Summer, Mom and Watermelon

Av jeffjung

1.9M 163K 42.1K

𝐔𝐖𝐔𝐂𝐔𝐋𝐓𝐔𝐑𝐄 βœ… πŒπ€π‘π‘πˆπ€π†π„ π‹πˆπ…π„ βœ… 𝐌-𝐏𝐑𝐄𝐆 βœ… Mer

Prolog
Chit Chat with Haraboji
Mommy's Fanboy
[Special Chapter] Happy Birthday Jung Minhyung
MERAH JAMBU
[Special Chap] ANOTHER PINK
for him. [Another Pink Sequel πŸ”ž]
Boss
Mommy's Fanboy 2.0
Boss II [Re-Update]
[Special Chapter] Rosenante
Tyty, Do You Love Me?
Entrust
Last Romeo
My Page
Cure
[Special Chapter] Vroom Vroom Squad
ChΓ©rie
Reconnaissant
Pieds nus
barbe Γ  papa πŸ”ž
New Heroes
clair de lune
[Special Chap] Abeille
en fuite
Sourire
[Prequel;] Dear Dream
queenty time
Dear Dream
Dearest
Cure 2.0
fait maison
I L (ambo) U
Mommy's Fanboy 3.0
New Member
our.
tyraphy
SoufflΓ©
Uwugami
a p r i l
J-A-E-H-Y-U-N
Mouette
Bucin
A letter for daddy
r e d. [18+]
Geschwister
chien enragΓ©
Sweet Crime
una lecciΓ³n
Tiroir πŸ”ž
Dream in a Dream
Soulmate
Domestic

Teenager vs Teen-anger

28K 2.5K 791
Av jeffjung

Suara denting dari sendok dan sumpit yang beradu dengan mangkuk menjadi satu-satunya pembising diantara keterdiaman yang menyelimuti ruang makan keluarga Jung. Lima orang yang duduk diatas kursinya tampak tenang menikmati makanan seperti biasa, tak ada suara—lebih tepatnya tidak ada yang berani bersuara lebih dulu daripada sang kepala keluarga.

"Dad boleh minta jeruk?"

Pengecualian bagi si kecil Mark yang duduk manis diatas baby chair-nya tepat disebelah Jaehyun, balita itu jelas berani bersuara mengiterupsi kegiatan sang ayah yang sedang memasukan sesuap kimchi kedalam mulutnya.

Meletakan sejenak alat makannya, lelaki itu kemudian mengambil buah jeruk mandarin yang tak terjangkau tangan kecil Mark serta mengupaskan kulitnya untuk sang putra.

"Terima kasih ya dad."

Katanya dengan senyum sembari menerima jeruknya dengan riang. Ibunya yang menatap dari meja seberang hanya bisa tertawa melihat polah anaknya. Taeyong kemudian beralih pada Jaehyun, memberi isyarat tangan guna menawarkan apakah sang suami ingin menambah lauk yang kemudian dihadiahi anggukan samar mengiyakan.

Lain lagi dengan dua remaja yang duduk bersisian didepan mereka, sedari tadi keduanya kasak-kusuk tak tenang menikmati makanan. Saling lirik namun ketika mata tak sengaja beradu keduanya langsung membuang muka.

Bukan hanya saat dimeja makan, diperhatikan Taeyong sedari tadi tepatnya saat Ibu beranak dua itu menemuka dua remaja itu tengah bertengkar dikamar mandi Lucas aura permusuhan sudah sangat amat terasa diantara keduanya.

"Terima kasih atas makanannya sayang."

Jaehyun bergumam terima kasih sembari mengusak rambut Taeyong yang sedang membereskan sisa makanan, mengapresiasi kerja keras sang istri yang sudah menghidangkan makanan lezat ditengah kesibukan mengurus rumah dan kedua putranya. Lelaki mungil itu tersenyum dan berlalu menuju counter dapur untuk menyiapkan semangka dingin sebagai pencuci mulut, meninggalkan Mark dan Jaehyun bersama dua remaja itu dimeja makan.

Hening, masih tak ada yang buka suara selain suara nom-nom-nom dari Mark yang menguyah jeruknya sembari menatap satu per satu orang dewasa didepannya dengan mata yang berkedip-kedip lucu kadang pula matanya menyipit saat mengecap rasa jeruknya yang asam.

"Dad?"

Jaehyun menoleh saat salah satu dari dua remaja didepannya bersuara, memutus sejenak perhatiannya dari grafik saham pada tablet dan mengarahkan fokus penuhnya pada sang pemanggil yang nampak diam dan kikuk. Lama tak pertemu pemuda itu merasa daddy-nya semakin menakutkan saja.

Dari tempat duduknya Lucas melirik Jaehyun dan pemuda disampingnya bergantian, hatinya diliputi was-was saat pemuda disebelahnya tiba-tiba saja memanggil Jaehyun. Hatinya dag dig dug, jangan-jangan pemuda ini akan mengadu perihal kejadian dikamar mandi siang tadi.

