MY PERFECT BADBOY

De citortor

430K 35.9K 2K

Baca biar tau keseruan Sasuke dan Sakura. Mais

MPB | Satu
MPB | Dua
MPB | Tiga
MPB | Empat
MPB | Lima
MPB | Enam
MPB | Tujuh
MPB | Delapan
MPB | Sembilan
MPB | Sepuluh
MPB | Sebelas
MPB | Dua Belas
MPB | Tiga Belas
MPB | Empat Belas
MPB | Lima Belas
MPB | Enam Belas
MPB | Tujuh Belas
MPB | Delapan Belas
MPB | Sembilan Belas
MPB | Dua Puluh
MPB | Dua Puluh Satu
MPB | Dua Puluh Dua
MPB | Dua Puluh Tiga
MPB | Dua Puluh Empat
MPB | Dua Puluh Lima
MPB | Dua Puluh Enam
MPB | Dua Puluh Tujuh
MPB | Dua Puluh Delapan
MPB | Dua Puluh Sembilan
MPB | Tiga Puluh
MPB | Tiga Puluh Dua
MPB | Tiga Puluh Tiga
MPB | Tiga Puluh Empat
MPB | Tiga Puluh Lima

MPB | Tiga Puluh Satu

9.4K 855 57
De citortor

PLAGIAT DI LARANG MENDEKAT!

***

Sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Gadis yang kini duduk di sebelah Sasuke itu hanya terdiam sedari tadi. Sakura memang akan menjawab pertanyaan Sasuke, namun dengan singkat.

"Liburan besok, ikut ke Villa ya?" tanya Sasuke yang berhasil mengalihkan tatapan Sakura.

"Mau apa disana?" tanya gadis itu.

Sasuke tersenyum menatap Sakura, "Membuat kenangan," jawabnya.

"Untuk apa?"

"Untuk kita ceritakan pada anak-anak kita nanti," jawab Sasuke yang tidak mendapat respon apa-apa dari Sakura. Gadis itu masih menatapnya polos. Mungkin otaknya masih loading saat ini.

"Tidak mau," jawab Sakura setelah lima menit kemudian. Raut wajahnya tampak kesal dengan semburat merah yang tidak terlalu kentara di kedua pipinya.

"Bodo amat," sahut Sasuke berpura-pura acuh.

"Yasudah pulang sana," gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ketika Sasuke kini menatapnya dengan kekehan kecil.

"Nanti, aku masih merindukanmu,"

"Besok masih ada hari jika kau lupa," sahut Sakura.

"Besok jangan sekolah," ucap Sasuke serius. Kali ini ia menatap kekasihnya dengan tajam.

"Iyah," jawab Sakura pelan dengan kepala tertunduk.

Sasuke mengusap kepala Sakura pelan.
"Sini," ucapnya seraya menepuk pahanya.

Sakura tersenyum tipis dan merebahkan tubuhnya di sofa dengan berbantalkan paha Sasuke.

"Minggu depan kita ke Villa," ucap Sasuke.

Sakura mengerutkan keningnya bingung.
"Berapa hari?"

"Tiga," jawab Sasuke.

"Pasti sama Ayah-"

"Aku sudah meminta ijin sama Ayah Bunda, tenang saja," potong Sasuke membuat Sakura tersenyum tipis. Lagi-lagi pikirannya teralihkan jika bersama Sasuke. Pemuda itu mempunyai ribuan cara agar membuat Sakura nyaman berada di dekatnya.

"Ino ikut?" tanya Sakura.

Sasuke mengangguk dan mengusap kepala Sakura menggunakan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menggenggam tangan Sakura yang berada di atas perut gadis itu.

***

"Sensei-"

"Saya akan percaya jika kamu membawa bukti,"

Ino bangkit dari sofa yang ia duduki dan menatap pria yang menjabat sebagai kepala sekolah dengan tajam.
"Anda bicara seperti itu karena Anda bukan seorang perempuan," ucapnya tajam.

"Laki-laki yang melakukan, perempuan yang menjadi korban. Dan yang disalahkan? Perempuan," jelasnya dengan mata yang masih menatap pria dihadapannya dengan tajam.

Dengan menahan amarahnya, Ino pergi dari ruangan dan menutup pintu dengan kencang. Membuat Jiraya menghela nafas berat dan mengelus dadanya.

Ino berjalan di koridor dengan tatapan kosong. Bahkan saat ini iris Aquamarine nya berkaca-kaca ketika membayangkan bagaimana keadaan Sakura saat ini. Ia berniat mengunjungi sahabatnya sepulang sekolah nanti.

