Charmed of Goddess - FINISH!

By citortor

110K 10.5K 481

Tahu Disney Princess? Disini Tenten, Temari, Karin, Ino, Sakura, dan Hinata akan mencari 6 batu krystal yang... More

[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
[29]
[30]
[31]
[32]
[33]
[34]
[35]
[36]

[8]

3.1K 321 23
By citortor

👑👑👑

Hinata dan Ino makan dengan sangat hati-hati. Semenjak mereka memasuki area kantin, semua pasang mata menatap ke arahnya. Banyak para siswi yang berpikir mereka menggunakan skincare jenis apa, perawatan dimana, berapa banyak uang yang harus di keluarkan dan lain sebagainya.

"Sakura dimana?" setelah selesai menghabiskan minumannya, Ino menatap Shikamaru yang memang sekelas dengan salah satu saudaranya itu.

"Perpustakaan,"

Ino mengangguk pelan, 'Pasti mencari buku itu,' batinnya.

"Bagaimana tadi? Ada kesulitan belajar?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Suigetsu. Pemuda itu terlihat diam sedari tadi.

"Hehehe, aku dan Hinata tidak mengerti apapun," jawab Ino cengengesan.

"Kalian harus lebih banyak belajar. Terutama kau Hinata, nanti akan aku ajari semua pelajaran yang tidak kau mengerti, ya?"

Suigetsu mendengus dan menoyor kepala Naruto ketika mendengar ucapan pemuda itu, "Geblek, nilaimu saja selalu rendah. Kau mau tutorial pada Hinata agar mendapat nilai 123?"

Naruto cengengesan mendengarnya.

"Kalian harus belajar banyak mulai dari sekarang," ucap Suigetsu.

"Sok baik," celetuk Naruto tanpa menatap Suigetsu.

"Sirik ae,"

Ino dan Hinata hanya menatap mereka tanpa mengeluarkan kata-kata. Mereka bingung apa yang di ucapkan para pemuda tampan itu. Terlebih lagi Hinata.

"Sakura," ucapan reflek Shikamaru membuat kedua gadis yang tadi terdiam kini menatap Sakura yang baru saja datang. Di ikuti oleh Sasuke.

"Kenapa lama sekali?" tanya Ino.

"Buku yang ku cari tidak ada," jawab Sakura dengan raut wajah sedih.

"Sudahlah S-sakura. Lebih baik kita cari di tempat lain," ucap Hinata dengan menyebut nama Sakura sedikit ragu karena ia tidak pernah memanggil saudaranya tanpa embel-embel 'Kak'.

"Em, boleh aku bertanya?" tanya Naruto seraya mengangkat tangannya. Membuat Suigetsu dan Shikamaru menghela nafas pelan.

"Silahkan," ucap Hinata lembut.

"Kalian saudara? Tapi kenapa rambut kalian berbeda-beda? Itu membuatku bingung,"

"Kami saudara," jawab Ino seperti biasa.

"Perbedaan itulah yang menyatukan kita," sahut Hinata.

"Dan kami lahir di hari yang sama," timpal Sakura.

"Ha?" Naruto menganga mendengar ucapan Sakura. Begitu juga dengan Shikamaru, Suigetsu, dan Sai yang sejak tadi hanya diam mendengarkan dan mengamati Ino. Sedangkan Sasuke tampak enggan mendengarnya. Ia masih terus kepikiran dengan ucapan Sakura di perpustakaan.

Mengenai buku sejarah kekaisaran. Apa gadis itu berkhayal? Apa maksud gadis itu Pemimpin Negeri ini? Apa maksudnya Kaisar itu adalah Perdana Menteri Jepang? Sungguh, ia bahkan tidak percaya pada gadis itu. Tapi entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Kalian lahir di hari yang sama? Maksudnya? Tapi kenapa marga kalian berbeda?" tanya Suigetsu dengan nada menyelidik.

"Mak-maksudnya, kita berbeda Ibu Rat- Ibu. Tapi satu Ayah," ucap Ino dengan canggung ketika hampir saja mengucapkan kata 'Ratu'.

"Hah?! Jadi Ayah kalian memiliki 6 Istri?!" tanya Naruto terkejut.

Shikamaru yang berada di samping pemuda itu segera melayangkan tatapan tajam dan menoyor kepala Naruto karena sudah membuat telinganya berdengung.

"Hebat sekali," lanjut Naruto tanpa memperdulikan tatapan Shikamaru.

"Tapi kenapa Tenten, Temari, dan Karin menolak ikut bersekolah?" pertanyaan dari Sai membuat semua menoleh ke arahnya.

"Itu karena kami tidak mau merepotkan Shikamaru yang sudah mengeluarkan biaya lebih untuk kebutuhan kita," jawab Sakura tulus.

"Aku penasaran bagaimana Ibu kalian. Putrinya saja cantik apalagi Ibunya. Ayah kalian juga, sekeren apa dan sehebat apa sih sampai mempunyai istri banyak. Aku mau kalau istrinya cantik-cantik," dumelan Naruto membuat semua mengabaikannya.

