Diary untuk calon imamku

By chaca_mdcs

16.6K 607 86

Cerita ini berdasarkan kisah nyata dan dengan dibumbui cinta, kebohongan,kebodohan,serta kesedihan. Semua nam... More

PROLOG
Chapter 1: Si kamvret Venni
Chapter 2: Pelarian Berharga
Chapter 3: Kebodohan yang pernah saya lakukan
curhatan 1: secret admir
Chapter 4: cerita saya dan 5 tahun yang lalu.
Chapter 5: studytour (1) = (awal pertemuan Syfa dengan Dokter Gibran)
Chapter 6: Cipa " Terkutuklah perasaan ini!!"
chapter 7: Dia dan DBD
Chapter 8: Menghilanglah!!!
chapter 9: sayang
Chapter 10: nikah??? siapa yang mau nikah?
Chapter 11: Gibran "Seandainya lo tau.."
Chapter 12: Syfa: " ternyata apa yang diomongin curut itu benar"
chapter 13: selamat jalan nek...
Chapter 14:BODOH
Chapter 16: Lagi Lagi Venni!!!
Chapter 17: Ramen Cemburu
Chapter 18 : "Gibran yang malang"
Chapter 19 : KONFLIK
Chapter 20: Usai??

Chapter 15: Dia pergi meninggalkan luka

110 4 2
By chaca_mdcs

Setelah kejadian adu mulut dirumah Gibran. Syfa tidak pernah bertemu dengan Gibran lagi. Kejadian kemarin membuatnya tau,siapa yang pantas untuk ia perjuangkan.

"Cip,gue ke kampus ya". Ucap Ayuka membuyarkan lamunan Syfa.

"hm"jawab Syfa dengan malas sambil berbaring dikasurnya.

"gue kayanya pulang telat"

"hm"

"ham hem mulu,jawab yang beneran dikit kek. Tanya kenapa pulang telat gitu atau apa kek?"ucap Ayuka kesal.

"ya udah ka,kalo mau pulang telat ga apa-apa"

"ya udah,lo mau gue bawain apa?"tanya Ayuka yang dijawab gelengan kepala oleh Syfa.

"elahh Cip,lo kenapa si? Semenjak lo sama Mas Gibran berantem kayanya lo ga ada gairah untuk hidup"

"ga apa-apa"jawabnya lagi sambil beranjak dari kasurnya.

"lo mau tau ga kenapa gue pulangnya telat?"

"ga"

"yakin ga mau tau??"

"iya"

"ya udah.. Awas nyesel lohh"

"apa sih yuka,gue bilang ga mau ya ga mauuu"

"widihhh gitu dong ngegas, ahaha"

"apa sih,ga jelas tau ga"

"mau lo tau atau ga juga ini ga penting buat lo ya kan? Dokter Gibran ga penting kan buat lo??"

Tak ada respons dari Syfa,ia sibuk dengan bukunya.

"iya kan? Iya kan Cip?? Dokter Gibran Ga pentingkan buat lo?"ucap Ayuka meledek.

"ya udah gue pergi dulu ya.. Assalamualaikum..."

"eh,yuka,yuka...". Panggil Syfa menghentikan langkah Ayuka.

"ada apa Cip? Lo penasaran ya? Iyakann?? Hayoo ngakuu.."

"ehehe.. Yuka yang cantikkk,manisnya kaya gulali. Emang ada apa dengan dokter Gibran?". Tanga Syfa penasaran.

"wuu tai onta,ngomong dari tadi dong kalo penasaran ga usah sok jual mahal"ujar Ayuka kesal. Sedangkan Syfa memasang muka melas berharap Ayuka menjawab rasa penasarannya.

" Mas Gibran siang ini berangkat ke Jakarta. Katanya sih dia mau pindah ke Jakarta"

"ooohhh"

"lah? Kok oh doang???"

"kalo itu mah gue tau. Tapi gue ga tau kalo dia take off siang ini"

"ya,kata mas Adit sih sebenernya lo harus pergi. Tapi berhubung lo dua hari yang lalu dari ribut sama mas Gibran,jadi gue takut bilangnya ke lo. Dan gue udah tau jawaban lo pasti ga mau". Jelas Ayuka kepada Syfa.

