Voice Later [Book 2] ✔️

Od inflakey

35.8K 4K 382

Voice Later : The voice that can be heard now ~ BOOK 2 -------- WARNING ------- KONT... Více

Voice Later BOOK 2
1 ~ Tears
2~ First Or Not
3~ Brothers
4~ Like or Not
5~ Confession
6~ Get Out
7~ After-
Informasi
Biodata Karakter
8~ Tiring and Miss you
9~ Bunkasai
10~ Bunkasai 2
11~ Like this last time
12~ Oldest Brother
13~ Old wounds
14~ Encounter
15~ Change Of Story
16~ Punch-
17~ Good Bye-
18~ Genesis
19~ With Tears~
20~ Without Tears~
21~ The Moment
22~ Get It Back
23~ Be a Part of Family
~ Miyamoto's Family ~
24~ Let's Start Again!
25~ An answer
26~ Not alone-
27~ Voice Each Other
29~ Berteman lagi.
30~ The Voice
Afterwords
| EXTRA 2.1|
| EXTRA 2.2 |

28~ Destiny

577 56 6
Od inflakey

Chapter 28

Book 2 Bab 58

Kilatan cahaya kamera memenuhi sebuah ruangan yang cukup besar. Dalam ruangan tersebut terisi begitu banyak orang dengan pakaian rapi mereka dimana beberapa dari mereka, tidak- hampir dari mereka semua memegang kamera. Mulai dari kamera yang berukuran kecil hingga berukuran besar yang biasanya digunakan oleh orang-orang profesional. Beberapa lainnya ada yang membawa laptop yang sudah menyala, alat perekam, dan juga alat tulis.

Beberapa pria dengan jas rapi mulai memasuki ruangan membuat kilatan yang sebelum terhenti kembali muncul. Mengikuti beberapa pria yang berjalan menuju pada kursi dan meja yang sudah disediakan. Tiga pria duduk pada kursi yang disiapkan sedangkan tiga lainnya mendampingi mereka pada sisi kiri dan kanan meja. Diatas meja dihadapan tiga pria tersebut, terdapat beberapa micriphone yang tertata rapi dan juga beberapa botol air mineral.

"Saya Miyamoto Tsurushi, kepala keluarga Miyamoto", pria pada sisi paling kiri mulai membuka suaranya.

"Saya Miyamoto Tsukiko", pria yang berada ditengah.

"Miyamoto Rinji", pria yang paling kanan mengakhiri perkenalan mereka.

"Kami berada disini untuk mengkonfirmasi berita yang menyangkut putra kami, Miyamoto Rui", suara pria bernama Tsurushi tersebut. Umur pria itu sudah mencapai kepala lima, namun setelan yang rapi dan berkelas yang dinakannya begitu menawan untuknya. Ketegasannya sangat terlihat dari matanya dan tubuhnya masih begitu tegap.

Yah benar! Semua orang didalam ruangan besar tersebut merupakan orang yang profesinya disebut sebagai wartawan. Menatap tiga pria yang baru saja masuk kedalam ruangan begitu haus dan mulai tak sabar dengan berita yang akan mereka muat.

"Kami keluarga Miyamoto, membenarkan foto serta video yang baru-baru ini beredar dan diambil di bandara Narita, Tokyo", suara tegas itu kembali bersuara.

"Tuan Rinji- Miyamoto Rui adalah adik terkecil anda. Sejak kecelakaannya beberapa tahun lalu, kami tidak mendengar berita tentangnya dan sekarang kau membiarkan adik anda menyukai sesama jenis. Apa karena ini kalian menyembunyikan kabar dari Miyamoto Rui?", salah satu wartawan melontarkan pertanyaan.

"Kedua hal itu berbeda", pria bernama Rinji berbicara.

"Kami tidak terlalu mengekspos Rui, dikarenakan masalah kesehatannya yang terganggu semenjak kecelakaan orang tua kami. Sedangkan hubungan Rui, baru saja bermulai kurang dari setahun lalu", ujar Rinji menjawab. Mereka nampak mengangguk, menuliskan pada notebook kecil yang mereka bawa dan beberapa dari mereka dengan cepat mengetik pada laptop mereka.

