Summer, Mom and Watermelon

By jeffjung

1.9M 163K 42.1K

𝐔𝐖𝐔𝐂𝐔𝐋𝐓𝐔𝐑𝐄 βœ… πŒπ€π‘π‘πˆπ€π†π„ π‹πˆπ…π„ βœ… 𝐌-𝐏𝐑𝐄𝐆 βœ… More

Prolog
Chit Chat with Haraboji
Mommy's Fanboy
[Special Chapter] Happy Birthday Jung Minhyung
MERAH JAMBU
[Special Chap] ANOTHER PINK
for him. [Another Pink Sequel πŸ”ž]
Boss
Mommy's Fanboy 2.0
Boss II [Re-Update]
[Special Chapter] Rosenante
Tyty, Do You Love Me?
Entrust
Last Romeo
My Page
Cure
[Special Chapter] Vroom Vroom Squad
ChΓ©rie
Reconnaissant
Pieds nus
barbe Γ  papa πŸ”ž
New Heroes
clair de lune
[Special Chap] Abeille
en fuite
Sourire
[Prequel;] Dear Dream
queenty time
Dear Dream
Dearest
Cure 2.0
fait maison
I L (ambo) U
Mommy's Fanboy 3.0
Teenager vs Teen-anger
our.
tyraphy
SoufflΓ©
Uwugami
a p r i l
J-A-E-H-Y-U-N
Mouette
Bucin
A letter for daddy
r e d. [18+]
Geschwister
chien enragΓ©
Sweet Crime
una lecciΓ³n
Tiroir πŸ”ž
Dream in a Dream
Soulmate
Domestic

New Member

26.1K 2.5K 1.1K
By jeffjung

Jaehyun keluar dari mobilnya bersama Lucas yang masih saja memasang ekspresi bodohnya bahkan ketika keduanya sudah masuk kedalam rumah mewah terasa hangat tersebut.

"Daddy pulang!"

Seru Jaehyun serak setelah melepas sepatunya, perkataan sang ayah tak ayal mengundang Mark yang sedang mewarnai di depan televisi seketika berlari kencang untuk menemui Jaehyun yang sudah berjongkok siap menerima tubrukan penuh sayang dari jagoan kecilnya.

"Daddy!!" pekik Mark girang sembari memeluk Jaehyun yang mengusak kepalanya. Anak kecil itu tertawa riang namun kemudian langsung berhenti ketika melihat seseorang yang familiar dimata kecilnya.

"Ung? Cas? Haraboji chingu?"

Mark melepas pelukannya pada sang ayah untuk melihat seseorang berdiri dibelakang punggung Ayahnya. Anak berusia hampir dua tahun itu menunjuk Lucas yang sedang meringis lebar dan melambaikan tangan kepadanya.

"Siapa nak?"

"Apakah daddy sudah pulang?"

Suara Taeyong dari dalam kamar, tak berselang si ibu yang sedang menggendong Jeno terlihat berjalan menuju ruang tamu untuk turut menyambut suaminya, namun ia kemudian sedikit terkejut ketika mendapati seorang remaja yang sangat ia kenal tengah berdiri diantara Jaehyun dan Mark dengan senyum lebar dan mata penuh binar kekaguman yang ditujukan kepadanya.

"Eoh, ada tamu?"

Suara lembut Taeyong mengalun di telinga caplang Lucas yang seketika memerah. Dalam pengelihatannya dunia seakan sedang berjalan lambat bersamaan dengan kelopak bunga mawar yang seolah-olah menghujani Taeyong yang kini mendekat kearahnya.

Lelaki mungil itu terlihat sangat cantik dengan baju tidur berwarna putih gading dan wajahnya yang luar biasa menawan walau tanpa sentuhan make up. Kakinya yang panjang terus berjalan anggun mendekati Lucas yang sudah merentangkan tangan ketika melihat senyum Taeyong yang mengembang.