"Ino," panggilan di belakangnya membuat langkah kaki Ino berhenti dan menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap Sasuke yang berjalan ke arahnya diikuti oleh Sai di belakangnya.

"Aku ingin bicara dengan mu," ucap Sasuke seraya menatap Ino datar.
Sedangkan Ino menatap Sai sejenak sebelum mengangguk dengan raut wajah yang hampir menangis.

Mereka berjalan ke arah taman belakang sekolah dalam diam. Sesampainya di sana, Ino lebih memilih duduk dan menatap Sasuke, "Aku tidak tau pasti. Tapi saat aku menemukan Sakura di UKS, ada Gara disana,"

Rahang Sasuke mengeras saat itu juga.

"Dan kau pasti sudah tahu bagaimana keadaan Sakura," sambung Ino pelan.
"Aku sudah mengajukan laporan pada pihak sekolah, tapi kurasa hanya kau yang bisa,"

"Thanks," respon Sasuke dan kemudian berjalan meninggalkan mereka setelah menepuk bahu Sai pelan.

"Kenapa masih bersedih?" tanya Sai setelah duduk di samping Ino.

"Sakura-"

"Sasuke akan mengurusnya. Tugasmu hanya memotivasi. Jangan ikut bersedih," potong Sai lembut.

"Kau semakin jelek jika bersedih," lanjut Sai yang membuat Ino mendengus kecil mendengar nya.

***

Sakura menatap makanan di meja makan tanpa minat. Gadis itu sedari tadi hanya menatap makanan tersebut tanpa ada niat memakannya. Deru mesin mobil di depan rumahnya membuat gadis itu tersenyum tanpa sadar.

Gadis itu menunggu beberapa saat sampai-

"Forehead!" -seruan panjang dari sahabatnya membuat senyuman Sakura luntur.

Sakura mendapat pelukan dari samping yang berasal dari sahabatnya. Bukannya ia tidak senang jika Ino menjenguknya. Gadis itu bahkan tersenyum manis menatap Ino.

"Aku baik-baik saja," ucap Sakura sebelum Ino menanyakan pertanyaan yang sudah ia duga.

"Kau pasti mengharapkan Sasuke datang kan?" tanya Ino dengan memicingkan matanya.

"Memang dia tidak datang?" tanya Sakura polos.

Ino tertawa mendengarnya, "Datang. Tapi ada materi tambahan kelas XII,"

Sakura menatap Ino curiga, " Kenapa kau bisa tahu?"

Ino menatap Sakura dengan bibir yang sudah maju beberapa centimeter, "Aku dekat dengan Sai jika kau lupa," ucapnya.

"Jangan menuduhku yang tidak-tidak," sambung Ino kemudian.

Sakura membulatkan matanya karena lupa jika Ino tengah dekat dengan Sai. Dimana pemuda berkulit pucat itu satu kelas dengan kekasihnya. Ternyata Ino tahu jika ia sempat berpikiran yang tidak-tidak.

"Maaf," ucapnya dengan senyuman bersalah.

Ino mengangguk dan menatap sekelilingnya seakan tengah mencari seseorang, "Dimana Bunda?"

"Pergi," jawab Sakura.

Ino kembali mengangguk, "Itu kenapa makanannya tidak dimakan?" tanya Ino seraya menunjuk makanan Sakura dengan dagunya.

"Malas. Makan saja jika kau mau,"

"Kau masih dalam tahap penyembuhan Forehead. Jadi kau harus makan," ucap Ino seraya mengambil sendok Sakura dan memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya sendiri.

Sakura pun menggeleng dengan senyuman tertahan.

"Enak?" tanya nya pada Ino.

Ino pun mengangguk dan melanjutkan acara makannya.

Sebenarnya, tadi Ino itu menasehati Sakura apa menasehati dirinya sendiri? Ckkckck.

***

Sasuke menatap tajam hujan yang turun dengan deras. Pasalnya, saat ia ingin pergi ke rumah Sakura. Hujan tiba-tiba turun dan membuatnya mengurungkan niat karena memang sangat deras. Jika hanya hujan biasa saja, Sasuke masih berani.

Ingin menghubungi kekasihnya? Sasuke lupa membeli pulsa. Chat? Kuota nya habis. Lengkap sudah nasib Sasuke. Pemuda yang saat ini mengenakan sweater berbahan dasar katun itu menghela nafas berat karena ia tidak langsung tancap gas ke rumah kekasihnya dan malah kerumahnya terlebih dahulu.

