Perjodohan

By redbiel_

3.7M 114K 2K

[ S E L E S A I ] *Semua foto/gambar diambil dari pinterest More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
33 - Extra Part
34 - Extra Part
35 - Extra Part
36 - Extra Part
37 - END

Dua Puluh Lima

74.3K 2.6K 143
By redbiel_

Saat Arvind sampai di rumahnya, ia memarkirkan motornya di depan pintu garasi. Lalu masuk ke dalam rumahnya sembari meringis merasakan luka di wajahnya.

Ia membuka pintu rumah, lalu masuk. Namun, saat ia baru saja masuk ke dalam rumah, ia melihat Feli berdiri tepat di hadapannya dengan mengenakan setelan baju tidur berwarna pinknya.

"Feli?" Arvind terkejut karena ia kira Feli hari ini akan menginap di rumah orang tuanya lagi, ternyata dugaannya itu salah. Nyatanya Feli sekarang ada di hadapannya dan menatapanya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Em.. Vind aku mau tanya sesuatu sama kamu..." Kata Feli pelan.

Apalagi ini Ya Allah, batin Arvind yang tak siap dengan apa yang akan ditanyakan oleh Feli.

"Mau nanya apa?" Arvind menatap Feli lekat.

Dan Feli tampak menghembuskan napas panjangnya sebelum ia berkata, "Apa alasan kamu terima perjodohan kita dulu?"

Pertanyaan yang sama dengan Gaga tadi, pikir Arvind sebelum menjawab.

"Aku tahu pasti Arlo udah ceritain semua masa lalu aku ke kamu kan? Semuanya bener kok... apapun yang ada di pikiran kamu bener..." jawab Arvind pasrah.

Feli sedikit tercekat saat mendengar penuturan Arvind. Dan dia kembali bertanya kepada Avind, " Jadi bener kamu terima perjodohan kita karena buat pelampiasan dari Anya?" Sangat sulit bagi Feli untuk menanyakan itu karena dirinya tak siap jika Arvind akan menjawab dengan jawaban yang tak ingin ia dengar.

Arvind menghela napasnya. Kemudian ia menatap Feli dengan tatapan pasrah dan sudah tak berani membantah lagi.

"Iya." Jawabnya singkat namun membuat hati Feli bergejolak hebat.

"Terus semua ini cuma sandiwara kamu doang?" Tanya Feli sembari menahan air matanya agar tak keluar.

"I-ya... awalnya gitu...." Arvind mulai tak tega melihat Feli yang sudah berkaca-kaca sepeti itu.

"Sekarang?" Feli bertanya sekali lagi.

"Fel... aku rasa udah cukup deh bahas soal ini..." Sungguh Arvind tak tega melihat Feli menangis.

"Oh oke.." bagi Feli jawaban Arvind yang barusan merupakan jawaban yang paling menyakitkan. Karena Arvind seperti tidak membantah apa yang ia pikirkan, dan itu artinya Arvind mengiyakan apa yang dia pikirkan saat ini.

"Sorry aku ganggu waktu kamu..." dengan cepat Feli berbalik badan dan pergi menjauh dari Arvind.

"Feli..." panggil Arvind yang hendak mengejar, tetapi ia tak mau jika kehadirannya makin membuat Feli sedih.

Arvind pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya terlebih dahulu, dan membiarkan Feli sendiri dahulu.

Sedangkan Feli, dia pergi ke taman belakang rumah Arvind. Ia duduk di sebuah sofa dan menangis sejadi-jadinya.

Feli tak menyangka jika kenyataan begitu pahit seperti ini. Ia bahkan tidak pernah sedikit pun curiga kepada Arvind saat Arvind mau menerima perjodohan konyol itu.

Semuanya memang tidak ada yang benar! Kenapa ia harus menjalani hidup seperti disebuah film dimana ia menyesal mau dijodohkan dengan cowok bernama Arvind? Kenapa dulu ia tidak tetap bersikukuh menolak perjodohan itu?

Lo pikir aja deh Fel! Mana ada cowok yang tulus mau dijodohin sama cewek kalau bukan karena sesuatu! Lo bodoh! Lo sangat bodoh Feli! Feli meneriaki dirinya sendiri dalam hati.

Feli tersenyum miring saat ia kembali teringat ketika Arvind bilang kepadanya kalau Arvind sayang dirinya. Ia ingat betul jika dulu dia sangat bahagia mendengar pernyataan Arvind tersebut, tapi sekarang? Rasaya Pahit, ia bahkan sangat menyesal karena dia gampang baper dengan ucapan Arvind.