"Ya?"

Dengan wajah datar Jaehyun menjawab sedang pemuda langsung mengerucutkan bibirnya.

"Bisakah aku pisah kamar dengannya?"

Lanjutnya sembari menunjuk Lucas tepat didepan hidung membuat pemuda bongsor itu langsung melotot menatapnya. Taeyong yang mencuri dengar dibelakang pun seketika menoleh, mengawasi dari  jauh bagaimana reaksi sang suami terhadap permintaan bocah tersebut.

"Kenapa harus pisah?"

Respon Jaehyun dengan menatap Lucas dan sesorang yang memanggilnya daddy itu bergantian, dan yang ditatap hanya saling pandang dengan dengan raut tak akur yang amat ketara.

Menyimpulkan sesuatu Jaehyun lantas menghela nafas, menyandarkan punggungnya disandaran kursi dan melipat tangannya didada. Tak lepas matanya memandang dua remaja itu dengan pandangan memicing, menekan secara tersirat agar keduanya bersuara perihal alasan ketidakakuran yang sudah terjadi bahkan dipertemuan pertama dua remaja tersebut.

"Aku... aku."

"Jika dia keberatan tidur sekamar denganku aku bisa tidur diluar ahjusshi."

Kali ini Lucas yang bersuara, merasa tak enak dengan atmosfer meja makan yang tak nyaman. Entah mengapa ia hanya merasa segan sebagai pendatang tapi sudah menimbulkan banyak ketidaknyamanan dikeluarga Jung yang sudah berbaik hati menampungnya.

"Mark ayo sikat gigi dan tidur, mommy temani."

Taeyong yang sudah selesai dengan kegiatan dapurnya mengangkat Mark dari kursinya setelah meletakan semangka dimeja, menatap Jaehyun sekilas sebelum membawa putranya masuk ke kamar untuk ditidurkan. Lelaki itu sengaja memberikan ruang khusus bagi suaminya untuk menghadapi dua remaja yang mulai hari ini resmi menjadi anggota keluarga baru mereka.

Selepas kepergian Taeyong, Jaehyun masih diam tak memberikan jawaban pada pernyataan Lucas atau pun pemuda satunya. Ia hanya diam mengetuk-ketukan jarinya diatas meja yang menjadi tekanan tersendiri bagi dua remaja itu seolah-olah keduanya adalah terdakwa yang sedang diintrogasi oleh jaksa.

"Tidak ada yang namanya pisah kamar, mommy mu sudah susah-susah membersihkannya saat mendengar kau akan pindah. Apa kau tidak menghargai usaha mommy?"

Jaehyun akhirnya bersuara, menatap tegas pada sang pemuda yang kemudian mengkerut takut ditempat duduknya dan bergumam maaf sedangkan disampingnya Lucas nyengir penuh kemenangan, tidak jadi tidur diluar batinnya.

"Jika kau ingin tinggal disini menurutlah dengan daddy dan mommy. Kalau kau banyak tingkah seperti di Vancouver, daddy akan mengembalikanmu pada nanny-mu disana." Lanjutnya tak juga melunturkan tatapannya dan pemuda itu hanya mengangguk samar, mengiyakan perintah daddy-nya yang takkan mungkin sanggup ia bantah.

"Dan kau Lucas,"

Terlonjak, Lucas yang sedang berkhayal aneh-aneh sambil cengengesan terkaget saat Jaehyun memanggilnya.

"Ya ahjusshi?" ditatapnya Jaehyun yang menghela nafas.

"Anggap saja ini rumahmu, jangan sungkan. Makan lah apa yang disediakan Taeyong, jika lapar bilang."

"Jika kami tidak ada kau bisa memesan makanan atau meminta tolong satpam. Jangan menyeduh ramen dengan air kamar mandi lagi."

Lucas hanya bisa mengangguk dan nyengir sembari menggaruk tengkuknya, merasa malu sekaligus berterima kasih pada Jaehyun yang menatapnya dengan senyuman.

Jujur saja Jaehyun tak bisa menahan tertawanya saat Taeyong bercerita mengenai Lucas yang menyeduh ramen dengan air kamar mandi lantaran tak bisa mensetting airnya menjadi air dingin. Menurut Jaehyun Lucas itu polos condong ke bodoh namun ia cukup memaklumi.

"Baiklah, sekarang sikat gigi dan kembali ke kamar kalian. Lekas tidur, besok pagi-pagi mommy akan mengantar kalian ke sekolah baru."

"HAH?"

Dua remaja itu sama-sama kaget dengan ucapan Jaehyun, sampai-sampai mengucap 'hah' bersama-sama.

"Secepat itu?" lagi, keduanya kompak memekik dan Jaehyun tertawa.

"Kenapa? Bukannya bagus?"