Lucas mengikis jarak agar bisa semakin dekat dengan sang pujaan hati yang masih berpendar senyum penuh aroma gula yang amat manis, tangannya bergerak berusaha untuk memeluknya namun beberapa saat kemudian kegiatannya itu buyar akibat ulah Mark yang menarik-narik celananya.

"What are you doing cas?"

Tanya bocah kecil itu polos pada Lucas yang masih mematung dengan gestur tangan seperti sedang memeluk seseorang tapi nyatanya tak ada Taeyong dalam pelukan seperti yang ia bayangkan justru pilar rumah lah yang ternyata kini dipeluknya.

Lucas terlonjak dari khayalannya lantas menoleh kemudian menganga lebar ketika melihat Jaehyun sedang asik mencium bibir Taeyong didepannya dengan mesra tanpa segan seolah Lucas adalah mahluk tak kasat mata diantara mereka. Setelahnya terdengarlah bunyi seperti ranting patah yang berasal dari dalam hati Lucas.

Setelah memberikan ciuman selamat datang Taeyong menatap Jaehyun penuh tanya. Tumben sekali suaminya ini membawa seseorang masuk kedalam rumah dan mengapa remaja itu bisa muncul di Seoul, mengingat bagaimana buruknya hubungan Jaehyun dan Lucas, Taeyong menyimpulkan pasti ada satu hal yang membuat Jaehyun membawanya kemari.

"Akan kuceritakan nanti."

Ujar Jaehyun yang paham dengan tatapan istrinya, Taeyong kemudian mengangguk dan mempersilahkan Lucas duduk di sofa sedangkan Jaehyun menuju ke kamar setelah sebelumnya menggendong Jeno yang tertidur.

— —

Setelah makan malam dan menyiapkan kamar untuk ditempati Lucas Taeyong segera menyusul suaminya yang sedang berbaring diatas ranjang mengeloni dua putranya yang telah jatuh tertidur. Sang istri menyusun bantal untuk bersender di kepala ranjang, sebuah gestur tersirat untuk menagih janji penjelasan pada sang suami yang sudah nampak setengah teler karena kelelahan—lebih tepatnya stress mengurus Lucas seharian.

"Jadi dia datang jauh-jauh dari Gangwon untuk melamar kerja tapi lowongannya sudah tutup?"

"Omo, malangnya Lucas."

Respon Taeyong penuh keprihatinan pada cerita Jaehyun barusan tentang bagaimana awal mula Lucas bisa ikut pulang kerumah bersamanya. Taeyong tiba-tiba merasa iba, ia tau sendiri jarak Gangwon dan Seoul itu cukup jauh dan Lucas itu masih remaja sangat berbahaya berkeliaran sendiri di kota besar seperti ini. Tepat memang jika Jaehyun mengajaknya pulang kerumah, karena Taeyong yakin seacuh apapun suaminya ini pasti ia tak akan tega meninggalkan seorang bocah luntang-lantung dijalanan tanpa tempat tinggal.

"Apa kau tidak bisa memberinya pekerjaan sayang?"

Tanya Taeyong sembari merogoh sesuatu milik Jaehyun dibawah sana, yang ditanya kemudian menggeleng cepat dan mempernyaman posisi guna lebih leluasa menciumi leher istrinya.

"Umurnya baru 17 tahun. Tidak mungkin aku memperkerjakan anak dibawah umur bun."

"Apa? 17 tahun?" pekik Taeyong kaget, "Kukira dia sudah 21 atau diatasnya." Sambungnya lagi.

"Jangan tertipu dengan fisiknya, otaknya masihlah bodoh seperti anak TK." Cibir Jaehyun, sambil tak mengindahkan Taeyong yang berusaha melepaskan tangan besar Jaehyun dari putingnya. Jaehyun itu pintar sekali mencuri kesempatan, ia bahkan tak sadar sejak kapan suaminnya bisa menelusupkan tangan kedalam bajunya.

