REMENTANG

By scrtwrt7_

3.9K 389 131

[ Akan direvisi ] REMENTANG ( Rembulan, Mentari, & Bintang ) Dan dia adalah Mentari yang memberikan sinarnya... More

Bintang yang Hilang
Remang
Lentera Lama
Lentera Lama (1)
Lentera Lama (2)
Fajar
Fajar (1)
Fajar (2)
Bintang itu Kembali
Mentari
Mentari (1)
Aldebara(n)
Aftab
Aftab (1)
Awan Putih
Menghitam
Menghitam (1)
Menghitam (2)
Senja
Senja (1)
Malam
Malam (1)
Malam (2)
Menjelang
Menjelang (1)
Terik
Terik (1)
Terik (2)
Langit
Langit (1)
Terbit
Terbit (1)
Terbit (2)
Q & A
Pekat
Pekat (1)
Pekat (2)
Lentera Hilang
Lentera Hilang (1)
Jawaban Atas Bintang
Langit Keruh
Langit Keruh (1)
Langit Keruh (2)
Langit Keruh (3)
Badai Malam
Badai Malam (1)

Cahaya

256 21 8
By scrtwrt7_

~☆~

Dan saat itu aku sadari, entah siapa yang lebih dahulu memulai; aku atau kamu. Begitu lancang mengukir cerita yang berjudul 'kita'. Yang semestinya tiada.

~☆~


Seusai Arsen mengantarnya hingga depan gerbang sekolah, Kelina memutuskan langsung menuju lobi sekolah, di mana dirinya harus mengisi daftar hadir seperti murid-murid lain.

Hari ini sekolah mengadakan acara akhir semester. Kelina---gadis yang beranjak umur tujuh belas tahun itu berjalan dengan lambat. Lobi sekolah tampak begitu ramai. Murid-murid memenuhinya dengan berpakaian vintage. Itu adalah bagian dari tema event sekolah kali ini.

Kelina masih memegang buku sketsa di tangannya. Tadi dia berniat ingin memamerkan hasil goresan jemarinya semalam pada Arsen. Namun, sepertinya Kelina urungkan. Itu bukan sebuah kebanggaan yang harus dia tunjukkan pada Arsen.

"Ee---eeh."

Bruk!

Prang!

Tubuh Kelina sempurna terjatuh. Sebuah botol minum berhasil membasahi buku sketsa yang terlempar tak jauh dari Kelina. Dia meringis. Siapa pun itu, Kelina merutuki yang telah menabraknya.

Kelina sempat melihatnya. Seorang laki-laki bertubuh jakung di depan sana berlari. Ia seperti tengah terburu-buru memasuki sekolah. Tak salah lagi, itu orang yang sudah menabrak Kelina. Lihat saja, tidak butuh waktu lama Kelina menjadi pusat perhatian di lobi sekolah.

"Kel? Lo gak apa-apa?"

Itu Fira---teman sebangku Kelina di kelasnya. Kelina langsung bangkit dibantu oleh Fira. Tak lupa, dia mengambil buku sketsa serta botol minum yang tampak sedikit retak dengan tutupnya terbuka itu.

Kelina tersenyum tipis. "Makasih, Fir."

"Lo serius gapapa, Kel?" Raut wajah Fira tampak cemas di sana.

"Gak apa-apa."

"Emang siapa, sih, yang nabrak lo tadi?"

Kelina mengendikkan bahu. "Gak tahu."

Mendengar jawaban Kelina, Fira membuang napasnya dengan kasar. "Gue juga baru dateng, gak sempat liat siapa yang nabrak lo tadi."

Kelina hanya melambaikan tangannya tidak peduli. Itu bukan hal penting untuk dibahas sekarang. Kelina sudah terlalu kesal dengan dirinya terjatuh. Lebih baik Kelina mengajak Fira untuk segera masuk ke dalam sekolah.

Setelah mengisi daftar hadir, mereka berdua langsung menuju lapangan utama di mana acara sekolah itu dilaksanakan. Di sana telah ramai dengan sulapan dekorasi sedemikian rupa. Warna-warna vintage memenuhinya.

Acara pembukaan telah dimulai. Sambutan demi sambutan berlangsung dengan lancar. Sehabisnya rundown sambutan itu, Fira berpamitan pada Kelina. Katanya dia ingin menghampiri sepupu perempuannya yang kebetulan satu sekolah.

Tidak aneh lagi bagi Kelina, Fira memang sangat dekat dengan sepupunya yang satu itu. Kelina pun memutuskan duduk pada kursi yang ada di pinggir lapangan. Dia menyelipkan botol minum kosong di genggamannya ke sisi ransel.

Kelina mengeluh gusar melihat buku sketsanya yang malang. Kelina mau tak mau harus mencoba mengeringkannya di sana, tak hirau orang lalu lalang di hadapannya. Goresan tinta dalam buku itu telah memudar dan rusak, itulah yang Kelina sedihkan.

Kelina sama sekali tidak tahu laki-laki yang menabraknya itu. Jika saat itu dia sempat tahu, Kelina ingin sekali langsung menimpuknya dengan botol minum kosong ini.

Pasti botol minum ini milik laki-laki itu, pikir Kelina.

Kelina menghela napasnya panjang. Dia meletakkan buku sketsa yang setengah kering tersebut di sisi kosong kursinya.