👑👑👑

Neji memilih berdiam diri di atap dengan tatapan menerawang ke arah langit. Pemuda itu merindukan Ibu dan Ayahnya. Satu hal yang ia ingat sebelum Ayah dan Ibunya pergi meninggalkannya, Ibunya mengatakan jika ia memiliki seorang adik perempuan.

Ingin sekali Neji melihatnya, pasti saat ini adiknya tumbuh begitu cantik. Seumuran dengan Sakura dan Hinata. Ia yakin itu.

Jujur, ia benci orangtuanya yang seakan menelantarkannya hingga saat ini. Neji waktu itu adalah Neji yang masih sangat kecil dan polos. Dengan tega Ayah dan Ibunya meninggalkannya dengan alasan mendapatkan sebuah pesan dari seseorang yang begitu mereka hormati. Pesan yang membuat Ayah dan Ibunya lebih memilih meninggalkannya.

Kejam? Neji memang berpikir seperti itu.

Puk

Suara benda jatuh membuat Neji menoleh dan mengernyitkan alisnya ketika melihat seorang anak kecil yang memakai topi jerami tengah tersenyum kikuk ke arahnya.

Sejak kapan anak kecil itu berada di sana? Bukankah di sekolah ini melarang seseorang memasuki kawasan sekolah jika itu tidak berkepentingan?

"Maaf Tuan," ucap anak itu. Suaranya begitu halus dan terlihat tulus. Walaupun pakaiannya terlihat usang dan sederhana, namun wajah cantik gadis itu membuat Neji bingung.

"Sejak kapan kau berada di sana?" tanya Neji datar.

Anak kecil sekitar berumur 6 tahun itu tampak kaku mendapat pertanyaan seperti itu.

Namun tak lama setelahnya ia mendekati Neji dan tersenyum sangat manis.

"Nama saya Hanabi," ucap gadis kecil itu.

"Saya ke sini karena mendapat perintah dari Ayah untuk melihat Anda," ucap Hanabi seraya membungkuk kecil pada Neji.

"Jangan bicara formal padaku," ucap Neji seraya duduk di bangku kayu.

"Anda lebih tua dari saya, sudah sewajarnya jika saya menghormati Anda," ucap Hanabi lagi.

"Hn,"

Hening menyelimuti keduanya.

"Tuan, Ayah berpesan pada saya untuk menyampaikan sesuatu pada Tuan,"

"Sudah ku bilang berhenti berbicara formal," ucap Neji datar, "Dan aku tidak tahu siapa Ayahmu, tidak penting," lanjutnya dingin. Ia sedang tidak ingin di ganggu saat ini. Namun kenapa gadis kecil itu tampak ingin mengganggunya.

"Dunia yang kita singgahi terdiri dari dunia kita sendiri dan dunia yang lain. Kita hidup didunia ini dan para Dewa hidup di dunia yang lain itu,"

"Halu," gumam Neji yang masih di dengar oleh Hanabi. Namun gadis kecil itu tersenyum lembut mendengarnya.

"Dunia dimana para Dewa singgah terdiri dari Negeri Air, Negeri Langit, dan Negeri Bumi. Mereka yang berasal dari alam para Dewa, mengutus Dewa ke dunia kita untuk menjaga lingkungan di dunia manusia,"

Neji menoleh menatap Hanabi. Entah kenapa ia sedikit penasaran. Dewa? Apa itu nyata?

"Mereka tidak menjaga para umat manusia?" tanya Neji menimpali, "Apa benar mereka ada?"

"Manusia bisa menjaga diri mereka sendiri. Raja-raja Negeri Air, Langit, dan Bumi ditakdirkan untuk menjadi Raja sejak lahir," Hanabi menatap Neji dengan mata berbinar, "Mereka benar-benar nyata,"

"Raja Negeri Air secara khusus di berikan kekuatan istimewa untuk menjadi Kaisar dari alam para Dewa," lanjut gadis itu seraya mendudukkan dirinya tepat di samping Neji.

"Kaisar yang baru harus membawa ke enam batu suci untuk membuat segel Kerajaan, agar dia bisa menjadi Kaisar berikutnya. Namun para Dewa yang memiliki batu suci itu adalah Dewa pelindung yang tinggal di dunia manusia," lanjut Hanabi, 'Kakak salah satunya,' batinnya melanjutkan.

"Jadi, dia harus datang ke Dunia manusia untuk menemukan batu-batu itu demi menjadi Kaisar para Dewa?"

"Kurang tepat. Bukan Calon Kaisar yang datang ke Bumi. Namun para Putri yang sudah di utus Kaisar untuk mencari batu itu sebelum pasang surut ke tujuh,"

"Apa yang terjadi jika Dewa pelindung itu tidak akan menyerahkan batunya?"

"Hmm, hanya manusia yang melakukan hal semacam itu,"

"Tapi ada sesuatu yang aneh. Kenapa ada batu Dewa di dunia manusia?" pertanyaan Neji hanya di jawab dengan keheningan oleh Hanabi.