"Pada video, terlihat Miyamoto Rui yang berlari menghampiri pria yang yang tidak kami ketahui ini dan memeluknya erat. Terlihat mereka seperti akan berpisah namun tidak ingin untuk berpisah. Apa kalian menentang hubungan mereka?", kembali salah satu wartawan.

"Hal itu sangat privasi untuk dibicarakan disini. Namun, kami sama sekali tak mengeluarkan ucapan untuk menentang hubungan mereka berdua", kini pria yang berada ditengah menjawab dengan begitu tenang.

"Apa kalian menerima mereka? Bagaimana dengan status Miyamoto yang sangat berpengaruh dipenjuru negeri?", pertanyaan lain muncul.

"Mereka masih sangat muda. Terutama Rui. Tapi mereka lebih berani dari kebanyakan orang. Saya juga melihat video itu dan mendengar semuanya dari Rinji. Membuat saya yakin, mereka tidak hanya main-main dalam hubungan mereka. Untuk soal menerima atau tidaknya, biarkan waktu yang menjawab. Selama itu pilihan anak kami, Rui. Kami tidak punya hak untuk menentanganya, karena kami percaya padanya. Dan masalah nama Miyamoto, itu sama sekali tidak ada hubungannya. Kedua hal ini sangat berbeda. Memutuskan hubungan perkejaan hanya karena anggota keluarga yang menyukai sesama jenis, itu sangat kekanankan di jaman yang sudah sangat modern sekarang ini", ujar Tsukiko kembali panjang lebar.

"Mengapa kalian membiarkan salah satu anggota keluarga kalian memilih pasangan sesama jenis? Bukankah seharusnya kalian lebih tegas? Terutama untuk anda, Tuan Tsurushi", kembali salah satu wartawan membuat Tsurushi memgerutkan keningnya dan menatap wartawan itu.

"Apa ketika anak, adik atau keluarga anda merasakan jatuh cinta, anda akan segera melarangnya dan menyuruhnya untuk mencari orang lain?", Tsurushi membalas wartawan tersebut dengan pertanyaan membuat wartawan tersebut terdiam tak menjawab.

"Kalau anda melakukannya, artinya anda hanya orang egois dan tidak mempunyai perasaaan", sambung Tsurushi membuat Tsukiko yang disebalahnya nampak mengehala napasnya lega seakan bersyukur kakaknya tersebut tak mengatakan hal-hal yang tak berguna.
Beberapa wartawan saling tatap dan mengangguk. Kemudian kembali mencatatan dan saling berbisik satu sama selain seakan berbagi informasi yang baru saja mereka dapat.

"Kenapa Miyamoto Rui tidak hadir dan mengkonfirmasi semuanya sendiri bersama pasangannya? Kenapa kalian menyembunyikan mereka?",

"Kami tidak menyembunyikan mereka. Anak kami, Rui, kesehatannnya sedang tidak baik dan hal seperti ini bisa memperburuk keadaannya. Kami tidak menginginkannya dan memutuskan untuk mengambil tindakan cepat ini", jawab Tsukiko.

"Tuan Rinji, apa anda mengenal pria yang perpasangan dengan Miyamoto Rui? Anda berada disana dan menyaksikannya", kembali pertanyaan terlontarkan.

"Tentu. Saya mengetahuinya sangat baik bahkan sejak dia kecil", jawab singkat Rinji.

"Kecil? Apa mereka teman masa kecil", Rinji menggeleng sebagai jawabannya.

"Mereka bertemu dan jatuh cinta di karenakan oleh takdir", suara Rinji terdengar. Senyuman kecil dari Rinji dan dua orang disampingnya terlihat lembut setelah mendengar ucapan Rinji.