Matahari mulai naik. Kelina menyeka kening. Terik langit yang menerpanya cukup membuat Kelina haus. Sepertinya Kelina harus beranjak untuk membeli minum. Kelina menghampiri salah satu stand yang tak jauh dari panggung besar di depan sana.

"Kelina? Lo mau beli apa?"

Ternyata itu Fira dan Julia---sepupu perempuannya. Kelina baru sadar, stand yang Kelina kunjungi ternyata milik kelas Julia.

"Lemon tea satu."

Julia mengangguk. "Segera dibuatkan."

Acara pertunjukan telah berakhir. Di atas panggung sana tengah di persiapkan untuk rundown selanjutnya. Itu adalah acara puncak utama. Musik DJ. Banyak murid yang mulai berkumpul memadati depan panggung.

"Ini lemon tea lo, Kel."

Kelina menoleh, menerima. "Terima kasih."

Usai mendapatkan minumannya, Kelina kembali menatap kesibukan panggung. Fira dan Julia berlari meninggalkan stand demi mendapatkan barisan penonton paling depan.

DJ pun sepertinya telah datang. Teriakan saling bersahutan. Kelina bisa melihatnya dengan jelas. Bahkan Kelina tidak mengenali bintang tamu itu. DJ itu menyambut para murid dengan meriah, dia mulai memutar musiknya.

Musiknya begitu berdentum. Kelina sangat dapat merasakannya. Kepala Kelina mulai terasa berat. Dentuman itu membuat Kelina amat pusing.

Tapi ... Seketika semua suara itu terdengar menakutkan.

Ya, Kelina ketakutan.

Kelina mencoba menutup kedua telinga sekuatnya. Siapa pun, Kelina butuh keluar dari sini. Suara dentuman itu berubah menjadi suara yang menyeramkan. Kelina takut.

Dalam diri Kelina berteriak, tolong!

Tiba-tiba ada sebuah tangan menariknya. Kelina tidak berontak, dia juga tidak memperdulikan siapa yang membawanya. Yang dia tahu sekarang hanya takut. Kelina ingin semua suara itu menghilang.

Kelina masih memejamkan matanya rapat-rapat. Dia masih tidak berani melawan suara itu.

Kelina bisa merasakannya, dia seperti di bawa ke sebuah ruangan. Dan ketika pintu itu di tutup, semua suara hilang.

"Tenang ... "

Kelina mulai memberanikan diri tuk merenggangkan kedua tangannya dari telinga. Suara kebisingan itu sudah tidak ada lagi. Sebuah tangan hinggap di bahu kiri Kelina.

"Lo gak apa-apa?" lanjut orang itu.

Kelina perlahan coba membuka matanya. Dia sedikit mengangkat kepalanya melihat siapa pemilik tangan itu. Kelina mengerjap. Seorang laki-laki jakung kini di hadapannya.

"Muka lo pucet banget."

Kelina masih bungkam. Kini mereka tengah berada di ruang laboraturium bahasa. Laki-laki jakung itu memutuskan berbalik, duduk di lantai seraya bersandar pada tembok di bawah papan tulis.

Kelina masih tidak mengerti. Ketakutannya begitu saja hilang saat suara itu lenyap. Tetapi yang Kelina pertanyakan adalah pemuda yang bersamanya sekarang.

Kelina pun berbalik, ikut menyusul duduk di samping laki-laki jakung itu. "Lo ngapain bawa gue ke sini?"

Pemuda itu menatap Kelina. "Nolongin lo."

"Lo punya trauma?" lanjutnya.

Kelina diam. Dia harus jawab apa?

"Mata lo bilang 'ya'."

Kali ini Kelina menatapnya dengan lamat.

"Gue pernah nemuin orang kayak lo. Trauma dan takut."

Mendengar itu, Kelina langsung bangkit. Dia mulai tidak nyaman oleh pembahasan pemuda ini. "Gak usah sok tahu!" ketusnya.

"Eh, tunggu!" Baru saja ingin beranjak, pergelangan tangan Kelina ditahan olehnya.

"Itu botol minum gue?"

Kelina menoleh. "Jadi, lo yang nabrak gue tadi pagi?!"

"Gue gak sengaja. Gue buru-buru." Pemuda jakung itu sedikit merasa takut melihat wajah geram Kelina.

"Gara-gara lo buku sketsa--" Kelina tak melanjutkan kalimatnya. Dia teringat sesuatu yang sedari tadi Kelina lupakan.

"Buku sketsa ini punya lo?" Pemuda jakung itu menjulurkan buku yang tergulung. Benar, buku sketsa Kelina.

Kelina langsung merampasnya. "Kenapa buku ini ada sama lo!"

"Tadi gue nemu--"

"Ok. Gak peduli. Gue mau pulang!"

"Gue antar."

"Gak!"

"Sebagai tanda maaf sudah nabrak lo."

"Kenapa gue harus percaya sama lo?"

"Karena gue gak ada niat jahat sedikit pun, dan gue pantas lo percaya."










------------------------------

A.n :

'Dan gue pantas lo percaya'?
Pantas gak, guys?😢huhuhu...

Vote & Coment!!!

Continue Reading

You'll Also Like

5.7M 382K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
6.1K 1.1K 29
Hanya tentang cowok bernama Hugo Aviceena dari sudut pandang seorang Blue Narendra.
6.5M 276K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.1M 104K 56
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...