"Ku kira daddy akan memberiku waktu untuk menghilagkan jetlag sebelum masuk ke sekolah baru."

Disebelah Lucas mengamini, entah bagian yang mana. Jika tentang jetlag sepertinya tidak, karena Lucas tak tau apa itu jetlag. Mungkin sejenis makanan, pikirnya.

"Besok hanya pendaftaran mungkin tidak lama. Sudah sana pergi tidur jangan sampai kesiangan dan merepotkan mommy."

Sarat akan pengusiran sang kepala keluarga menarik kerah kedua bocah itu seperti menenteng keresek belanjaan, menuntun keduanya ke wastafel untuk sikat gigi lalu menggiring masuk ke dalam kamar tanpa bantahan.

"Good night dad."

"Selamat malam ahjusshi."

"Night, tidur yang nyenyak dan jangan bertengkar."

Kepala keduanya diusak Jaehyun bergantian didepan pintu kamar dan lelaki itu lekas berlalu. Pintu pun tertutup dan seketika kedua remaja itu menarik diri membuat jarak amat tak ingin berdekatan. Suara dengusan terdengar saling bersahutan, saling membelakangi dan melempar tatapan tajam. Aura permusuhan kembali terasa di ruangan besar tersebut.

Jam terus beranjak, keduanya masih betah saling memunggungi walau sama-sama sudah menguap karena kantuk yang menyerang, hingga si mulut besar Lucas terlalu gatal untuk menyuarakan unek-uneknya.

"Bisakah perang ini kita lanjutkan besok? Aku mengantuk!" katanya dengan keras untungnya tak sampai terdengar ke ruangan sebelah.

"Kau pikir aku tidak?" satunya lagi menyahut sembari berkacak pinggang memelototi Lucas.

"Aku tidur diatas!"

"Tidak!"

Pergerakan Lucas yang sudah hendak memanjat ranjang susunnya seketika gagal bahkan ia terjatuh karena pemuda satunya menarik tangannya dengan paksa.

"Sakit bodoh!" umpatnya kesakitan.

"Aku yang diatas, aku tidak mau ya jika sedang enak-enak tidur eh ketiban kingkong sepertimu!" koor lelaki yang lebih pendek menyurakan ketidak setujuannya atas keputusan Lucas.

"Apa katamu? Kingkong? Kau ini benar-benar cari gara-gara ya!"

Lucas menyingsingkan lengan bajunya, sudah memasang kuda-kuda akan menerjang remaja yang sudah mengatainya kingkong itu namun seketika ia urungkan saat mengingat ucapan Jaehyun yang berpesan agar mereka tak bertengkar. Diturunkannya lagi lengan bajunya dan menghela nafas, mencoba sabar menghadapi bocah lain yang tengah tertawa setan didepannya.

"Baiklah kita tentukan dengan gunting, batu kertas saja." Usul Lucas, yang waras ngalah pikirnya. Pemuda itu sudah tak tahan untuk segera berbaring dikasur empuk yang amat menggodanya.

Menyetujui usul Lucas pemuda satunya pun mengangguk, keduanya pun beradu osom sebanyak tiga kali dan ketiganya Lucas harus menerima kekalahan, mengikhlaskan kasur bagian atas dihuni bocah didepannya. Keduannya lalu beringsut menempati kasur masing-masing.

"Hei kau sudah tidur?"

"Hai hoi hai hoi, aku punya nama tau!" gerutu Lucas yang sudah hampir terbang kealam mimpi namun diinterupsi oleh pemuda diatas ranjangnya.

Pemuda itu kemudian tertawa, "Ah benar juga, ngomong-ngomong kita belum berkenalan." Sambungnya lagi sembari melongok kebawah memandangi Lucas yang sedang menggaruk perutnya dengan nista.

"Siapa namamu?" pemuda itu bertanya lagi, namun sudah dalam posisi menarik diri karena tak tahan melihat gaya menggaruk Lucas yang amat menjijikan.

"Wong Lucas." Jawab Lucas cepat.

"Wow!" pekik pemuda satunya.

"Wae?"

"Sialan nama kita sama,"

"Hah?"

Mata Lucas yang sudah terpejam terbuka kembali begitu mendengar seruan si pemuda. "Maksudnya?" sambung Lucas tak mengerti.

"Nama depan kita sama."

"Memangnya namamu siapa?"

"Wong Hendery."

"Wah plagiat."

Lucas menjawab dengan nada menjengkelkan sembari menguap dan pemuda bernama Hendery itu langsung mendengus diatas tempat tidurnya.

Dibawah Lucas batal memejamkan mata, tiba-tiba saja nama manusia diatasnya membuatnya tertarik untuk berfikir keras. Pasalnya sedari tadi bocah itu memanggil Taeyong dengan sebutan mommy dan memanggil Jaehyun daddy namun mengapa bocah itu memiliki nama depan yang berbeda.