"Apa anda bisa bercerita sedikit tentang pria tersebut?",

"Saya tidak bisa. Karena itu sama saja merusak privasi adik saya yang selama ini kami jaga. Termasuk privasi pasangan adik saya. Saya harap kalian juga mengerti apa yang saya maksudkan", Rinji mengakhiri ucapan.

"Kami sudah menjawab beberapa pertanyaan dari kalian dan kami harap kalian sangat puas dangan itu. Kami juga menginginkan agar kalian tidak perus mengejar anak kami, Rui, dan juga pasangannya. Kalian akan membuat mereka sangat tidak nyaman", suara Tsurushi diakhiri dengan mereka bertiga berdiri dan memberikan sedikit bungkukan.

Mereka bertiga mulai berjalan dan diikuti tiga pria lainnya yang mengelilingi mereka menahan beberapa wartawan yang berusaha mendekat dan masih melontarkan beberapa pertanyaan.

Mereka bertiga memasuki mobil sedan hitam dengan Rinji yang menduduki kursi disamping pengemudi. Rinji dan Tsurushi secara bersamaan menarik kasar dasi mereka menghilangkan rasa gerah yang menyelimuti mereka. Helaan napaspun terdengar dari mereka berdua membuat Tsukiko yang duduk disebelah Tsurushi terkekeh.

"Kalian terlihat mirip", Tsukiko yang mendapatkan decakan dari Tsurushi.

"Ini semua tidak akan terjadi kalau bukan karena seorang anak bodoh yang melakukan tindakan yang sangat ceroboh", Tsurushi dengan penuh penekanan membuat Rinji bergidik.

Mobil mereka mulai bergerak meninggalkan tempat yang dijadikan jumpa pers sebelumnya.

"Paman, aku sudah mengucapkan maaf berkali-kali", bela diri Rinji.

"Maafmu tidak bisa merubah ini semua", balas Tsurushi.

"Sudah! Ini sudah selesai!", Tsukiko merelai mereka. Rinji terlihat menghela napas beratnya.

"Tsukiko, kau sudah temukan Rui?", tanya Tsurushi.

"Dari awal aku sudah tau kemana mereka", Tsurushi menatap kaget adiknya tersebut.

"Kau merahasiakannya?", Tsurushi memdapatkan anggukan dari Tsukiko.

"Riku bersama mereka. Aku menemukan mereka karena Riku", jelas Tsukiko.

"Kalian terlalu sibuk dengan berita Rui dan Daiki -kun. Dan Riku sungguh beruntung, karena Daiki -kun menghubunginya", tambah Tsukiko.

"Jadi dimana mereka?", tanya Rinji. Tsukiko menggeleng.

"Aku tidak akan memeberitahu kalian. Karena kalian hanya akan mengganggu Rui -chan", ujar Tsukiko.

"Tapi aku ingin tau kabar Rui", Rinji bersikeras.

"Keadaannya jauh lebih baik, kata Riku. Kalau kita bertemu dengan Rui, dijamin akan sangat takjub. Karena itu aku melarang kalian untuk bertemu dengan Rui -chan sekarang. Kalian harus bersabar!", panjang Tsukiko membuat keponakan serta kakaknya mendesah pasrah.

***

Keluarga Miyamoto akhirnya memperkenalkan Miyamoto Rui, anak termuda dari Miyamoto Tsuyoshi. Sejak kecelakaan yang menimpa pasangan Miyamoto, kabar dari Miyamoto Rui nyaris tidak pernah terdengar. Namun beberapa waktu lalu, keberadaan Miyamoto Rui di bandara Narita, Tokyo telah menggemparkan karena beredar video serta foto dimana dirinya yang sedang berpelukan bersama seorang pria.

Keluarga Miyamoto telah membenarkan berita tentang Miyamoto Rui.

Keluarga Miyamoto kini mengakui dan menerima salah satu anggota keluarga mereka adalah gay.

Miyamoto Rui dan kekasihnya merupakan pasangan yang bertemu karena takdir.

