertinggi kedua setelah Archard, entah mengapa ia tidak bisa mengalahkan Archard yang selalu mendapat posisi pertama.

Ya, tidak apalah, setelah semua kejadian ini, dia memang pantas mendapatkannya, batin Yue.

Quinne dan Henrie juga telah mendapatkan pekerjaan mereka sebagai pelatih para pemuda di desa.

Suatu hari ketika Yue bermain ke desa, Quinne langsung menariknya, ingin menguasai gurunya secara individu. Melihat sikap Quinne yang manja seperti biasa, Yue dan Henrie hanya bisa tersenyum dan tertawa pasrah.

"Guru! Ayo kita duduk di sana seperti dulu!" Kata Quinne lalu langsung melompat keatas dahan pohon.

"Sayangnya fisikku sudah tidak sebagus dirimu." Yue tersenyum kecut, ia menciptakan sihir angin untuk membuat tubuhnya melayang, lalu mendudukkan tubuhnya di atas dahan di samping Quinne.

"Aku sangat merindukan guru!" Kata Quinne sambil melingkarkan tangannya pada lengan Yue.

Pemandangan di pohon dekat rumah mereka adalah yang terbaik, mereka dapat melihat hampir keseluruhan desa, sebab letaknya berada di dataran yang lebih tinggi.

Angin lembut menyapu kulit, keheningan itu membuat orang ingin menikmati indahnya alam.

"Guru, seandainya saat itu aku tidak mendengar hasutan buruknya.. maka, akankah hidup kita lebih bahagia?"

Yue terdiam, ia tidak membalas.

"Guru, jika seandainya__."

"Quinne, itu adalah masa lalu. Jangan mengungkitnya lagi, tidak ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi."

"Mm, guru benar, guru memang orang yang sangat baik ah." Quinne meletakkan kepalanya di pundak Yue, mengingat percakapan mereka yang terdahulu, "Terima kasih.."

Ya tuhan, terima kasih telah memberiku kesempatan kedua untuk memperbaiki hidup ini. Terima kasih..

-TAMAT-

WORD : 3399

#Iya~h, sejujurnya saya tidak percaya SFTP akhirnya selesai. Sebenarnya agak berat melepaskan Yue dan Archard yang masih saya ragukan (haruskah mereka bersama?) Tapi saya serahkan bagian itu untuk kalian berimajinasi sendiri.

#Maaf jika endingnya berbeda atau tidak sesuai dengan yang kalian bayangkan. Sebab saya pribadi mengharapkan ending yang damai dan tenang.

#Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi kalian yang telah mendukung cerita SFTP ini melalui berbagai cara mulai dari chapter 0-24.

#Jika berminat, bagaimana kalau kalian melirik cerita saya yang lain? Ya, walaupun saya sendiri merasa cerita yang lain belum begitu matang karena hampir semuanya belum saya update (masih di draft).

#Sekian dari saya, mohon maaf bila ada salah, dan sampai berjumpa lagi~ (><)

Continue Reading

You'll Also Like

28.5K 5.9K 9
Sebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika...
7.6K 397 8
Nama adalah doa, itu menurut orang kebanyakan, tapi tidak berlaku untukku. Sejak kecil, aku tidak mengenal siapa ayahku dan ibuku serasa enggan untuk...
4.3K 312 200
novel terjemahan buat baca sendiri author : Tomaru sinopsis : Seorang paman yang menolak untuk bereinkarnasi oleh seorang dewi. Namun...
194K 11.7K 38
"𝐀𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐮 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐚𝐛𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐬𝐚𝐥𝐢 𝐏𝐞𝐫𝐛𝐮𝐚𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚" -𝐀𝐥𝐢𝐜𝐞 #1 in pangeran [04-06...