"Apa dia putus sekolah?"

"Sepertinya." Jawab Jaehyun seadanya.

Keduanya kemudian terdiam, Taeyong yang menatap kosong langit-langit kamar dengan ekspresi berfikir sedangkan Jaehyun sibuk mencari puting susu sang istri dengan bibirnya. Memonopoli aset milik Jeno dan Mark itu untuk dinikmati sesaat, beruntungnya Taeyong malam ini sedang dalam mode kalem karena biasanya induk kucing itu tak akan pernah membiarkan Jaehyun menyentuh putingnya dengan berbagai macam alasan.

"Dad,"

"Hm."

"Bagaimana jika kita menyekolahkannya?"

"APA?"

Hisapan Jaehyun pada dadanya secepat kilat terlepas bersamaan dengan matanya yang melotot menatap istrinya tak percaya, "Apa maksudmu?" tanyanya tak paham.

"Lucas pasti putus sekolah karena dipaksa orang tuanya bekerja di ladang. Kasihan sekali kan diusia sekolah begitu ia harus kerja keras dengan pendidikan rendah. Bagaimana menurutmu?"

Taeyong meminta pendapat Jaehyun yang terdiam, sebuah pikiran tiba-tiba terlintas dikepalanya. Bagaimana jika anaknya Mark berada di posisi Lucas yang harus mengorbankan pendidikan dan masa remajanya untuk bekerja membantu orang tua. Membayangkannya saja membuat hati Jaehyun ngilu, bagaimana bisa ada orang tua yang setega itu pada anaknya.

Jaehyun paham tingkat ekonomi seseorang tidaklah sama, namun yang namanya pendidikan bagi anak adalah prioritas utama. Lewat pendidikan kehidupan ekonomi seseorang akan berubah karena suatu saat pasti ia akan mendapatkan pekerjaan layak sesuai dengan tingkat pendidikannya.

Jika hanya bergantung pada kerja kasar dan pendidikan rendah, sekuat apapun bekerja hidup akan tetap berjalan seadanya dan anak cucu selanjutnya lah yang akan jadi korbannya. Sebagai orang tua ia sendiri pun tidak sepaham dengan apa yang dilakukan orang tua Lucas, lantas bagaimana perasaan sendiri Lucas sebagai anak? Pasti bocah itu tetap merasa terbebani dibalik sikapnya yang konyol dan banyak omong.

"Bagaimana?"

Tanya Taeyong lagi, diusapnya kening Jaehyun yang kemudian si suami balas menatapnya.

"Sekolahkan dia di SMA terbaik, aku akan mengurus semuanya."

Ujar lelaki itu pelan pada Taeyong yang kemudian tersenyum penuh kebahagiaan dan memeluknya. Sang istri mengucapkan banyak sekali kata terima kasih ditelinganya. Jaehyun tidak tau rasa apa yang kini sedang bersarang dihatinya namun yang jelas kini yang ia rasakan adalah sebuah dorongan besar untuk bisa membantu bocah itu memperbaiki masa depannya.

— —

Keesokan harinya Lucas terbangun sangat pagi akibat kebiasaan dari camp militer yang masih dibawanya. Dengan perlahan ia membuka pintu kamar dan berjalan pelan menuju dapur untuk membasahi tenggorokannya yang gersang. Sepanjang perjalanan dari kamar ke dapur pemuda itu hanya bisa bergumam "woah" pada setiap kemewahan interior rumah yang ditinggalinya.

Ia masih tidak percaya jika ia bisa menginap di rumah idolanya yang sangat ia kagumi, semalam ia bahkan tak bisa tidur saking gugupnya. Entah kebaikan apa yang sudah diperbuatnya hingga Tuhan memberinya sebuah keajaiban sebagai Fanboy sukses yang bisa berjarak sangat dekat dengan sang idola tak lagi sebatas ponsel berlayar kecil miliknya.