Cowok emang enggak punya hati! Pekiknya dalam hati.

Kalau emang enggak niat sama gue mending enggak udah sekalian! Feli terus-terusan mengungkapkan apa yang dirasakan dirinya saat ini.

"Lo jahat! Lo bener-bener jahat! Gue benci lo!! Gue benci lo!" Feli berteriak saking kesalnya. Namun, setelah itu ia kembali menangis saat pikirannya kembali menampilkan sosok Arvind yang sedang dipelukoleh Anya.

"Agghh... gue benci lo!!" Feli sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Ingin sekali dia menghilang dari muka bumi saat ini juga, tapi dia juga masih punya akal dan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah untuk ia lakukan.

Karena ia tak mau bunuh diri karena masalah konyol seperti ini, Feli pun hanya bisa menagis sampai matanya lelah untuk mengeluarkan cairan bening itu.

Di sudut lain, Arvind tengah berdiri di balkon belakang untuk menatap Feli yang masih menangis karenanya. Jujur saja dia ingin sekali menemui Feli dan bilang kalau sekarang dia memang tulus sayang sama Feli dan ia sudah lupa dengan tujuannya yaitu menjadikan Feli pelampiasan. Tapi jika dia ke sana, pasti Feli akan lebih sedih dan hal itu membuat dia makin merasa bersalah karena telah melukai hati istrinya sendiri.

"Nangis sepuas lo Fel, tapi janji ke gue besok lo gak boleh nangis karena gue lagi." Gumam Arvind pelan.

"Gue minta maaf udah nyakitin elo... gue tau gue salah... gue minta maaf... lo boleh marah sepuas lo Fel tapi gue gak akan pernah lepasin lo karena gue udah janji buat sehidup semati sama lo." Lagi-lagi Arvind menghela napasnya saat berucap seolah-olah sedang berbicara kepada Feli.

○○○

Beberapa jam kemudian, matahari sudah tergantikan oleh bulan, dan hingga saat ini Feli belum juga kembali ke kamar.

Arvind semakin was-was dan takut jika Feli melakukan hal yang aneh-aneh di taman belakang. Dan karena itulah ia memberanikan diri untuk mencari Feli ke taman belakang.

Saat ia sudah berada di taman belakang, ia melihat Feli masih duduk di sofa sambil memeluk bantal sofanya.

Syukurlah dia gak ngelakuin hal yang aneh-aneh. Batin Arvind.

"Ayolah Fel masuk ke rumah! Gue ikhlas deh nanti tidur di sofa asalkan lo masuk ke rumah!" Ucap Arvind pelan sembari mencari tempat untuk sembunyi.

Baru saja Arvind meminta Feli untuk masuk, Mamanya pun keluar dari dapur dekat taman belakang dan menyuruh Feli untuk masuk ke dalam.

"Feli! Masuk ke dalam sayang! Udah malem loh! Jangan kebanyakan ngelamu di sana! Nanti kesambet." Teriak Mama Arvind kepada Feli.

"Iya, Ma." Jawab Feli.

"Mama emang paling the best!" Puji Arvind pelan diselingi helaan napas lega.

Feli pun bangun dari duduknya, kemudian ia memakai sandal rumahnya dan segera masuk ke dalam rumah.

"Eh mampus Feli pasti lewat sini!" Arvind kaget melihat Feli bergerak menuju dirinya. Ia sampai kelimpungan harus bagaimana, apakah dia harus tetap bersembunyi atau masuk kedalam rumah terlebih dahulu?

Ah sepertinya masuk kedalam rumah lebih baik daripada ketahuan memperhatikan dia dari sini.

Oke gue harus kabur dari sini! Batin Arvind sembari jalan membungkuk melewati semak-semak. Saat Arvind sampai di ujung semak-semak, ia mengambil ancang-ancang untuk lari masuk kedalam rumah.

"Oke hitungan ke tiga gue lari, satu..." Arvind mulai menghitung aba-aba sambil melirik Feli yang semakin dekat dengan dirinya.

"Dua..."

"Tiga!" Arvind mulai berlari masuk ke dalam rumah, namun saat ia menaiki anak tangga sebelum dapur, kakinya tersangkut pada sebuah benda yang mengakibatkan dia terjatuh di lantai.

"Aduh..." pekik Arvind agak kencang. Dan sepertinya Feli mendengar pekikan tersebut.

"Anjir... Feli dateng Arvind bego!" Maki Arvind pada dirinya sendiri. Arvind pun langsung bangun dari posisi jatuhnya dan segera masuk ke dalam rumah.