Keluarga Miyamoto tidak gentar dengan berita tentang Miyamoto Rui dan terus melanjutkan bisnisnya dengan mulus

"Mereka bertemu dan jatuh cinta di karenakan oleh takdir", suara perempuan menggema di ruang kelas membuat seorang anak laki-laki tak jauh darinya merona.

"Rui, bagaimana bisa kau ditakdirkan dengan Chikafuji senpai!", pekik lainnya dimana mereka sudah mengelilingi anak laki-laki yang wajahnya sudah begitu merah.

"Benar! Ayo cerita", paksa lainnya.

"Ti -tidak. Kakakku hanya asal bicara", gagap anak laki-laki yang bernama Rui tersebut.

"Heeee~ tidak mungkin! Ayo cerita! Apa Chikafuji senpai duluan yang menyatakan perasaannya?", lagi suara itu membuat tubuh kecil Rui berkedut kaget dan menatap asal suara. Anggukan kecil darinya sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

"Kyaaaa~ Rui -chan sangat beruntung. Chikafuji senpai juga sangat tampan. Tidak rugi, tidak rugi", suara itu mendapatkan anggukan dari lainnya.

Beberapa murid lainnya yang melihat Rui yang terus-terusan digoda itu hanya tertawa kecil tanpa ada keinginan untuk menyudahai keramaian itu.

Benar! Liburan musim panas telah terlewati. Kini Rui telah kembali bersekolah. Lebih tepatnya, diijinkan untuk kembali tinggal di Tokyo dan kembali bersekolah seperti biasanya. Liburan musim panasnya, dia habiskan dirumah utamanya setelah kembali dari tempat Ibu Daiki berada.

Karena berita tentangnya yang sudah meyebar itu, pertama dirinya melangkah kedalam sekolah seluruh mata sudah menuju padanya. Berita tentang Keluarga Miyamoto benar-benar menyebar luas. Tentu, tidak semua orang tau bagaimana bentuk wajah Rui ataupun Daiki. Namun, untuk warga sekolah yang sudah hampir setahun ini dia tempati hanya mendengar namanyapun mereka sudah tau.

Begitupula dengan Daiki. Namun, tidak seperti Rui yang terus menanggapi tatapan warga sekolah dengan wajah merona, Daiki tetap memasang wajah datarnya dan tidak terlihat terganggu dengan berita yang sudah menyebar di sekolahnya bahkan mencapai seluruh penjuru jepang.

"Rui -chan~ Kekasihmu datang", suara itu otimatis membuat Rui menoleh pada pintu kelasnya. Tak hanya Rui, keramaian disekitar Ruipun ikut menolehkan kepalanya pada pintu sehingga Rui dapat melihat Daiki yang berdiri pada pintu kelas.

Rui yang masih wajahnya memerah, berdiri dengan cepat dan berjalan begitu cepat menuju pintu kelas yang lebih tepatnya menuju pada Daiki. Menghiraukan godaan dari teman-teman kelasnya dan menarik Daiki untuk menjauh dari kelasnya. Namun tak hanya sampai situ, pada lorongpun mereka terus diberikan godaan oleh murid lainnya. Rui melambatkan jalannya ketika mencapai tempat yang begitu sepi karena bukanlah lorong setiap kelas. Hembusan napas lega terdengar darinya, Daiki yang hanya mengikuti langkah Rui sedaritadi hanya terkekeh tak bersuara.

"Sudah selesai larinya?", suara Daiki memulai percakapan mereka. Rui dengan kasar menoleh pada Daiki dan menunjukkan wajah kesalnya.

"Daiki kenapa begitu tenang? Mereka menggoda kita!", pekik Rui masih dengan wajah meronanya. Daiki menggerakkan tangannya kemudian mengelus lembut kepala Rui membuat Rui memandangnya yang sedang menghulas senyum.

"Habisnya melihat Rui yang tergoda hingga merona seperti ini, sangat lucu", ujar Daiki membuat Rui semakin merona. Rui memukul kecil dada Daiki tanda protesnya.