Sejenak banyak spekulasi muncul dikepala tumpul Lucas, terlalu banyak sampai-sampai pemuda itu harus menggali upil supaya kegiatan berpikirnya terasa lebih afdol walaupun ia tak bisa menyimpulkan apapun dari otaknya yang sebenarnya dangkal.

"Kok marga mu bukan Jung?"

Lucas akhirnya menyuarakan pemikiran lima belas menitnya, sembari menyentilkan upil pertanda tugas dari kotoran itu dalam menemaninya berfikir telah usai. Lama pemuda diatasnya tak menjawab.

"Hoi? Sudah tewas ya? Yah."

"Iya aku bukan Jung."

Hendery bersuara dan Lucas dibawah memasang telinga dibalik selimutnya.

"Aku anak angkat,"

"Mommy dan daddy mengadopsi ku saat mereka tinggal di Vancouver." Ujarnya mulai bercerita.

Pemuda itu menatap langit-langit kamar yang temaram, memutar ulang lagi memori awal pertemuannya dengan pasangan suami Jung itu tiga tahun silam, tepatnya saat Taeyong mengandung Mark selama menemani Jaehyun bekerja di Kanada.

"Bagaimana bisa?"

Lucas bertanya lagi merasa tertarik dengan asal usul Hendery, walau ia tau Taeyong itu amat berhati baik dan banyak mempunyai anak asuh tapi setau Lucas sebagai fans fanatik tak ada satu pun yang diadopsinya secara legal. Pasangan Jung itu pasti punya alasan mengapa mereka mengadopsi Hendery yang bahkan sudah tumbuh menjadi remaja seusianya.

"Waktu itu aku baru lulus SD, aku hidup dipanti asuhan sejak lahir dan hari itu daddy datang didampingi mommy membagikan roti secara rutin pada anak-anak panti asuhan."

"Sebagai anak yang tak punya orang tua aku merasa sedih karena dihari kelulusan tak ada yang akan mendampingi ku wisuda jadi saat anak-anak lain sibuk berebut roti aku hanya bisa diam disudut ruang panti."

Masih dengan fokus yang sama Lucas mendengarkan Hendery yang tampak lirih bercerita, sambil memeluk guling Lucas mencerna setiap kata demi kata pemuda diatasnya.

"Tak kusangka mommy datang membawakan dua bungkus roti dan satu botol susu lantas duduk disebelah ku dan tersenyum."

"Cantiiiiiiiiiikkkkkkkkk sekali!" 

Tanpa sadar kepala Lucas ikut bergerak maju mengikuti irama dari kata yang Hendery ucapkan.

"Sungguh dalam dua belas tahun hidupku waktu itu belum pernah kutemui senyum yang seperti itu, senyum yang amat tulus dan menenangkan. Aku seperti menemukan seseorang dalam senyumnya."

Sambil bercerita Hendery  pun ikut tersenyum.

"Lalu?"

Hendery menoleh ia kira Lucas tertidur karena ceritanya, ternyata tidak.

"Lalu ia menanyakan mengapa aku tak bergabung dengan yang lain dan seolah tak ada beban aku langsung bercerita tentang yang sedang aku rasakan padanya."

"Tak ada yang ia lakukan selain mengusap rambutku, aku tak ingat apa-apa lagi selain mommy yang kemudian menanyakan alamat sekolahku."

"Dan kau tau tidak?"

"Tidak."

"Ish!"

"Hehe lanjutkan!"

Lucas menertawai Hendery yang kesal.

"Keesokannya mommy dan daddy datang kesekolah dan menghadiri kelulusanku sebagai orang tua. Aku benar-benar bahagia karena akhirnya bisa merasakan kebagiaan yang sama seperti anak-anak lainnya!"

Menutup muka dengan selimut, lagi-lagi Hendery hampir menangis tiap kali mengingat momen paling bersejarah dalam hidupnya itu. Momen dimana ia merasakan kebahagiaan memiliki orang tua yang menatap dengan bangga dirinya podium wisuda, bertepuk tangan dan memberinya ucapan selamat serta karangan bunga. Sebuah momen yang ia pun tak pernah menyangka dan sama sekali tak pernah berani membayangkannya.

"Mereka yang pertama kali menyambutku ketika turun podium, memeluku dan mengucapkan kata-kata penuh kebanggan karena aku berhasil merebut posisi pertama kejuaraan robot ditingkat SD."

"WOAH JADI KAU PANDAI MEMBUAT ROBOT?"

"YA! JAUHKAN WAJAHMU DARIKU! MENJIJIKAN!"

Wajah Lucas yang mucul tiba-tiba disamping tempat tidur ditoyor Hendery dengan keras, bahkan membuat Lucas hampir tenjungkal dari atas ranjang. Setelah memastikan si bongsor itu sudah jinak dibawah sana Hendery melanjutkan ceritanya.