Lama termenung Syfa memikirkan penjelasan Ayuka. Ia bimbang harus pergi menemui Gibran atau tetap dikasurnya.

"guee.. Gue bisa ka,gue bakal nemuin mas Gibran dibandara"ucapnya setelah berpikir cukup lama.

"hah?? Lo seriuss Cip?" tanya Ayuka terkejut. Lalu dijawab anggukan oleh Syfa.

"yeayyy!!! Ya udah kalo gitu gue mau ke kampus dulu,byee... Sampai ketemu dibandaraaaaaa" ucap Ayuka sambil keluar dari pintu kosan.

Namun,baru beberapa detik Ayuka keluar. Tiba-tiba Syfa dikejutkan dengan munculnya kepala Ayuka di pintu.

"aaaa.. Astaghfirullah... Ya allah.. Lo yang beneran dikit kek,gue kaget ini"ucap Syfa sambil mengelus dadanya.

"lo benerankan Cip mau dateng?"tanya Ayuka lagi.

"Dih.. Udah gue bilangkan tadi? IYAAAAA kata gue kan"

"Yeayyyyy... Kalo gitu gue mau ke kampus dulu,byeee. Assalamualaikummm"

"waalaikumsalam warahmatullahi wabarokattuuu"

***

Matahari siang ini cukup terik,langit cerah,burung-burung beterbangan seoalah menandakan ada pertemuan dua insan yang entah akan menjadi pertemuan kebahagiaan diantara keduanya.

Terburu-buru. Syfa berlari menuju Bandara. Dengan nafas yang terengah-engah Syfa berteriak.

"Mas Gibrannnnnnn"

Yang dipanggil pun menoleh.
"Lo ngapain kesini?"

"Cipa kesini karenaaaaaa" ucap Syfa menggantungkan kalimatnya ketika melihat Salshabilla ada di belakang Gibran.

"Karena apa?"

"Hah?" Ucap Syfa bingung.

"Ka... Renaaa... Cipaaa.. Cipa disuruh Ayuka,hehe"

"Gue?? Lah kok gue?"tanya Ayuka bingung.

"Ehhh ternyata ada Ayuka,ada mba Salsha,dan adaaa mas Adit juga ya? Aduh kok rame-rame gini. Ga ajak-ajak Syfa sih? hahaha"

"Syfa??"tanya Adit.

"Iya mas Adit?" Jawab cengengesan.

"Syfa kenapa?"

"Hah? Syfa? Kenapa Syfa? Ga kenapa-kenapa kayaknya ,Hehe"

" Ya,udah udah... Syfa sini duduk,gabung sini yukkk" ajak Salsha.

"Caper banget centong nasi " celetuk Ayuka.

Semua tertawa mendengar perkataan yang lolos dari bibir Ayuka.

Semua terduduk dengan raut bahagianya. Kecuali Syfa dan Gibran. Keduanya saling menatap dengan raut wajah kesal,kecewa,amarah yang menggebu antara keduanya.

Ditengah perbincangan antara mereka. Tiba-tiba saja Gibran berdiri dengan tatapannya yang menakutkan.

Heningggggggggg.......

Semua terdiam. Semua mata yang ada di meja itu beralih pandang menatap Gibran.

"Gua harus ngomong sama lo". Ucap Gibran dingin tanpa mengekspresikan apa pun.

"Ngomong sama aku?" Ucap Salsha sambil nyengir-nyegir ala unicorn.

"Pede banget si lo"ucap Ayuka kesal.

"Ke siapa Gib?" Tanya Adit bingung.

Gibran melirik ke arah Syfa. Menandakan bahwa seseorang yang saat ini harus berbicara dengannya adalah Syfa.

"Syff.. Syfaa??" Tanya Syfa bingung sekaligus takut dengan tatapan Gibran.

"Sayangggg kok Syfa sih? Seharusnya di saat saat terakhir gini kamu tuh ngomong nya sama aku bukan Syfa". Ucap Salsha kesal.

"Sal,stop panggil gua 'sayang' gua bukan pacar lo lagi. Kita udah putus. Dan satu lagi dengan kehadiran lo disini ga ngubah pemikiran gua buat balikan sama lo lagi"ucap Gibran pergi meninggalkan meja.