"Sudah, marahnya nantinya saja", Daiki mengakhiri pertengkaran kecil mereka.

"Kita disuruh keruangan kepala sekolah", ujar Daiki membuat Rui terkejut.

"Ke, kenapa?", Rui tergagap. Daiki menggeleng seraya menaikkan bahunya sebagai jawabannya.

"Ayo", Daiki yang meraih pundak Rui membuat tubuh mereka saling merapat.

Mereka berjalan beriringan dengan begitu dekat dan Rui yang terus-terusan protes dengan sikap Daiki. Daiki sesekali tertawa dan melirik pada Rui, menatap wajah samping Rui yang sedang kesal dan pipinya yang menggembung. Daiki menghentikan langkahnya yang otomatis membuat langkah Rui ikut terhenti.

Rui mendongakkan kepalanya dan menatap Daiki yang juga menatapnya. Kemudian Daiki menatap pada sisi kanan dan kirinya berakhir pada pintu tak jauh dibelakang Rui. Tulisan ruang UKS tertera disana, Daiki mendorong tubuh Rui seraya membuka pintu tersebut membuat mereka berada didalam ruangan tersebut. Tanpa peringatan, Daiki langsung memojokkan Rui dibelakang pintu yang baru saja mereka lalui. Rui yang yang kagetpun hanya menatap bingung Daiki.

"Sedikit saja Rui", ujar Daiki membuat Rui semakin bingung. Daiki mengecup singkat kening Rui yang otomatis membuat Rui merona. Rui memukul lengan kiri Daiki tanda protesnya.

"Selama liburan kemarin dan saat kita berada dirumah utamamu, aku bahkan tidak bisa sedekat ini denganmu", Daiki mengeluarkan eluhannya. Kini Rui terkekeh dan mengerti maksud Daiki.

"Bi, bibir?", tanya Daiki yang entah mengapa menjadi gugup. Rui mengangguk sebagai jawabannya.

Daiki menangkup pipi Rui, mengelus kedua pipi Rui dengan ibu jarinya membuat Rui memejamkan matanya merasakan elusan pelan pada pipinya. Daiki mulai menunduk dan mendekatkan wajahnya pada wajah Rui. Terus mendekat dimana mereka berdua mampu merasakan deruan napas satu sama lain. Mata Daiki menatap mata Rui yang sudah terpejam, perlahan turun pada hidung Rui dan,

'BUK!'

Suara itu membuat Rui membuka kembali matanya dan menatap Daiki yang memegangi kepalanya dengan seorang pria yang memasang wajah kesal serta tangan yang terlipat didada dengan sebuah buku telepon disalah satu tangannya.

"Se, sensei?!", pekik Rui saat melihat pria yang mengenakan jas putih panjangnya disertai wajah kesalnya.

"Kau ada disini, sensei?", ujar ringan Daiki. Rui kembali memukul lengan Daiki, namun kali ini sedikit lebih keras yang otomatis membuat Daiki kembali menatap Rui.

"Daritadi dan cukup melihat siswaku yang sedang horni", ujar sang sensei. Pria itu menghela napasnya seraya memegangang kepalanya.

"Aku tau, seluruh penjuru negeri tau hubungan kalian. Tapi bukan berarti kalian bisa saling bermesraan dimana saja!", kembali eluh sang sensei.

"Tidak dimana saja. Aku memilih tempat yang pas. Disini tertutup dan tidak ada siapa-siapa", balas Daiki. Wajah sang gurupun bertambah kesal dan kembali memukulkan buku telpon yang masih ditangannya pada lengan atas Daiki.

"Kau pikir aku siapa, huh?!", pekik sang guru.

"Sensei ya sensei", balas Daiki yang sibuk menghindari pukulan dari sang guru. Guru itu berdecak dan menarik telinga Daiki, dimana tubuh Daiki yang sedikit lebih tinggi darinya dan membawa Daiki untuk berjalan keluar dari ruang uks tersebut.