Kini wajah Lee Tiway yang cantik dan terkenal itu bisa ia lihat secara langsung tanpa harus menunggu loading dari ponselnya yang lelet. Jika pulang nanti Lucas akan menceritakan hal ini pada Jungwoo yang pasti akan terkejut atas pencapaian yang ia dapatkan. Menyoal lowongan kerja sudah bukan prioritas utama yang terpenting adalah menimati keindahan ciptaan Tuhan yang ada didepan mata.

"Good morning cas!"

Suara cadel menyambut Lucas yang berdiri diambang pintu geser yang menghubungkan dapur dan halaman belakang. Walau masih terhitung pagi tapi disana sudah ada Mark dan seekor anjing kecil yang langsung menyalak tak suka atas kehadirannya.

"It's okay Ruby. This is cas, haraboji chingu."

"Cas this is Ruby, my twins ehehehe."

Gigi susu Mark yang masih jarang-jarang mengiringi tawanya yang riang, anak itu sedang mengenalkan Ruby pada Lucas yang kemudian ikut tertawa padahal ia tak mengerti apa yang diucapkan Mark. Pemuda itu justru mendekati keduanya.

"Annyeong Ruby!" sapa Lucas dengan suara beratnya pada Ruby yang masih menyalak dan mengelilinginya seperti seorang pencuri. Mark tertawa kemudian memeluk Ruby dan membisikan sesuatu di telinga berbulunya dan dengan ajaib anjing itu kemudian duduk terdiam tak lagi menggonggongi Lucas.

"NOW WE ARE BESTFRIEND!"

"YEAH FRIEND HAEYADWAE!!"

Teriak Lucas menyahuti teriakan kecil Mark dengan mengangkat tangannya keudara, ketiga orang itu mendeklarasikan pertemanan mereka Ketiganya pun larut dalam sebuah permainan yang diusulkan Lucas tanpa menyadari jika si ibu mengintip kegiatan mereka dari balik pintu. Taeyong tersenyum melihatnya, tak menyangka jika Lucas dan Mark cepat akrab dan Ruby pun menyambutnya dengan baik. Jika dilihat mereka berdua sudah seperti kakak beradik yang saling menjaga.

"Mark, Lucas ayo kemari kita sarapan!"

Taeyong memanggil keduanya yang sedang bermain di ayunan, mendengar panggilan tersebut Lucas lantas bergegas menggendong Mark yang masih bermain dan membawanya masuk kedalam rumah.

"Kemari duduk disini." Ucap Taeyong mempersilahkan Lucas yang kemudian duduk didepan Jaehyun yang sudah lebih dulu duduk dimeja makan dan membaca koran paginya, tampak tak terganggu dengan kehadiran Lucas yang sedang membantu Mark duduk diatas baby chair-nya.

Dengan mata berkilauan Lucas mengamati menu yang tersedia diatas meja, ada roti bakar, susu, buah-buahan serta sereal. Makanan yang belum tentu setahun sekali Lucas temui di Gangwon, bahkan untuk sereal disepanjang hidupnya Lucas sama sekali belum pernah mencoba makanan tersebut.

Sang tuan rumah tersenyum maklum dan dengan telaten mengoleskan selai untuk sang suami kemudian menuangkan susu untuk sereal Mark dan Lucas. Keempatnya sarapan dengan tenang walau Mark kadang terkikik melihat cara Lucas memakan serealnya karena menurut si balita Lucas amatlah lucu dengan mulut penuh dan mata bulatnya yang berputar seperti robot rusak.

"Lucas ada sesuatu yang ingin kami bicarakan."

Taeyong memulai pembicaraan tentang kesepakatannya dengan sang suami semalam setelah sarapan selesai. Lelaki kecil itu sesekali melirik Jaehyun yang tampak tenang menyeruput kopinya seolah membiarkan Taeyong leluasa mengutarakan keinginannya untuk membantu Lucas.

"Bicara apa Ibu Mark?"