"Kejutan tak sampai disitu, mereka pun memasukanku ke SMP ternama di Vancouver, menyekolahkanku dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh daddy. Disekolah itu aku mengembangkan kemampuanku merakit robot."

"WAH KAU HARUS MENGAJARIKU LAIN KALI MAN!"

Lagi-lagi Lucas memekik, merasa takjub karena pemuda menyebalkan diatasnya ini ternyata pandai membuat robot sedang Hendery tertawa akan ekspresi Lucas yang begitu ajaib, sebentar bentar marah, berteriak, mengomel lalu memekik girang dan tertawa keras. Benar-benar definisi orang aneh dimata Hendery.

"Kau tau Alistar tidak?"

"Alistar?" Hendery mengangguk.

"TENTU! ITU KARAKTER GAME FAVORIT KU TAU!"

"Benarkah?"

Dibawah Lucas mengangguk-angguk antusias.

"Daddy yang mendesainnya lho, namun hanya selesai separuh karena daddy tak sempat menyelesaikannya lantaran mommy melahirkan Mark dan mereka harus kembali ke Korea."

"Kemudian ia memintaku menyelesaikan desainnya lalu dikembangkan di Korea oleh daddy sebagai salah satu ikon game yang dipasarkannya."

"JINJJA??? WOAAHH TERNYATA OTAKMU ENCER JUGA YA BOCAH!"

"DAEBAK!"

"ADUH!"

Lucas dilempar Hendery dengan guling agar tak berteriak, manusia ini sangat berisik dan suaranya benar-benar mencemari pendengaran.

"Jangan panggil aku bocah, ku dengar dari mommy kita seumuran." Protes Hendery tak terima.

"Lalu kau sendiri, bagaimana bisa ada disini?"

"Jujur saja aku belum mempercayaimu sepenuhnya." Sambung Hendery mencibir pada Lucas yang mencebik. Mengingat kembali kejadian siang tadi dimana keduanya bertengkar hebat dikamar mandi dan Hendery yang sempat menuduh Lucas penyusup. Hampir saja ia lapor polisi jika mommy-nya tak segera datang dan melerai keduannya.

"Aku orang tampan dari negeri seberang hahahaah."

Krik... krik

Tak ada sautan, lelucon Lucas menguap begitu saja.

"Tidak lucu ya?"

"Pake tanya lagi." Hendery berujar sambil memutar matanya malas.

"Hmm baiklah, aku sebenarnya fans Lee Tiwai hehehehe."

Berubah posisi dari telentang menjadi miring, Hendery terkaget dengan kalimat Lucas.

"Tuh kan kau pasti sasaeng yang—,"

"Sttttt!"

Lucas membekap mulut Hendery yang hendak mengomel, sedangkan pemuda satunya meronta ronta karena teringat tangan Lucas yang bekas dipakai menggali upil.

"Hhhhh hhh! Besok saja ceritanya! Menjijikan!" putus Hendery sepihak setelah bisa kembali menetralkan nafasnya yang tercekat akibat bekapan tangan besar Lucas. Dibawahnya Lucas tertawa.

"Padahal aku sudah bersemangat akan bercerita. Yah," katanya pura-pura sedih.

"Berisik! Cepat tidur, aku tidak mau kena omel mommy karena kau lagi!"

Hendery memperingati Lucas yang masih tertawa tak jelas, melemparkan boneka dan menyuruh si bongsor itu mematikan lampu tidur.

"Wong satu mengucapkan selamat tidur untuk Wong dua. Tidur yang nyenyak Wong dua!"

"Diam kingkong!"

"Dan apa-apaan itu Wong satu dan Wong dua??"

— —

"Cas!"

"Hendeli!"

"Ppaaliwaaaaaaaaaaaaaa~!"

Teriakan Mark diteras menggemparkan seisi rumah, jam masih menunjukan pukul tujuh pagi namun balita itu sudah siap didepan pintu dengan penampilan lain dari biasanya.

Tas ransel berbentuk Mickey Mouse menggantung dipundaknya, sepatu kets putih lucu dan coat berwarna cokelat serta topi beanie berwarna hitam menutupi kepalanya. Bocah itu terlihat paling heboh dan paling sibuk sepagian daripada penghuni rumah lainnya, setelah semalam ibunya bilang bahwa ia harus tidur lebih cepat karena esok akan mengantar dua hyung-nya ke sekolah.

Mark heboh bukan kepalang, subuh-subuh balita itu sudah terbangun mencari-cari sepatu dan tasnya dilemari dan merengek pada ibunya untuk ikut bersekolah. Jadilah kini bos kecil itu berteriak didepan pintu, memperingati dua hyung barunya yang masih terseok-seok memakai sepatu karena bangun kesiangan.

"Ish lama sekali siiihhh!"