"Rui -kun, ayo ikut. Kepala sekolah sudah menunggu", suara sang guru yang berubah lebih lembut disertai senyuman pada Rui. Namun, tangannya masih berada ditelinga Daiki. Daiki hanya mengeluh namun tak mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk menjauhi sang guru tersebut. Rui terkekeh dan ikut berjalan mengikuti gurunya itu dan Daiki.

***

Seorang pria berusia lanjut menghela napasnya seraya memijat keningnya yang sudah dipenuhi kerutan. Rambut hitamnya sudah menyatu dengan beberapa helaian putih. Pria tersebut duduk pada Armchair dan pada sisi kanan kirimya terdapat sofa panjang yang sudah berisi dua orang dimasing-masing sofanya.

"Begini-", pria itu mulai memgeluarkan suaranya.

"Aku sudah menerima laporan dan wali kalian juga sudah menghubungiku", pria itu mulai menatap pria lainnya yang mengenakan seragam sekolah. Disamping mereka terdapat guru wali mereka masing-masing.

"Bukannya aku menentang atau menerima hubungan sesama jenis. Tapi disini, kondisinya adalah ini merupakan sekolahan. Tempat kami mengajar dan diajarkan", pria itu kembali bersuara.

"Aku tidak akan mengeluarkan surat peringatan ataupun mengeluarkan kalian. Tapi kalian harus tetap menjaga sikap kalian disekolah ini",

"Aku tau, wajah kalian tidak dikenali untuk diluar sana. Tapi seluruh warga sekolah mengetahui kalian dan tentu saja setelah berita itu, hubungan kalian sudah tidak bisa disembunyikan lagi", ujar sang pria itu panjang lebar. Empat pria yang sedang bersamanyapun hanya mengangguk tanda respon mereka.

"Bukannya aku melarang kalian untuk bertemu atau menunjukkan hubungan kalian. Kondisinya, tidak semua orang mengerti ataupun menerima hubungan yang kalian jalani. Kalian bisa dalam bahaya juga, terutama untuk Rui -kun", panjang lebar pria yang sudah berusia lanjut itu yang berstatus sebagai kepala sekolah SMA tersebut.

"Saya mengerti, Kepala Sekolah", ujar Daiki.

"Apanya yang mengerti, huh?!", pekik pria dewasa yang berada disamping Daiki seraya menampar ringan kepala Daiki.

"Tch- Kenapa?", eluh Daiki memegangi kepalanya.

"Kau bahkan baru saja tertangkap basah akan mencium Miyamoto -kun", ujar kembali pria itu.

"Sensei!", pekik Daiki dan berhasil mendapatkan tamparan tepat dibelakang kepalanya lagi. Dua orang dihadapan mereka terkekeh melihat aksi Daiki serta guru walinya tersebut. Sedangkan sang kepala sekolah hanya menggeleng pasrah.

"Yang jelas kalian harus menjaga sikap kalian. Saya tidak ingin terjadi apa apa dengan kalian", tegas sang kepala sekolah dan mendapatkan anggukan mengerti dari empat orang dihadapannya.

= TO BE CONTINUE =

Haloooooo
Setelah sekian lama akhirnya cerita ini berlanjuutt.
Jangan lupa untuk selalu dukung di trakteer.id/kimkey2305 dengan bantu In untuk beli mie goreeeeeng~~

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1K 136 5
𝐓𝐢𝐭𝐥𝐞: Why Do I Always Mortify Myself in Front of My Boss? 𝐀𝐮𝐭𝐡𝐨𝐫(𝐬): Bian Xiang 边想 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫: 5 Bab (END) 𝐃𝐞𝐬𝐤𝐫𝐢𝐩𝐬𝐢: Sing...
726K 6.3K 19
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
373K 2.2K 4
Akurnya pas urusan Kontol sama Memek doang..
5.8M 280K 61
[FOLLOW DULU SEBELUM BACA YA MANIEZZZ] Kisah 2 pasangan yang dijodohkan oleh orangtua mereka. Arlando jevin demort, cowok berusia 18 tahun harus men...