Lucas menjawab, matanya melirik Jaehyun dan Taeyong bergantian. Dalam hatinya tiba-tiba dihinggapi was-was perihal apa yang ingin disampaikan si tuan rumah, bahkan ia sudah berfikir mungkin keduanya akan segera mengusir Lucas dari rumah.

"Ku dengar kau mencari kerja, benarkah?"

"BENAR TAP—, Iya ibu Mark."

Lucas otomatis memelankan volume suaranya setelah melihat Jaehyun yang mendelik kearahnya dan Taeyong yang kemudian menatap keduanya dengan tawa.

"Bukankah umurmu belum cukup?" ucapnya lagi.

"Iya, tapi bagaimana aku harus mencari uang." Ujarnya pelan, memilin ujung kaosnya yang kumal, Lucas merunduk melihat lantai mengkilap dibawah kakinya dan Taeyong menatapnya prihatin.

"Kau seharusnya belum pantas mencari uang,  anak seusiamu harusnya masih menempuh pendidikan."

Dibalik korannya Jaehyun mendengarkan dengan seksama percakapan antara istrinya dan Lucas, tak ada sedikitpun niat untuk ikut masuk kedalam obrolan. Sudah menjadi kesepakatan jika Taeyong yang akan menyampaikan niat baik keduanya pada Lucas karena jika Jaehyun yang menyampaikan yang ada meja makan itu pasti akan terbelah jadi dua mengingat hubungan mereka yang tak akur bagaikan air dan minyak. Sedangkan Lucas hanya diam tak menjawab pertanyaan Taeyong, karena ia sendiri pun bingung ingin menjawab seperti apa.

"Lucas."

Panggil Taeyong setelah beberapa saat mereka hanya saling diam, lelaki mungil itu menghela nafas kemudian kembali berujar, "Lucas mau tidak sekolah lagi?" sambungnya.

Kepala Lucas langsung naik dari posisinya yang semula menunduk dan menatap Taeyong yang tersenyum lembut kearahnya, "Se—sekolah?" tanyanya dengan gagap dan lawan bicaranya kemudian mengangguk.

Bocah itu terdiam cukup lama, bola matanya yang besar bergerak kesana kemari seolah sedang berfikir keras. Jaehyun yang menatapnya pun jadi tertegun karena Lucas jika sedang berfikir sangat terlihat berbeda dari biasanya. Tidak ada aura remaja bandel dan bengal yang ada hanyalah kesan polos dan lugu bagai anak beruang yang baru lahir.

"Bagaimana?"

Kini Jaehyun yang bersuara, lelaki itu meletakan korannya kemudian melipat tangannya di dada dan menatap Lucas yang juga menatapnya dengan pandangan menuntut jawaban.

"Yuno."

Tegur Taeyong pelan sembari mencubit paha Jaehyun agar suaminya itu segera melunturkan wajah galaknya namun Jaehyun tak menuruti dan masih menatapi Lucas yang kini beralih menatap istrinya.

"Bagaimana Lucas?"

Dengan sabar Taeyong menunggu jawaban, saking asiknya ia bahkan mengabaikan Mark yang sedari tadi meminta dikupaskan buah apel hingga membuat balita itu merajuk dan entah pergi kemana bersama sekutunya; Ruby.

"Aku mau tapi..."

"Tapi?"

"Orang tuaku tidak punya biaya dan di Gangwon sekolah sangat jauh. Tidak memungkinkan."

Cicit Lucas pelan, jauh didalam hatinya memang ingin sekali melanjutkan pendidikan selayaknya remaja seusianya namun berbagai pertimbangan tentang keluarga dan akses sekolah menjadi penghambat, hingga akhirnya sudah dua tahun ini keinginannya masuk SMA harus terkubur karena tuntutan ekonomi dan keputusan keluarga yang tak mendukung.

"Aku dan ayah Mark sudah berbicara semalam. Bagaimana jika kau kami sekolahkan di Seoul. Apakah kau mau?"