Anak itu berteriak lagi, menghentakan kaki kecilnya mendekati Lucas dan Hendery yang sedang memakai coat-nya. Jika dilihat-lihat coat ketiga orang itu mempunyai warna dan model yang sama namun dengan ukuran berbeda. Lucu sekali bagai anak kembar, jika ditanya ulah siapa pastilah ulah si induk kucing yang amat antusias menyambut datangnya musim salju bersama para jagoan-jagoannya.

"Sudah siap?"

Yang paling cantik datang, tersenyum lebar penuh semangat sembari menenteng tas tangan dan kunci mobil ditangannya Taeyong nampak anggun dengan coat merah maroon yang nampak cocok dengan rambut pirangnya.

"Let's go mom, Mark bisa telambat ke cekolah!"

Yang paling kecil menarik-narik coat mommy-nya agar lekas ke mobil dan kesekolah seperti yang ada dalam imajinasinya sedang tiga orang dewasa didepannya tertawa akan tingkah menggemaskan Mark yang begitu antusias akan pergi ke sekolah padahal umurnya baru dua tahun kurang.

"Memangnya Mark sekolah dimana?"

Sambil merapikan rambutnya Hendery bertanya pada Mark yang langsung menampilkan ekspresi berpikirnya yang menggemaskan.

"Eumm, disana ditempat mommy mengajar! Iya kan mommy?"

Masih menarik-narik pakaian ibunya Mark bertanya namun balita itu kemudian cemberut karena diacuhkan mommy-nya yang sibuk memeriksa berkas-berkas kepindahan Hendery dan Lucas. Hendery yang melihat Mark mencebik pun menghiburnya dengan memberikan permen sedangkan Lucas menjahili pipinya yang memerah didepan pintu.

"Kalian ke mobil duluan ya, mommy pamit dulu dengan daddy dan Jeno."

Mematuhi perintah Taeyong ketiga bocah dengan baju yang sama itu segera berjalan menuju mobil yang terparkir didepan rumah sementara Taeyong kembali ke kamar untuk berpamitan dengan Jaehyun yang masih tidur bersama Jeno.

Ketika pintu kamar dibuka hal pertama yang Taeyong lihat adalah suaminya yang masih meringkuk didalam selimut bersama Jeno yang ada dalam pelukannya. Keduanya begitu pulas tertidur dengan ekspresi yang sama persis dan mata yang separuh terbuka.

Taeyong pun mendekat mengusap rambut Jaehyun kemudian membisikan sesuatu ditelinganya dan dihadiahi anggukan samar serta pelukan sang lelaki yang semakin erat membalut putranya. Sang istri tersenyum, mengecup pipi Jaehyun dan Jeno bergantian serta memperbaiki letak selimut agar keduanya tetap hangat mengingat suhu udara yang semakin hari semakin rendah, ibu dua anak itu pun segera berlalu menyusul bocah-bocah yang sudah berteriak kedinginan didepan rumah.

"Ish mommy lama sekali sih! Bikin aku ngantuk saja!"

Mark sewot dalam gendongan Lucas untuk sekian detik baik Taeyong, Hendery maupun Lucas bingung dengan ocehan Mark namun ketiganya kemudian serempak tertawa saat berhasil memahami kalimat Mark yang terbalik-balik. Mungkin maksudnya marah—entahlah bahasa bayi memang membingungkan.

"Maaf ya nak, kan mommy ijin dulu sama daddy dan Jeno." ujar sang ibu menghibur si bocah yang lagi-lagi mencebik. Mark sangat sensitif sekali hari ini.

Disaat Taeyong sibuk merayu Mark yang merajuk, dua orang lain juga tengah sibuk berdebat. Berdebat penuh urat mendebatkan hal sepele yaitu tempat duduk, keduanya sama-sama bersikeras duduk di kursi penumpang bagian depan.

"Yang lebih tinggi didepan!"

"Tidak, aku tidak bisa lihat pemandangan jika kau didepan!"

"Kan ada jendela bodoh, aku didepan pokoknya!"

"Mimpi saja kau, aku yang didepan!"

"Aku!"

"Aku!"

"Aku!"

"DIAAAAAAAAAMMMMMMM!!"

Burung-burung berterbangan, salju yang menumpuk didahan pohon jatuh berhamburan, kaca rumah hampir retak, Mark susah payah menelan yupi nya dengan gerakan slow motion dan adegan sikut-sikutan antara Lucas dan Hendery terhenti sejenak saat Taeyong berteriak kencang.

"Bisa diam tidak? hhhhh."

Lelaki manis itu memasang wajah galaknya, meniup poninya hingga melambung dan melipat tangannya didada, menatap tajam pada dua remaja yang akhirnya saling melepaskan cekikan dileher masing-masing. Taeyong memijit pelipisnya, tiba-tiba saja kepalanya pening padahal baru sehari dua bocah itu disatukan tapi kelakuannya sudah membuat Taeyong sakit kepala.