"Cippp"ucap Ayuka sambil memberi kode.

"Hah? Apa??"

"Sana lo ikutin"

"Lah kok gua?"

"Iya kan tadi dia mau ngomong sama lo"

"Oh,oke oke"jawab Syfa sambil berlari mengejar Gibran.

***

"Syfa" ucap Gibran memberhentikan langkahnya.

"Iya mas?"

Kini keduanya telah menjauh dari meja yang sebelumnya mereka duduki.

"Lo ngapain dateng kesini?"

"Nganter mas Gibran,itung-itung pertemuan terakhir di Jogja,hehe"

"Ga perlu,gua ga butuh lo"

"Kok mas Gibran jawabnya gitu?"

"Gua masih kesel sama lo"

"Tapi Syfa ngga"

"Terserah"

"Mas Gibran, tau ga sih kalo Syfa tuh bulan depan mau pindah ke Jakarta. Papah Syfa beli rumah disana"

"Ga nanya"

"Tapi kan Syfa cerita"

"Setelah Syfa pindah,Syfa mau ketemu mas Gibran lagi disana. Bareng sama Ayuka dan mas Adit juga"

"Ga perlu"

"Syfa cuma sebentar loh di Jakartanya, setelah itu Syfa mau sidang skripsi. Ga nyangka ya mas udah empat tahun aja Syfa di Jogja nya,ehehehe"

"Sumpah gua ga nanya"Jawab Gibran datar.
"Lo bisa ga pergi jauh dari gua"

"Loh? Kenapa mas?"

"Gua ga butuh lo. Gua ga mau liat lo lagi. Lo itu cuma anak kecil dimata gua. Lo cengeng dan lo ceroboh".

"Masss??"

"Apa?"

"Tanpa mas Gibran bilang gitu,Syfa juga tau kalo Syfa orangnya cengeng,ceroboh,bodoh,idiot,ga jelas. Tapi tolong dong mas ga bilang itu,kalo mas Gibran ga suka sama Syfa ga usah ngeluarin kata-kata yang bisa buat Syfa sakit hati dong. Percuma Syfa berjuang sejauh ini"

"Berjuang? Lo bilang berjuang? Berjuang soal apa? Gila ya lo"

"Iya mas". Jawab Syfa dengan senyum sinisnya.
"Syfa gila karena berjuang demi seseorang yang Syfa sayang,sampai sejauh ini dia ga balas perasaan Syfa,bahkan dia ga tau Syfa suka sama dia,bodoh ya mas"ucap Syfa dengan mata yang berkaca-kaca.

"Maksud lo apa?"tanya Gibran bingung.

"Ga perlu tau mas,mas Gibran ga perlu tau"

"Ya udah lo sana pulang,ga usah kesini"

"Gila ya mas,aku ga tau siapa disini yang gila jadinya"

"PERGII!!!!" Ucap Gibran kesal.

Namun Syfa tetap diam di tempatnya. Berulang-ulang kali Gibran mengatakan pergi,tapi Syfa tetap terdiam di tempatnya.

"Gua bilang pergi ya pergi,budeg ya lo" ucap Gibran mengulang perkataannya lagi.

"Mas Gibran...." ucap Syfa lirih.
"Kamu inget sekitar empat tahun yang lalu?"tanya Syfa dengan mata yang berkaca-kaca.

Gibran terdiam menatap Syfa yang tertunduk menahan isak tangisnya.
"Apa??"tanya Gibran penasaran.

"Sekitar empat tahun yang lalu,ada seorang gadis yang dekil,kucel dan kumel datang nemuin mas Gibran. Dia bareng sama temen-temennya. Seorang gadis itu jatuh pingsan dilarikan ke rumah sakit tempat mas Gibran kerja. Waktu itu seluruh teman-temannya datang menemui mas Gibran,berharap waktu itu siapa pun di antara mereka harus ada yang di operasi,padahal mereka ga sakit. Terus, temen mereka yang pingsan itu siuman. Dia bingung,nemuin mas Gibran dan temen-temen dia. Tapi,mas Gibran cuek aja. Mungkin yang ada dipikirkan mas Gibran waktu itu adalah anak-anak itu udah ga waras lagi pikirannya. Dan mas Gibran tau? Salah satu anak itu sekarang ada disini. Tepat berdiri dihadapan mas Gibran". Ucap Syfa kesal dengan mengangkat kepalanya. Menatap lawan bicaranya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Syfaaa?"