Sasuke berharap hujan yang turun tiba-tiba menjadi reda. Ia takut jika Sakura marah karena ia tidak menjenguknya.

Lain dengan Sasuke. Lain juga dengan Sakura yang saat ini tengah mendengarkan hujan dengan posisi tengkurap di atas ranjangnya. Pikirannya terpusat pada kekasihnya yang tumben tidak datang hari ini.

Ino bilang jika Sasuke ada materi tambahan. Dan Sakura hafal jika les Sasuke pulang jam 5. Tapi sampai sekarang, pemuda itu tidak menampakkan batang hidungnya. Sakura juga tidak egois karena hujan turun dengan sangat deras. Tapi setidaknya, Sasuke mengirimnya pesan atau menghubungi nya.

Sakura membuka ponselnya dan mengirimi Sasuke pesan.

Sasuke

Sakura menghela nafas ketika pesan tersebut hanya centang satu. Dimana artinya Sasuke mematikan datanya.

Sudah pulang kan?
😑
😐

Sakura meletakkan ponselnya ketika merasa tidak akan ada balasan dalam waktu singkat. Gadis itu perlahan memposisikan dirinya dengan benar dan menarik selimut sampai sebatas lehernya. Memejamkan mata dan berharap hari cepat berganti.

Agar ia bisa cepat bertemu dengan kekasih tampannya itu.

***

Sakura menggeliat pelan ketika merasakan getaran pada ranjangnya. Emeraldnya yang tertutup perlahan terbuka. Tangannya meraba-raba mencari asal dari getaran tersebut. Setelah mendapatkan ponselnya, Sakura segera menekan tombol hijau saat menerima sebuah panggilan yang entah dari siapa.

"Sayang,"

Kelopak mata Sakura terbuka sempurna mendengar suara Sasuke.

"Sayang?"

"Sasuke," sahut Sakura pelan.

"Maaf tidak bisa kerumah hari ini,"

Sakura mendengar nada menyesal dari pemuda yang kini meneleponnya.

"Iya, kenapa menelpon?" tanya Sakura pelan. Karena memang sudah larut. Lagipula ia juga masih mengantuk.

"Takut kamu marah,"

Sakura tersenyum manis dengan mata terpejam.

"Kamu belum tidur?"

"Belum, aku kepikiran kamu terus. Tadi kuotaku habis, maaf ya. Ini saja pakai paketan malam,"

Lagi-lagi Sakura tersenyum mendengar alasan Sasuke. Jadi, kekasihnya menunggu jam satu agar bisa menghubungi Sakura? Manis sekali.

"Sasuke,"

"Hm?"

"Tidur, nanti sekolah," ucap Sakura pelan.

Ia bisa mendengar jika kekasihnya terkekeh pelan.

"Iyaya? Yasudah, maaf ya ganggu tidur kamu. Sayang kamu,"

Sakura terkekeh mendengar ucapan Sasuke. Tanpa menanggapinya, ia mematikan telepon tersebut. Karena jika ia masih menanggapi ucapan Sasuke. Bisa di pastikan jika mereka akan berbicara sampai fajar datang. Kekasihnya mempunyai banyak sekali kosa kata dan topik dalam hidupnya. Saat bersama Sakura. Ingat, hanya saat bersama Sakura.

Sakura melanjutkan tidurnya dengan senyuman manis. Membayangkan bagaimana wajah Sasuke saat ini. Indah. Seindah bulan purnama.

Mungkin, tidurnya akan sangat nyenyak dengan memimpikan hal-hal yang manis bersama Sasuke.

***

•TBC•

Continue lendo

Você também vai gostar

Hate or Love? De ini cimol

Ficção Adolescente

114K 8.8K 16
Hinata membenci Sasuke dan membuatnya menyesali pertemuan mereka. tetapi, Sasuke merasakan hal yang sebaliknya. ia merasa sangat senang mereka bisa b...
2.1K 137 6
Apa jadinya jika seorang Hermione Granger selingkuh dari seorang pria tampan,seksi,dan populer seperti Draco Malfoy? Well...This story is about our b...
397K 24.9K 35
WARNING! 18+ Mengandung kekerasan. Pembantaian, pelecehan, perbudakan, dan bahasa kasar lainnya. Menceritakan tentang sebuah Kaisar kejam dan dingi...
105K 9.3K 35
Sebuah cerita tentang rasa cinta yang rela dipendam dalam luka yang membara. .