"Tidak ada yang duduk didepan, semua dibangku belakang!" ucapnya final sembari menggiring ketiganya masuk kedalam mobil tanpa protes sedikit pun.

"Mom, are you sure gonna drive us?"

Taeyong yang sedang memasang seat belt menoleh saat Hendery bertanya, si manis itu kemudian tersenyum aneh dan mencubit pipi Hendery yang duduk tepat dibelakangnya.

"Trust me son, daddy bahkan sudah mengakui kemampuanku heheheh."

Menjentikan jari kemudian membuat simbol pistol dengan tangannya yang diarahkan ke Hendery, Taeyong menyeringai memberi sugesti penuh untuk meyakinkan tiga orang bocah yang kini menatapnya ragu-ragu.

"Tenang saja aku akan menyetir sebaik mungkin."

"Are you ready?"

"READYYYY!!!"

"Let's go mommy!"

"Go! go! go!"

Mobil Maserati Levante sewarna salju itu pun bergerak pelan meninggalkan pelataran kediaman Jung menuju ke sekolah dengan suara nyanyian dan teriakan riang disepanjang jalannya.

— —

"WOAH! DAEBAK JINJJA DAEBAK!"

Sambil menatap kesana kemari dengan mata bulatnya Lucas berteriak heboh, sedang disebelahnya Hendery mendengus sebal. Sejak turun dari mobil anak itu sudah ancang-ancang ingin menyumpal mulut Lucas dengan salju pasalnya bocah bongsor itu amat ribut mengagumi sekolah baru mereka yang memang harus ia akui sangatlah keren. Namun Hendery kan jaim mana mau dia berekspresi berlebihan seperti Lucas. Katro batinnya.

Taeyong turun dari mobil dengan penampilan sosialitanya, tas tangan serta kacamata hitam bertengger dihidung mancungnya, sembari menggandeng Mark yang sibuk akan mengejar dua hyungnya yang berlari lebih dulu ibu dua anak itu mengamati bangunan sekolah yang nanti akan dimasuki oleh dua jagoan barunya.

Sekolah itu begitu besar dan nampak elit seperti sekolah-sekolah yang berada di London dengan bangunan yang didesain seperti bangunan abad pertengahan Inggris. Halamannya Luas dengan lapangan sepak bola dan basket outdoor tepat disisi sekolah sedangkan saat masuk kedalamnya keempat orang itu langsung disuguhi suasana layaknya didalam film Harry Potter, pilar-pilar besar dan gemerlap lampu gantung menambah mewah ruangan.

"Selamat datang nyonya Jung."

Seseorang yang Taeyong kira salah satu guru menyambut kedatangannya didepan sebuah ruangan, wanita itu dengan ramah menunjukan jalan menuju ruang guru ketika Taeyong berkata bahwa kedatangannya adalah untuk mendaftarkan dua anaknya.

"Hoi."

"Apasih?"

Hendery menggerutu, Lucas kembali menyikutnya.

"Sekolah kita keren ya?"

Mencondongkan wajahnya kearah Hendery yang memangku Mark, Lucas menaik-turunkan alisnya aneh membuat Mark sepontan menampar wajahnya dengan squishy.

"Hahahaha, good job Mark!"

Lucas mendengus sambil mengusap wajahnya yang ditampar Mark sementara Hendery dan sekutu kecilnya ber-high five ria sambil tertawa tertahan.

"Eh tapi kenapa sepi sekali sekolahnya, aku tidak melihat ada siswa yang lewat sedari tadi."

Sambil memainkan tangan Mark yang gembul Lucas kembali membuka obrolan dengan Hendery yang memang irit berbicara, yang diajak bicara pun kemudian menoleh.

"Kan sudah masuk liburan musim dingin, pasti yang lain sudah libur." jawab Hendery santai.

"Loh, kalau libur kenapa kita mendaftar? Kenapa tidak nanti saat masuk awal musim semi saja?" tanya Lucas tak mengerti dan Hendery menyeringai.

"Inilah Jung, ketika Jung sudah memiliki kepentingan tidak ada yang sanggup menolak. Mengerti?"

"Tidak."

"Aduh!"

"Kau ini ringan tangan sekali sih?"

Lucas mengaduh kesakitan wajahnya kembali ditampar dengan squishy, kali ini bukan Mark namun si Hendery.

"Sekolah ini harusnya sudah libur sejak dua hari yang lalu, tapi yang ku dengar ketika daddy menghubungi pihak sekolah kalau kita akan didaftarkan disini mereka langsung mengiyakan dan membuka sekolah khusus untuk pendaftaran kita."

"Tapi sepertinya hanya dewan guru saja yang masuk, siswanya tidak. Pantas sepi."

Hendery mengakhiri penjelasannya pada Lucas yang mengangguk-angguk sembari melihat pada Taeyong yang tampak berdiskusi dengan kepala sekolah. Tak berselang lama Taeyong bangkit dan berjalan beriringan dengan kepala sekolah, mengajak Lucas dan Hendery melihat kelas baru mereka.

"Kalian suka kelasnya?"

Taeyong bertanya pada Lucas dan Hendery yang mengangguk-angguk antusias, mata keduanya berbinar-binar mengamati ruang kelas yang ternyata sama seperti ruang kelas sekolah di Korea lainnya. Tadinya mereka kira ruang kelas mereka akan sesuram kelas Harry Potter nyatanya kelasnya begitu nyaman, lebar dan sepertinya menyenangkan sesuai selera keduanya.

Setelah menyelesaikan kepengurusan berkas, mendapat seragam, jadwal pelajaran dan kebutuhan lainnya mereka pun berjalan beriring meninggalkan sekolah dengan senyuman lebar yang tak lepas Taeyong pandang terselip dibibir dua remaja disisi kanan dan kirinya.

"Mom?"

"Ya?"

"Terima kasih ya sudah menyekolahkan kami ditempat sebagus ini."

Seperti terwakili, Lucas mengiyakan ucapan Hendery pada Taeyong yang tersenyum kearah keduanya. Sejenak Lucas berpikir betapa beruntungnya ia dipertemukan dengan orang sebaik Jung Jaehyun dan Jung Taeyong yang sudah sangat sangat sudi menyekolahkan orang kampung sepertinya di sekolah yang pastinya mahal itu. Jika dipikirkan rasanya ingin menangis, membayangkan hal yang seperti ini pun tak pernah tapi kenyataannya hal ini benar-benar terjadi dalam hidupnya.

Sedangkan Hendery tak kalah terharu akan kebaikan Taeyong, ibu angkatnya ini benar-benar tak berubah sejak pertama kali ia bertemu dengannya. Selalu baik hati dan tersenyum serta penuh kelembutan, tak pernah memandang orang rendah dan ringan tangan. Kecantikan wajah dan hatinya tiada tara dan Hendery amat bersyukur Taeyong dan Jaehyun telah mengangkatnya menjadi anak.

Baik Lucas dan Hendery pun sama-sama berjanji dengan diri mereka sendiri jika mereka akan berusaha keras membanggakan Jaehyun serta Taeyong yang telah menyayangi mereka layaknya sebuah keluarga.

"Kalian harus ingat, selama liburan belajar dengan giat oke?"

"Oke mom!"

"Waaaaa tinggi!!"

Mark berseru girang saat Lucas menggendongnya diatas bahu, anak itu bahkan menjerit-jerit saking senangnya.

"Mom bagaimana dengan setoples kue jahe sebagai teman nonton tv nanti?"

"Kue Jae?"

"Kue jahe mom bukan kue Jae."

Keempatnya tertawa, menertawai lelucon Taeyong yang entah benar-benar salah dengar atau ia hanya melucu.

"Oh mommy kira kue Jaheyun hahaha."

"Baiklah kita beli bahannya setelah ini."

"Okaaayy!!"

"Ngomong-ngomong natal sudah dekat, mommy akan bertukar hadiah apa dengan daddy?"

Langkah keduanya otomatis terhenti saat Taeyong tiba-tiba terdiam.

"Aaaah kau benar, sebentar lagi natal. Astaga aku lupa!" si pinky itu memekik sambil menepuk jidatnya yang berponi bulat membuat dua remaja disebelahnya tertawa melihat keimutannya.

"Ya! Lucas, Hendery maukah kalian bersekutu mempersiapkan hadiah natal untuk daddy?"

Taeyong melirik Lucas dan Hendery dengan puppy eyes-nya dan yang ditanya saling pandang.

"Tentu!"

Kedua orang itu bersorak bersamaan mendeklarasikan keterlibatan keduanya sebagai sekutu Taeyong dalam mempersiapkan hadiah natal tahun ini spesial untuk Jaehyun.

Mereka pun berjalan menuju mobil dengan keriangan yang sama, dimana Taeyong berada ditengah-tengah mengapit lengan Hendery dan Lucas dikanan dan kirinya layaknya seorang putri. Rencana demi rencana bersahutan diantara ketiganya.

"Ish berisik tau! Bikin Mark ngantuk aja!"

Dan mereka bertiga lupa jika ada si bos kecil dibahu Lucas yang bisa saja membocorkan rencana terselubung ketiganya pada sang ayah.

— —

Natal udah lewat jaoh padahal :"

Lama ya?
Maaf :v

14.1.19

FortsΓ€tt lΓ€s

Du kommer ocksΓ₯ att gilla

185K 18.4K 70
Freen G!P/Futa β€’ peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
234K 24.9K 27
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
244K 3K 73
β€’Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre β€’woozi Harem β€’mostly soonhoon β€’open request High Rank πŸ…: β€’1#hoshiseventeen_8/7/2...
189K 18.9K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...