"Iya mas,gadis kecil yang buat mas Gibran setiap harinya kesel. Apa mas Gibran inget sama sebuah buku yang Syfa kasih dulu?"

Gibran terdiam,tampak berpikir dan mengingat.

"Hahahaha"tawa Syfa terdengar mengerikan.

"Mas Gibran pun lupa. Dan mungkin buku itu pun sekarang ga tau di mana,udah dibuang mungkin"

"Syfaaaa....." panggil Gibran lirih.

"Ga perlu minta maaf. Saya cukup sadar diri. Berarti selama ini hanya semu belaka. Makasih ya.maaf kalo kehadiran saya sangat mengganggu waktu anda. Sampaikan salam saya pada yang lain,saya harus pergi karena ada janji. Sekali lagi maaf sudah mengganggu. Sampai berjumpa lagi."

Ucap Syfa dengan kalimat terkahirnya itu. Ia langsung terburu-buru berjalan meninggalkan Gibran yang menatap kepergian seorang gadis mungil yang mengungkapkan perasaannya beberapa menit yang lalu.

Kepergian gadis mungil itu membuat teman-temannya yang melihat kejadian itu terheran. Bagaimana tidak, Syfa berjalan dengan terburu-buru ke arah pintu keluar dengan air mata yang membasahi pipinya. Membuat semuanya yakin,bahwa sedang terjadi kesalah pahaman anatra mereka.

"Mas Gibrannnn" teriak Ayuka sambil berlari menghampiri Gibran yang sedang terdiam menatap kepergian Syfa.

"Mas Gibrannnnn..... Ada apa?". Tanya Ayuka khawatir.

"Ga pa pa" jawab Gibran pelan.

"Kalo ga kenapa-napa,kenapa Syfa bisa nangis? Terus pergi ninggalin kita gitu aja,tanpa pamit". Ucap Ayuka dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa sih mas Gibran?"

"Ada apa?"

"Mas Gibran tuh yang ada apa!! Tanya sendiri sama perasaan mas Gibran. Kenapa cuma bisanya buat Syfa nangis setiap bertemu? Malah bukan bahagia. Tolong dong mas Gibran untuk lebih menghargai lagi perasaan seseorang. Jangan egois. Bisanya cuma buat nangis doang" ucap Ayuka geram.

"Saya tidak pernah minta dia untuk melakukan apapun itu yang bisa buat saya tertarik sama dia. Saya ga minta."

"Hahaha konyol. Hebat banget ya Syfa bisa bertahan sama cowo kaya lo gini. Keras kepala,egois,hanya mementingkan diri sendiri,orang lain ga sama sekali dipikirin sama dia"

"Kalo saya ga mikir in orang lain,kasian dong pasien saya"

"Lo!! Ishhh... Bener-bener ya lo. Ga usah lo temuin Syfa lagi. Ga akan gua biarin Syfa salah naruh hati lagi"

SYFA P.O.V

"Aku ingin kembali. Berharap ini adalah pertemuan terakhir. Namun percaya ku sudah tak ada"

"Aku ingin bertahan,aku ingin kembali untuk melihatnya pergi. Jika aku kembali apakah aku akan dihargai?"

"GA!!! GA AKAN SYFA BIARIN MAS GIBRAN TERTAWA MENANG KALO SYFA BALIK!! GA AKAN!!!" Ucapnya terus berlari.

Continue Reading

You'll Also Like

Ervan By inizizi

Teen Fiction

1.6M 110K 74
[Brothership] [Not bl] Setiap orang berhak bahagia, meskipun harus melewati hal yang tidak menyenangkan untuk menuju kebahagiaan. Tak terkecuali Erva...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.9M 104K 57
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
775K 68.3K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
876K 81.3K 71
• 𝐒𝐐𝐔𝐄𝐋𝐋 𝐆𝐄𝐍𝐙𝐎 • Gevano si biang onar, ruang bimbingan konseling seperti taman bermain baginya. Kapanpun ia bosan, ia akan datang kesana...