Dan beberapa detik kemudian, Feli juga masuk ke rumah. Ia berjalan menuju dapur terlebih dahulu untuk mengambil air minum dan mencuci muka sebentar.

Sedangkan Arvind, dia masih di tangga dalam rumah sembari mengintip apakah Feli akan ke kamar atau tidak.

Dan jawabannya iya, Feli akan menuju ke kamar mereka dengan membawa sebuah baskom.

"Ehhhhh dia ke sini..." Arvind kelabakan menaiki anak tangga. Kemudian dia masuk ke dalam kamarnya.

"Gue harus ngapain ya? Tidur? Iya gue tidur aja kali ya?..." Arvind asal melompat ke atas kasur berukuran king size nya, dan menarik selimutnya agar aktingnya semakin meyakinkan.

Arvind pun segera memejamkan matanya dan berakting seolah dirinya sudah tertidur pulas.

Kemudian, dalam benaknya ia teringat akan ucapannya tadi, "eh tadikan gue janji bakal tidur di sofa kalau Feli masuk rumah?" Gumamnya pelan. Karena hal itu, Arvind bangun dari tidurnya dan berniat untuk pindah ke sofa.

Namun, beberapa detik setelah dia bangun, Arvind mendengar suara pintu dibuka. Dan Arvind langsung kembali ke posisi awalnya yaitu berpura-pura tertidur pulas. Dia tidak mau jika perjuangannya kembali ke kamar agar tidak ketahuan Feli berujung sia-sia.

Arvind memejamkan matanya sambil menunggu apa yang akan Feli lakukan di kamar mereka.

Semoga dia tidur abis ini batin Arvind dalam tidurnya.

Beberapa menit kemudian, Arvind masih tak merasakan ada yang menempati tempat tidur disebelahnya. Ia pun sedikit membuka matanya untuk mengintip apa yang sedang Feli lakukan.

Dan betapa terkejutnya Arvind saat ia merasakan sesuatu yang basah dan dingin menyentuh pipinya.

Oke... gue tau Feli gak mungkin cimu gue. Arvind berbicara dalam hati dan menutup matanya rapat lagi.

Memang benar dugaan Arvind, Feli memang tidak sedang menciumnya. Karena saat ini Feli sedang mengompres pipi Arvind yang lebam akibat berkelahi dengan Gaga tadi siang.

Arvind meringis merasakan sudut bibir dan pipinya yang nyeri setelah disentuh oleh handuk basah Feli.

"Assh..."

Arvind menahan diri untuk tidak membuka matanya karena dia takut Feli akan pergi setelah itu. Tapi kalau dia diam seperti ini juga tidak enak karena makin lama wajahnya semakin terasa perih.

Saking perihnya, Arvind pun reflek membuka matanya sambil meringis kesakitan. Kemudian pandanga Arvind malah tertuju kepada seseorang yang sedang mengobatinya dengan telaten namun dengan mata yang berkaca-kaca dan mulut yang dibungkam dengan tangan Feli sendiri.

Arvind yang tadinya hendak protes karena sakit di kompres pun langsung terdiam dan malah menatap Feli lekat. Ia benar-benar tidak menyangka jika Feli akan mengobatinya seperti saat ini. Padahal ia kira Feli akan berpamitan kembali ke rumah orang tuanya atau bahkan ia akan pergi tanpa berpamitan dengannya. Dan lagi-lagi dugaannya itu sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.

Kemudian Arvind pun berkata, "Fel.. maaf.." katanya sambil menatap Feli lekat.

○○○

Happy reading :)

Revisi : 31/10/2020

Continue Reading

You'll Also Like

170K 9.1K 44
15+ (Jangan lupa follow, vote and comment) Masa-masa baru pernikahan itu memang indah, mesra, romantis wahh pokonya serba indah. Bulan ke-3 kita mul...
1.6M 391 1
++17 cerita dewasa Yang dibawah umur dilarang mendekat (Follow sebelum membaca..karena ada beberapa capt yang aku privat) Averta zuliana Di tengah ke...
5.9M 148K 37
Mau gimana lagi aku tolak juga gak bakalan bisa toh papa nya dia teman dari ayah ku dan mulai aku baru daftar smk papa nya udah mau mengikatkan aku d...
22.5K 797 63
seungyoun:kalo kamu gk bisa jadi ibu mending gk usah jadi ibu Jennie:kamu kira kamu becus jadi ayah mikir Seungyoun menikahi Jennie karna terpaksa it...