"Itu karena takdir," jawabnya pelan, "Apa anda mempercayainya?"

"Entahlah,"

"Anda harus percaya karena para Putri itu sudah turun ke Bumi dan mulai mencari ke enam batu suci itu,"

"Darimana anak kecil seperti mu bicara hal seperti itu kalau tidak bohong?" ucap Neji datar.

Hanabi mengambil sebelah tangan Neji dan menggenggamnya lembut, "Percayalah, karena anda termasuk ke dalam salah satunya,"

"Pergilah ke belakang rumah Tuan Shikamaru dan ambil kertas yang berada di bawah pohon mapel," lanjut Hanabi.

Neji menghela nafas lelah dan mengalihkan pandangannya.

"Jangan berkhayal hal yang tidak mungkin," gumamnya.

'Ini nyata karena sudah tertulis di buku takdir. Dan nama Anda juga berada di sana Kak,'

"Kau-" ucapan Neji terhenti ketika ia tidak melihat gadis yang duduk di sampingnya tadi. Ia segera bangkit dan menatap sekelilingnya. Ia yakin jika Hanabi masih berada di sampingnya beberapa detik yang lalu.

Percayalah karena Anda termasuk ke dalam salah satunya.

Ucapan itu terus berputar di kepalanya. Apa maksudnya? Kenapa ia tidak paham?

👑👑👑

Sejak memasuki mobil Sasuke, gadis itu lebih banyak diam. Ia memang bermaksud ikut ke rumah pemuda itu entah kenapa.

"Kenapa diam?" pertanyaan dari Sasuke membuat Sakura menolehkan kepalanya.

"Kau juga diam," jawab gadis itu, "Apa kau masih memikirkan ucapan ku tadi?"

"Tidak, lagipula itu tidak mungkin,"

Sakura mengangguk pelan. Susah memang jika memberitahu hal yang di luar pikiran manusia. Saat mobil yang di kendarai berhenti di lampu merah. Emerald Sakura menatap seorang gadis bertopi jerami tengah membantu menyebrang seorang kakek tepat di hadapan mobilnya.

"Hanabi?" gumam Sakura sangat lirih. Namun tanpa di sangka, gadis bertopi jerami itu menolehkan kepalanya dan tersenyum sangat tipis menatap Sakura.

'Untuk apa Hanabi turun ke Bumi?' batin Sakura. Emerald-nya masih mengawasi adik kandung dari Hinata. Sampai gadis itu menghilang di pertigaan jalan.

"Sasuke bisakah kita putar balik?" tanya Sakura cepat.

"Hm?"

"Kumohon cepat,"

"Sebentar," sahut Sasuke seraya menuruti permintaan Sakura.

"Kita belok di pertigaan jalan tadi," ucap gadis itu seraya meneliti sekitaran jalan.

Sakura segera menyuruh Sasuke berhenti ketika sepasang mutiara hijaunya menatap Hanabi yang berjalan membelakanginya. Dengan cepat gadis itu keluar dari mobil Sasuke dan berlari ke arah Hanabi.

"Hanabi!" panggilnya. Gadis kecil itu menoleh.

"Kakak Putri Sakura? Salam hormat," ucap gadis kecil itu.

Sakura mengangguk pelan, "Kenapa kau turun?" tanyanya lembut.

"Hanabi hanya ingin mengunjungi seseorang," jawab Hanabi.

"Seseorang? Apa itu yang di ucapkan Ayah Hiashi? Putra Ayah yang hidup di Bumi?"

"Benar,"

"Sakura," gadis itu menoleh dan menatap Sasuke sekilas. Pemuda itu tampak datar ketika menatapnya karena dengan tiba-tiba Sakura pergi begitu saja.

Berbeda dengan Hanabi yang tampak terkejut melihat Sasuke. Gadis itu bahkan mengedipkan matanya beberapa kali.

Sakura yang menatap Hanabi merasa heran, "Hanabi kenapa?" tanya Sakura lembut seraya menyentuh bahu gadis itu.

Bukannya menjawab, Hanabi membungkuk rendah pada mereka dan segera berbalik pergi.

'Hanabi pulang dulu, Kakak akan tahu nanti. Ternyata Kakak sudah bertemu secepat ini,'

Sakura yang hendak memanggil gadis itu segera ia urungkan ketika Hanabi lebih menggunakan telepati untuk berbicara. Ia menatap Sasuke yang masih menatap punggung Hanabi. Rasanya tatapan gadis itu mengenalnya, tapi kenapa Sasuke tidak?

Sakura masih bingung. Apa maksud ucapan Hanabi?

👑👑👑

Next?

Continue Reading

You'll Also Like

216K 13.2K 31
Sakura gadis yang sangat ceria dengan semua yang menyayanginya namun saat ia kehilang suaranya semua mulai pergi dari kehidupannya. Sasuke tunanganny...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
354K 20.5K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...