"Tak perlu merisaukan masalah biaya, kami akan menanggungnya asal kau bisa sekolah dan belajar dengan giat. Bagaimana?"

Setelah Taeyong selesai berbicara Jaehyun dikagetkan dengan Lucas yang secara tiba-tiba memeluknya sambil menangis sesegukan. Istrinya pun sama terkejutnya melihat bagaimana air mata Lucas mengalir deras sembari memeluk Jaehyun erat.

"BENARKAH ITU AHJUSSHI? KAU AKAN MENYEKOLAHKANKU?"

"Terima kasih Ahjusshi. Terima kasih banyak!" ujarnya tersengal dan Jaehyun hanya diam, dalam hati lelaki itu kembali diselimuti perasaan asing. Ada perasaan bahagia bercampur haru yang membuatnya secara otomatis mengangkat tangan untuk menepuk punggung Lucas dan menenangkannya.

"Mulai minggu depan kau akan jadi seorang siswa." Ujar Jaehyun dengan senyum pada Lucas yang langsung tertawa lebar.

— —

Jam sudah menunjukan pukul dua belas siang dan Lucas selama setengah hari ini hanya berguling-guling tak jelas diatas kasur empuknya sembari memainkan ponsel setelah sebelumnya menelefon kedua orang tuanya di Gangwon untuk menyampaikan jika ia akan cukup lama kembali karena ia akan melanjutkan sekolah di Seoul.

Dan respon orang tua Lucas sudahlah sangat bisa diprediksi, mereka tak begitu perduli akan keadaannya seperti apa dan bagaimana namun justru berpesan jangan pulang jika belum sukses dan mendapatkan banyak uang. Untuk sejenak Lucas merenungi nasibnya yang bisa-bisanya lahir ditengah keluarga miring yang sama sekali tidak ada harmonis-harmonisnya. Jika tau sikap orang tuanya begitu lebih baik Lucas tak usah menelfon saja.

Setengah jam berlalu cepat hanya karena Lucas memikirkan kebaikan dari Jaehyun dan Taeyong, hal ini sangatlah tak disangka-sangka. Memang benar kabar yang berhembus selama ini jika Taeyong sangatlah berhati malaikat, Lucas sendiri kini tengah merasakan kebaikan dan uluran tangannya yang sudah dengan suka rela menyekolahkannya kembali. Pemuda itu tidak tau bagaimana cara untuk membalasnya namun yang pasti ketika sudah sekolah nanti ia akan belajar serajin mungkin agar tak mengecewakan pasangan suami istri tersebut.

Dengan menatap langi-langit kamar yang bersih Lucas menikmati kesendiriannya dirumah besar itu, rumah terasa amat sepi karena si tuan rumah pergi bekerja dan istrinya sedang keluar untuk bertemu ibu mertuanya bersama anak-anak. Tidak ada siapa pun dirumah itu selain Lucas.

Pemuda itu akhirnya bangkit setelah teringat jika ia belum mandi sejak kemarin, tubuhnya lengket dengan kaos kumal yang masih menempel di badan jangkungnya. Dengan tergesa ia berjalan menuju kamar mandi dan kembali memekik takjub saat melihat betapa mewahnya kamar mandi yang sepertinya tiga kali lebih besar daripada kamarnya di Gangwon.

Berjalan kesana kemari Lucas memegangi berbagai macam benda yang belum pernah dilihatnya, pemuda itu bahkan membuka kaosnya dan berpose didepan kaca layaknya seorang model yang memperlihatkan perutnya yang kotak-kotak.

"Wah kau tampan juga ya hahahaha."

Ujarnya pada pantulan dirinya sendiri didepan cermin kemudian tertawa tak jelas, "Begini kah rasanya jadi orang kaya?" katanya sembari berputar-putar dengan tangan dibelakang punggung bagaikan seorang Raja Joseon serta mulut yang dimonyong-monyongkan.

"Wohooo, mari mencicipi air orang kaya!"

Katanya sebelum masuk kedalam kubus kaca dimana terdapat shower didalamnya. Lucas segera bergegas melepas celana hingga menyisakan boxernya saja. Pemuda bongsor itu siap menerima segarnya air yang mengucur sebelum,...

"AAAAAKHHHHH PANASSSS!!!"

Lucas terlonjak kaget ketika suhu air yang panas mengenai kulitnya yang kemudian serasa terbakar. Bocah itu bahkan sudah menempel di kaca pembatas saking terkejutnya.

"Hoh? hoh? kenapa panas sekali airnya?"

Monolog Lucas sembari memegangi shower ditangan dan menggaruk-garuk kepalanya bingung.

"Bagaimana aku mandi jika panas begini?" ujarnya frustasi sembari berjongkok di lantai kamar mandi yang licin, memutar otak bagaimana caranya agar air dari shower tersebut dingin.

"AHA!" teriaknya sambil menjentikan jari ketika sebuah ide terlintas dikepalanya.

"Ku tunggu saja sampai dingin." katanya lagi dengan senyuman dan dengan sabar menunggu agar air dari shower dingin sesuai harapannya.

"Sudah dingin belum ya?"

Lima belas menit berlalu Lucas kembali berdiri karena sudah cukup lama menunggu air menjadi dingin, dengan penuh semangat bocah itu kembali memutar keran shower namun kemudian kembali berteriak karena air yang masih terasa panas bahkan sampai mengepulkan uap yang memenuhi ruangan.

"Kenapa ini? kenapa masih panas?"

Lucas masih bingung memegangi shower-nya, "Atau ku tiup saja ya supaya airnya dingin?"

Maka dengan sepenuh hati Lucas meniupi air yang keluar dari shower sampai bibirnya terasa kaku karena terlalu lama menghembuskan nafas tapi airnya tetap saja panas. Bocah itu kemudian membanting showernya karena kesal.

"Ah sialan, mau mandi saja repot sekali!" ujarnya marah-marah.

Kruuuukkk

"Aduhhh..."

Lucas memegangi perutnya yang berbunyi, berurusan dengan air panas tiba-tiba saja membuatnya lapar, pemuda itu kemudian mencebik.

"Ah aku tau!"

Setelah menemukan ide Lucas segera menyambar handuk dan berlari keluar kamar mandi menuju dapur, berhenti sesaat ia mengingat-ingat pesan si tuan rumah yang mengatakan jika lapar ia boleh memasak ramen yang ada di lemari.

Maka Lucas bergerak cepat, membuka satu persatu lemari kemudian menemukan banyak bungkus ramen cup di laci paling bawah. Pemuda itu tertawa riang dan kembali berlari ke kamar mandi untuk melaksanakan idenya.

"Ternyata ada hikmahnya juga airnya tak kunjung dingin hehehe."

Tawanya menggema di kamar mandi yang lengang, sambil membuka penutup ramennya Lucas kemudian menuangkan air dari shower kedalam cup ramen lalu memasukan berbagai bumbu pelengkap yang ada didalamnya. Dengan perasaan riang ia menunggu mienya masak, sesekali bersenandung lagu random dari bibirnya yang tebal.

"Selamat makan!"

Katanya riang dan segera menikmati ramennya dengan lahap tanpa jijik karena makan di dalam kamar mandi. Rasa lapar benar-benar mengambil alih jiwanya hingga membuatnya tuli dan tak menyadari jika seseorang tengah mengintipnya dibalik pintu kamar mandi.

"HEI SIAPA KAU?"

"KENAPA ADA DI RUMAH MOMMY KU?"

— —

Siapa dia?

23.12.18

Continue Reading

You'll Also Like

271K 37.2K 26
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
80K 8.3K 27
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
165K 14.2K 79
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
133K 12.5K 25
[Update: Senin-Selasa] "I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian...