Summer, Mom and Watermelon

By jeffjung

1.9M 163K 42.1K

𝐔𝐖𝐔𝐂𝐔𝐋𝐓𝐔𝐑𝐄 βœ… πŒπ€π‘π‘πˆπ€π†π„ π‹πˆπ…π„ βœ… 𝐌-𝐏𝐑𝐄𝐆 βœ… More

Prolog
Chit Chat with Haraboji
Mommy's Fanboy
[Special Chapter] Happy Birthday Jung Minhyung
MERAH JAMBU
[Special Chap] ANOTHER PINK
for him. [Another Pink Sequel πŸ”ž]
Boss
Mommy's Fanboy 2.0
Boss II [Re-Update]
[Special Chapter] Rosenante
Tyty, Do You Love Me?
Entrust
Last Romeo
My Page
Cure
[Special Chapter] Vroom Vroom Squad
ChΓ©rie
Reconnaissant
Pieds nus
barbe Γ  papa πŸ”ž
New Heroes
clair de lune
[Special Chap] Abeille
en fuite
Sourire
[Prequel;] Dear Dream
queenty time
Dearest
Cure 2.0
fait maison
I L (ambo) U
Mommy's Fanboy 3.0
New Member
Teenager vs Teen-anger
our.
tyraphy
SoufflΓ©
Uwugami
a p r i l
J-A-E-H-Y-U-N
Mouette
Bucin
A letter for daddy
r e d. [18+]
Geschwister
chien enragΓ©
Sweet Crime
una lecciΓ³n
Tiroir πŸ”ž
Dream in a Dream
Soulmate
Domestic

Dear Dream

26.1K 2.6K 1K
By jeffjung

.
.
.
.

Dipenghujung senja Taeyong berbaring menyamping sembari termenung mengelusi perut buncitnya menghadap pada jendela besar yang menampilkan pemandangan kota Seoul dari kamar inapnya, guna membunuh bosan yang melanda karena hampir seharian ini menghuni kamar VVIP bernuansa biru yang dipenuhi dengan beberapa ornamen penyambutan bayi yang disiapkan saudara serta sahabat-sahabatnya sendirian.

Besok adalah hari yang dipilihnya bersama Jaehyun sebagai hari kelahiran putra keduanya. Walau hatinya merasa resah menanti detik-detik menuju persalinan sebisa mungkin Taeyong mencoba tetap tenang selain untuk menguatkan dirinya sendiri ia juga memikirkan kondisi Jaehyun yang sering sekali ia dapati terbangun dimalam hari beberapa minggu belakangan.

Bukannya Taeyong tak tau jika lelaki itu diam-diam memiliki ketakutan yang sama, bahkan jika diukur kadarnya mungkin Jaehyun jauh lebih ketakutan daripada Taeyong sendiri. Tak dapat dipungkiri bayang-bayang kelahiran Mark masihlah sangat membekas dalam ingatan Jaehyun, namun lelaki itu selalu bersikap sok tegar hanya demi membuat Taeyong tak banyak fikiran dan merasa terbebani dengan kehamilannya.

Taeyong tau itu tapi ia hanya bisa diam dan kadang menangis sendiri melihat kegigihan sang suami melawan trauma dan ketakutannya demi buah hati yang ia nanti-nanti. Lelaki mungil itu hanya bisa berdoa supaya segala hal tentang bayinya selalu diberi kelancaran agar kepercayaan yang sudah diberikan Jaehyun padanya tak ia sia-siakan.

"Kau meninginkan sesuatu sebelum memulai puasamu?"

Sebuah suara diiringi kecupan dipelipis membuyarkan lamunan Taeyong, lengan Jaehyun yang entah sejak kapan berbaring dibelakangnya terjulur melingkari perut sedangkan dagu lancip sang suami disampirkan diatas bahu sempitnya.

Taeyong menggeleng lemah "Aku hanya ingin kau disini menemaniku" Ujanya, jemari Jaehyun yang behiaskan cincin pernikahan perak ia genggam kemudian dikecupi berkali-kali. Jaehyun terdiam lalu merunduk untuk menghirup aroma sang istri dari bahunya yang berbalut baju pasien berwarna biru.

"Aku akan selalu menemanimu sayang" Balas Jaehyun.

Taeyong tersenyum amat lembut sembari menatap matahari yang kian condong kebarat, tangan lentik berbalut selang infus itu bergerak untuk mengusap pipi sang suami yang menikmatinya sembari memejamkan mata.

"Senja selalu mengingatkanku padamu" gumamnya, Jaehyun lalu membuka matanya perlahan setelah mendengar kalimat sang istri.

"Bagian mananya?"

"Tangisanmu," si mungil menoleh dan mendapati Jaehyun menatap kosong kearah kaca jendela

"Ku mohon jangan pernah menangis lagi" sambung Taeyong dengan suara serak yang membuat Jaehyun langsung tertunduk dalam

"Aku hanya akan menangis didepanmu"

Pelukan Jaehyun pada perutnya melonggar ketika Taeyong berbalik untuk menatapnya. Jari terlunjuknya bergerak lurus perlahan dari kening, hidung hingga bibir kissable Jaehyun yang terbuka. Diusapnya bibir itu dengan ibu jarinya, matanya menatap lurus pada netra Jaehyun yang sendu. Dalam jarak sedekat ini Taeyong dapat merasakan hembusan nafas hangat Jaehyun yang penuh akan kegelisahan, matanya kemudian tertutup dan mendekatkan wajahnya secara perlahan pada bibir sang suami yang menyambut ciumannya.

Ciuman itu begitu lembut bagai alunan denting piano yang biasa Jaehyun mainkan ketika hujan, bibir keduannya menyatu saling perpangut penuh perasaan. Tangan Jaehyun meraih tengkuk Taeyong untuk memperdalam ciumannya, melumat bibir kecil itu dengan kasih sayang. Penyatuan bibir itu bagaikan tiang sandaran bagi keduanya yang sedang mencari penguatan dari segala kegelisahan satu sama lainnya.

"Tidurlah, besok kau akan bagun pagi-pagi sekali" Jaehyun berujar setelah ciuman keduanya terlepas, Taeyong masih terdiam menatap manik Jaehyun yang tak berani menatapnya karena menahan tangis.

"Nyanyikan aku sebuah lagu sebelum tidur"

Taeyong bekata setengah bebisik tepat didepan bibir Jaehyun, tubuhnya lalu dibawa mendekat untuk masuk dalam dekapan sang suami. Dekapannya hangat dan begitu nyaman seolah menjadi penyembuh bagi apapun yang mengusik relung hatinya. Jaehyun kemudian balas memeluk dengan air mata yang mulai menetes membasahi pipinya.

Perasaan itu muncul lagi, perasaan takut akan kehilangan yang kembali menghantuinya. Jaehyun ketakutan sampai-sampai kepalanya serasa ingin pecah dan dadanya seolah meledak dengan keresahan. Sebuah bayang-bayang akan perpisahan kembali mengusik keteguhan hati dan rasa percayanya pada sang istri. Walaupun sekuat hati ia berusaha dan berdoa agar semua dapat berjalan baik-baik saja namun hati dan pemikirannya masih digerogogoti ngilu akan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi seperti kala itu.

"Kau akan tetap disini bersamaku, jangan takut aku pun begitu. Setelah ini jangan pernah menangis lagi. Mari kita jalani ini semua dengan bahagia"

Kalimat Taeyong membuat Jaehyun tak bisa lagi menahan tangisnya, biar saja jika sekarang ia dianggap sebagai laki-laki lemah. Ia hanya ingin menangis, benar-benar menangis sekencang-kencangnya. Menumpahkan rasa takutnya lewat bahasa isakkan memilukan yang hanya didengar oleh telinga Taeyong yang juga mulai ikut menangis. Keduannya terisak dan saling memeluk untuk meyakinkan diri bahwa mereka harus kuat melanjutkan perjuangan menjeput sang buah hati.

Jaehyun menggenggam dan menciumi kedua tangan Taeyong disela isakannya lalu ia mulai membimbing istrinya untuk berdoa;

Tuhan, hari ini kami datang ke hadapanmu dengan segala kerendahan hati. Aku memohon kepadamu berilah kekuatan dan ketenangan pada Istriku. Tabahkanlah dia dalam menghadapi sakit bersalin ini. Tenangkanlah hatinya, betapa ia sudah berjuang keras menjaga titipan-mu selama sembilan bulan ini tanpa mengeluh tanpa mengaduh. Aku mencintainya dengan seluruh jiwaku, jika ia merasa sakit akupun merasakannya

Untuk itu, semoga sesudah kesakitan dan pengorbanannya yang berat ini engkau senantiasa memberikan kegembiraan dan kesehatan pada Istriku, panjangkanlah umurnya karena lewat ia seorang malaikat kecil akan lahir kedunia untuk mengisi dan melengkapi hari-hari kami yang diharapkan selalu penuh dengan suka cita dan kebahagiaan. Lindungilah keluaga kecil kami. Amin

Jaehyun mengakhiri doanya kemudian mencium kening sang istri dengan sayang, Taeyong pun demikian mengecupi telapak tangan Jaehyun berkali kali sebagai bentuk terima kasih tak terhingga atas rasa cinta dan sayang sang suami selama ini kepadanya, kesabaran serta kesetiaanya yang tanpa batas membuat Taeyong banyak-banyak beryukur dalam hati karena dipersatukan dengan sosok seperti Jaehyun.

"Tidurlah, akan kunyanyikan sebuah lagu agar kau lekas mengantuk" Taeyong tersenyum lalu mengangguk, membiarkan Jaehyun menyeka air matanya dan membawanya kembali masuk dalam dekapan. Lelaki itu mulai bersenandung lirih di telinganya

I can show you the world
Shining, shimmering splendid
Tell me, princess, now when did
You last let your heart decide?

I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over sideways and under
On a magic carpet ride

A whole new world
A new fantastic point of view
No one to tell us no
Or where to go
Or say we're only dreaming

A whole new world
A dazzling place I never knew
But when I'm way up here
It's crystal clear

That now I'm in a whole new world with you
Now I'm in a whole new world with you
Unbelievable sights
Indescribable feeling
Soaring, tumbling, freewheeling
Through an endless diamond sky

A whole new world (Don't you dare close your eyes)
A hundred thousand things to see (Hold your breath, it gets better)
I'm like a shooting star
I've come so far
I can't go back to where I used to be

A whole new world (Every turn a surprise)
With new horizons to pursue (Every moment, red-letter)
I'll chase them anywhere
There's time to spare
Let me share this whole new world with you

A thrilling chase
A wondrous place
For you and me

Suara merdunya membuat mata rusa Taeyong pelahan memberat dan tertutup masuk kealam mimpi dalam dekapan hangat Jaehyun yang tak pernah beranjak meninggalkannya barang sedetik pun sampai pagi menjemput.

***

Pagi-pagi buta Jaehyun sudah terjaga dan telah memandikan Taeyong yang kini tengah dipakaikannya baju ganti khusus operasi. Matanya sedari tadi tak lepas menatap wajah cantik sang istri yang tampak segar walau kecemasan masih tecetak jelas dimatanya. Jaehyun merunduk dan menciumi kening Taeyong tanpa pernah bosan sebagai penenang walau hatinya sendiri berdegup tak karuan.

Tak berselang lama seorang perawat datang untuk mengecek tekanan darah Taeyong, Jaehyun setia mendampinginya sampai perawat itu mengatakan bahwa kondisi tubuh Taeyong telah siap untuk menjalani operasi dan menginteruksikan Ayah satu anak itu untuk mengurus kepeluan administrasi dalam prosedur operasi Sectio Secaria yang akan dijalani Taeyong, dengan berat hati Jaehyun harus pergi meninggalkan Taeyong sendiri besama perawat yang tadi memeriksanya.

"Tunggu sebentar ya sayang aku akan segera kembali" Pamit Jaehyun pada Taeyong yang sudah ia dudukan di kursi roda, si kecil mengangguk namun beberapa saat setelahnya terlihat kebingungan mencari sesuatu

"Jaehyun kau lihat Sam?"

Kegiatan Jaehyun mencari berkas dari dalam tasnya terhenti oleh suara Taeyong, lelaki itu kemudian menoleh mendapati raut kebingungan sang istri yang sedang-mencari cari boneka beruang kesayangannya disekitar ruangan.

"Astaga aku lupa membawanya sayang!" Jaehyun membolakan matanya begitu sadar boneka itu tak dibawanya saat berkemas barang untuk dibawa kerumah sakit. Taeyong murung diatas kursi rodanya, boneka itu adalah pemberian Ayahnya sewaktu kecil yang selalu menemaninya tidur dan dibawa kemanapun ia pergi. Jaehyun yang melihat wajah mendung Taeyong pun menyesali keteledorannya, Istrinya itu pasti tidak tenang jika tidak membawa boneka itu dalam pelukannya.

"Aku akan mengambilnya," Mata Jaehyun melirik pada jam yang menempel di dinding kamar inap, masih ada waktu setengah jam sebelum operasi dimulai dan ia merasa waktunya cukup untuk kembali kerumah dan mengambi boneka Sam.

"Aku tidak apa-apa tanpa Sam, asal kau disini Jaehyun" cegah Taeyong memegangi kemeja Jaehyun yang sudah hendak beranjak meninggalkannya.

"Hanya sebentar, aku tau kau tidak akan tenang tanpa Sam. Aku segera kembali" ujar Jaehyun kemudian, menghiraukan Taeyong yang hanya bisa mengangguk pasrah. Lelaki itu mengecup lama bibir Taeyong kemudian bergegas meninggalkannya setelah menitipkannya pada perawat.

"Ah kebetulan kau disini Hyung, tolong temani Taeyong sebentar"

Jaehyun menghentikan langkahnya saat bertemu dengan Sehun di koridor rumah sakit, lelaki itu berdiri didekat pilar ruang UGD dengan jas dokter yang membalut tubuh tingginya

"Memangnya kau mau kemana?" Tanya Sehun yang mendapati gestur teburu-buru Jaehyun yang sesekali mengecek ponselnya

"Aku akan mengambil Sam sebentar, titip kesayanganku ya!" Lelaki berbibir tipis itu kemudian melirik alrojinya dengan kening berkerut dalam

"30 menit lagi operasinya dimulai Jaehyun, apakah sempat?"

"Sempat hyung, aku pergi ya!"

Jaehyun baru hendak melangkah lagi menuju basement untuk mengambil mobilnya, sebelum Sehun mencekal lengannya dan sang adik ipar pun reflek menoleh "Kenapa hyung?"

"Jika kau pulang kerumah, tolong ajak Ayah kemari ya? Tadinya aku ingin sekalian membawanya tapi ia sedang tertidur. Jika sudah bangun bawalah dia" Jaehyun mengangguk cepat setelahnya, kemudian berjalan tergesa meninggalkan Sehun yang terus menatap punggungnya yang pelahan hilang diujung koridor.

"Hati-hati Jaehyun"

***

Pintu ruang inap Taeyong terbuka, menampilkan Sehun yang datang dengan sebuket bunga baby breath di tangannya. Lelaki itu mendekat dengan senyum kearah Taeyong yang sudah merentangkan tangannya minta dipeluk dengan mata berbinar

"Apa kau merasa baik?" Tanya Sehun ketika pelukan erat adiknya terlepas, Taeyong mengangguk lucu sembari memangku buket bunganya.

"Jangan takut semua akan baik-baik saja" Sehun menenangkan, dengan jelas ia membaca raut kecemasan diwajah adik kecilnya. Walau disembunyikan pun Sehun akan tetap tau karena ia hafal betul watak Taeyong seperti apa.

Keduanya kemudian terlibat obrolan ringan, terutama laporan Sehun tentang Mark yang sudah ia titipkan pada Ibu Jaehyun selama Taeyong menjalani persalinan dan betapa antusiasnya sang putra menyambut kelahiran adik kecilnya. Obrolan mereka kemudian untuk sejenak terhenti ketika dering dari ponsel Sehun yang berbunyi di saku celananya.

"Baiklah"

Taeyong yang sedari diam mendengarkan percakapan telefon sang kakak mengerutkan alisnya melihat raut wajah Sehun yang tiba-tiba berubah, setelah panggilan berakhir kakaknya itu kemudian menyimpan ponselnya kembali kedalam saku celana dan bejongkok tepat di depan kursi roda Taeyong

"Ada apa hyung?"

Pandangan bertanya urung Taeyong hilangkan dari wajahnya, Sehun untuk sesaat terdiam dan melirik kembali alrojinya yang menunjukkan pukul 9.50, sepuluh menit lagi operasi Taeyong akan dilaksanakan

"Jaehyun..." Ragu-ragu Sehun berusaha menjawab pertanyaan Taeyong yang melihatnya dengan pandangan menuntut

"Jaehyun kenapa?" Tanyanya tak sabaran, jawaban berbelit Kakaknya membuat Taeyong berfikir yang tidak-tidak mengingat sang suami tadi pergi dengan terburu-buru. Ia takut terjadi sesuatu pada Jaehyun

"Jaehyun akan datang telambat, jadi dia memintaku untuk menggantikannya menemanimu diruang operasi"

"Tapi dia tidak apa-apa kan?!" Taeyong bertanya dengan nada yang sedikit keras, Sehun kemudian mengangguk samar untuk metakinkan adiknya dan mulai mendorong kursi roda Taeyong menuju keruang operasi.

***

Sensasi pertama yang Taeyong rasakan saat pertama kali masuk ke ruang operasi adalah hawa dingin yang menusuk sampai ketulang, ini adalah kali pertamanya masuk ruang operasi dalam keadaan sesadar-sadarnya dan secara suka rela.

Tubuh ringkihnya perlahan diangkat Sehun untuk dibaringkan diatas ranjang yang sangat pas dengan ukuran tubuhnya, dikanan dan kiri ranjang itu terdapat sayap yang seolah menyalibnya. Sudah mulai terbayang dikepala Taeyong akan ingatanya yang lalu-lalu namun Sehun dengan tenang terus menggenggam tangannya yang berkeringat.

Taeyong hanya terdiam ketika paramedis mulai mengerubungi tubuhnya, bisa Taeyong lihat ada beberapa Dokter yang menanganinya; Dokter Jumnyeon si Spesialis kandungan dan dua lagi Spesialis Anastesi dan Spesialis Anak serta beberapa perawat yang membantu jalannya proses persalinan.

Didalam hati Taeyong berdoa saat selang bantu pernafasan mulai menancap di hidung bangirnya, selang kateter yang dipasang sesaat sebelum operasi pun diperiksa. Taeyong kemudian dibantu duduk kembali oleh Sehun untuk menerima suntikan epidural anastesi di bagian tulang belakangnya. Lelaki mungil itu menjerit tertahan sambil meremas tangan Sehun ketika jarum menembus kulitnya dan menimbulkan efek panas yang membakar punggung. Dokter Anastesi dengan setia berdiri disampingnya untuk memantau reaksi tubuh Taeyong terhadap dosis bius yang diberikan.

Tak berselang lama Taeyong mulai merasa setengah badannya mulai mati rasa. Ia sadar dan sober namun tak berdaya, kakinya tak bisa digerakkan serta tangannya yang mulai diikat disayap tempat tidur bagai seorang tawanan.

Sehun meringis pilu melihat ketidak berdayaan adiknya diatas ranjang operasi, walau ia juga seorang dokter namun melihat orang yang disayanginya dalam keadaan bertaruh nyawa membuatnya tak tega, hatinya bagai teriris. Matanya melirik tirai yang membatasi Taeyong dengan dokter yang tengah menanganinya, bagaimana darah mulai keluar saat Junmyeon menyayat kulit perutnya. Sehun merasa pusing mendadak dengan bau anyir darah adiknya yang sedang ia usap dengan sayang puncak kepalanya.

Ditengah kesadarannya Taeyong masih bisa mendengar jelas bunyi Hospital Beep yang berdetak seirama detak jantungnya seolah-olah selalu mengingatkannya bahwa ia tengah berjuang sebagai Single Fighter yang dikeroyok paramedis

"Hyung?"

"Ya?"

"Apa begini ya rasanya Eomma ketika melahirkanku?" lirih Taeyong di telinga Sehun, Kakaknya itu kemudian tersenyum

"Ya, kurasa begitu"

Taeyong ikut tersenyum dan menatap kosong pada lampu terang diatas kepalanya

"Saat melahirkan Minhyung aku bertemu Eomma dan David di dalam mimpi"

"Benarkah??" Sehun menanggapi cerita polos adiknya dengan bisikkan

"Hu'um, Eomma sangat cantik dengan dress putih saat ia menyerahkan Minhyung padaku, sedangkan David sudah tumbuh dewasa dan amat tampan. Tubuhnya tinggi dan gagah sepertimu dan wajahnya mirip sekali denganku"

"Aku seolah bercermin ketika menatapnya" sambung Taeyong

Sedangkan Sehun menunduk dalam, cerita Taeyong kembali mengingatkannya pada peristiwa pilu 28 tahun yang lalu. Saat itu Sehun masih terlalu kecil untuk mengerti bahwa tangisan pilu Ayahnya adalah karena sang Ibu yang kehilangan nyawa diruang operasi.

Hari itu begitu membekas dihati Sehun ketika ia juga mengetahui fakta bahwa adiknya ternyata kembar namun salah satunya tak dapat diselamatkan dan pergi dihari yang sama dengan sang Ibu. Hingga akhirnya Sehun dan sang Ayah harus menerima keadaan, angan-angan tentang kedua adik kembarnya lenyap begitu saja. Bukan hanya satu, tapi dua nyawa sekaligus rela bertukar demi menyambung hidup Taeyong yang setelahnya pun masih terus berjuang, berjuang untuk tetap hidup dengan tubuh ringkihnya dan berjuang hidup tanpa sosok Ibu yang sama sekali belum pernah terekam sosoknya dalam memori kecilnya.

"Ada dua detak jantung yang mengalun dalam dadaku hyung, dan detak jantung David lah yang membawaku kembali lagi pada Jaehyun" imbuh Taeyong dengan suara putus-putus dan tersentak ketika merasakan tekanan keras pada perutnya.

***

Jaehyun sampai dirumah sakit bersama Ayah mertuanya, tangannya dengan sabar dan telaten menggandeng serta memapah sang Ayah kemudian mendudukannya di bangku depan ruang operasi yang menyala merah pertanda operasi sedang dilakukan didalam sana. Lelaki berdimples itu melirik jam ditangannya sudah lewat dari 20 menit dari waktu penjadwalan operasi, beruntunglah Sehun ada untuk menemani perjuangan istrinya didalam sana walau jantungnya dag dig dug ingin lepas karena cemas.

"Taeyong akan baik-baik saja Yuno" Ujar sang Mertua di tempat duduknya, tangannya menarik lengan Jaehyun yang mondar-mandir tak karuan untuk tenang dan duduk disisinya.

"Setelah ini kebahagiaanku sebagai Kakek akan sempurna, bukankah begitu?" imbuhnya sembari menatap kosong pada langit-langit koridor rumah sakit yang lengang, Jaehyun menunduk dan mengelus jemari keriput ditangannya. "Aboji akan punya dua jagoan mulai hari ini" ucap Jaehyun dengan senyum bergetar.

"Ayah akan meminta Ibumu menceritakan bagaimana rupa si kecil nanti" Aboji berkata parau, menepuk-nepuk telapak tangan Jaehyun di genggamannya.

"Aboji..." lirih Jaehyun menggenggam erat sang mertua yang menatapnya dengan air mata memupuk di ujung mata rentanya. "Aboji!" katanya setengah berteriak, kepalanya digelengkan frustasi sedangkan Aboji tersenyum sembari mengangguk seolah meyakinkan Jaehyun yang nafasnya mulai naik turun karena menahan tangis, matanya ditutup rapat-rapat merasakan perasaan sedih dan takut yang benar-benar menyiksanya.

Setelah beberapa saat Jaehyun menghela nafasnya pelan "Jika memang Aboji sudah lelah istirahatlah, maka ijinkan aku mulai hari ini menggantikanmu untuk memikul semua tanggung jawab dan melakukan hal-hal yang biasa kau lakukan sebagai Ayah. Terutama melindungi dan mencintai Taeyong"

"Aku iklas" ujarnya dengan suara serak, Aboji mengangguk lemah dengan senyum tipisnya.

Nafas senjanya tak beraturan terdengar ditelinga Jaehyun yang kemudian mulai panik dan kebingungan "Ayo kita temui dokter Aboji" Jaehyun hendak bangkit namun tangan lemah sang mertua mencegahnya "Tidak usah, aku hanya ingin tidur sebentar. Bangunkan aku jika bayinya sudah lahir" ucapnya pelan nyaris terdengar sebagai bisikkan. Jaehyun mematung ditempat duduknya dengan air mata berderai deras ketika kepala sang mertua disandarkan pelan diatas bahunya.

"Ayah menyayangimu Yuno" ujarnya lirih sebelum tangan renta itu terkulai diatas pangkuan Jaehyun.

***

Taeyong menangis kencang saat bayi merah itu diangkat perawat untuk ditempatkan diatas dadanya. Perasaanya campur aduk merasakan kebahagiaan atas kelahiran putra keduanya, Sehun disampingnya tak kalah bahagia karena keponakannya lahir dengan selamat dan sehat.

"Siapa yang akan menggunting tali pusarnya?" Tanya Dokter Junmyeon ditengah kegiatannya menjahit kembali perut Taeyong sebelum pengaruh bius menghilang dari tubuh pasiennya.

"Jaehyun mungkin sudah ada diluar Tae" Ujar Sehun pada Taeyong yang sibuk mengelusi bayinya dalam pelukan "Dia seharusnya melihat wajah Ayahnya pertama kali, bukan wajah tampan Uncle nya" tambah Sehun penuh canda, "Aku akan keluar dan biar Jaehyun yang menemanimu" Taeyong tertawa kemudian mengangguk pada Sehun yang kemudian meminta ijin suster untuk keluar ruangan.

"Jaehyun, bayinya sudah lah--"

"Stttt" ujar Jaehyun lirih dengan wajah piasnya membuat Sehun menatapnya heran, matanya melirik pada sesosok yang bersender pada bahu Jaehyun yang menatapnya dengan mata sayu penuh air mata.

"Ayah baru saja tertidur, hyung..." Jaehyun tersengal disela ucapannya, "Aku akan masuk setelah memastikannya tidur dengan nyenyak"

Tubuh Sehun langsung melorot dan kebingungannya terjawab setelah mendengar ucapan Jaehyun, separuh nyawanya entah hilang kemana. Dengan tergesa ia mendekati tubuh sang Ayah yang duduk dengan senyum diatas bangku, dingin itulah yang pertama kali Sehun rasakan ketika menggenggam tangannya, ia kemudian melirik Jaehyun dengan pandangan bertanya meminta kepastian bahwa yang sekarang ada didepannya hanyalah mimpi semata, namun sesaat kemudian air matanya turun tak terbendung ketika melihat Jaehyun menggeleng lemah dengan isakkan yang semakin keras. Sehun menatap ayahnya tak percaya kemudian mulai bersimpuh dan meraung diatas pangkuannya, kedua lelaki itu menangis amat pilu didepan sang Ayah yang sudah tak bernyawa.

"Kenapa kau menangis?" Tanya Taeyong pada Jaehyun yang tak henti-hentinya menciumi puncak kepalanya, lelaki itu hanya diam sesekali menggeleng kemudian menatap wajah sang istri dan bayinya bergantian. "Wajahnya persis seperti Aboji" ujarnya mengalihkan perhatian Taeyong pada wajah sembabnya.

"Benar, wajahnya seperti Aboji dan matanya sepertimu. Sepertinya aku tidak kebagian jatah" Taeyong berkata riang dengan wajah berseri memandangi putranya yang tertidur diatas box bayi disampingnya. Jaehyun tersenyum getir, haruskah ia menghancurkan kebahagiaan istrinya dengan menyampaikan kabar duka yang dibawanya?

Mata Taeyong bergerak melirik ruang inapnya yang sepi, hanya ada dia Jaehyun dan si bayi dalam ruangan besar yang penuh dekorasi ini, rasanya sepi padahal saudara serta teman temannya sudah mengetahui perihal kelahiran si kecil hari ini, tapi sudah lewat setengah hari dari persalinannya mereka tak kunjung datang, membuatnya agak terheran.

"Aboji dan hyung kenapa belum datang sayang?"

"Minhyung dan eomma juga, Ten dan Johnny pun tak ada kabar,"

"Jangan bilang mereka mengerjaiku!" ujar Taeyong dengan wajah cemberut, gerakan Jaehyun yang menciumi punggung tangannya pun terhenti untuk sesaat dan menatap wajah Taeyong dengan sendu

"Aboji sedang tidur, mereka akan datang nanti" jawabnya sembari memeluk Taeyong yang berbaring diatas ranjang "Fokuslah pada penyembuhanmu dan bayi kita. Jangan pikirkan yang lain" tambahnya

Taeyong mengangguk dan mengelus punggung suaminya yang entah mengapa terlihat begitu sedih hari ini, hatinya mulai berfikir yang aneh-aneh. Apakah Jaehyun tak bahagia dengan kelahiran putranya?

"Jaehyun?"

"Hm?"

"Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" tanyanya setelah pelukan Jaehyun terlepas, Taeyong menatap tegas pada mata lelakinya yang kemudian tersenyum.

"Iya" jawaban Jaehyun membuat Taeyong mengerutkan alisnya

"Apa yang kau sembuyikan?"

"Ini" balas Jaehyun sembari mengeluarkan setangkai tulip kuning dari belakang punggungnya membuat sang istri memandangnya heran.

"Namanya adalah Jung Jeno"

"Jeno berarti surga. Surga ditengah-tengah Jung, seorang putra yang bekerja keras bagaikan raja" ucap Jaehyun mengelus permukaan merah pipi bayi keduanya dan menempatkan tulip didalam vas diatas meja. Taeyong tersenyum dengan nama indah yang diberikan suaminya untuk sang anak

"Ayah dia Jung Jeno, anakku" gumam Jaehyun lirih


***

Empat hari berlalu sejak kelahiran Jeno, Taeyong diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Penyembuhan pasca operasinya berlangsung cepat, walau belum terlalu kering namun sayatan sisa operasinya tak terlalu menghawatirkan. Yang justru perlu dikhawatirkan adalah kondisi psikis Jaehyun yang terlihat amat perpuruk akhir-akhir ini, hatinya benar-benar bimbang mencari-cari cara bagaimana memberi tahu Taeyong kabar duka yang disimpannya selama beberapa hari ini, walaupun Jaehyun tau semakin lama menyembunyikan sama saja menyakiti Taeyong. Satu sisi ia tidak ingin menghancurkan kebahagiaan istrinya satu sisi lagi sebagai anak ia harus memberi tahu kebenarannya

"Kau melamun" tegur Taeyong pada Jaehyun yang termenung dibalik stir mobilnya, Istrinya itu menatap Jaehyun penuh selidik dengan memeluk Jeno dalam gendongannya. Yang ditatap menggeleng dan tersenyum, Taeyong hanya diam dengan hati penasaran. Ia tau ada sesuatu yang disembuyikan suaminya namun seperti biasa ia akan menunggu Jaehyun siap untuk bercerita.

Mobil hitam itu kemudian berjalan pelan meninggalkan pelataran rumah sakit dan membelah jalanan

"Kita tidak pulang kerumah?" tanya Taeyong begitu menyadari jika Jaehyun berbelok melewati jalan pulang ke arah rumah mereka, Jaehyun hanya diam dan menggenggam tangannya membuat Taeyong semakin bertanya-tanya.

"Kenapa kita kesini?" tanya Taeyong lagi setelah mobil Jaehyun berhenti disebuah gedung yang penuh dengan karangan bunga didepan halamanya, lelakinya kemudian turun untuk menyiapkan kursi roda dan membantu istrinya duduk.

"Jaehyun ada apa ini?" Jaehyun meremat pegangan tangannya pada kursi roda Taeyong dan berusaha tetap tenang mendorongnya menuju ke sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang berbaju hitam. Taeyong tidak bodoh untuk mengetahui apa yang dilakukan orang-orang itu didalam sana, ada kabar duka. Namun siapa?

Semua orang yang ada disana menatap sendu pada Taeyong yang datang dengan Jeno dalam gendongannya, hingga kursi roda itu berhenti tepat di depan Sehun yang menatapnya dengan wajah penuh kesedihan

"Hyung.." panggil Taeyong, Sehun menatap Jaehyun sekilas kemudian bersimpuh didepan Taeyong yang menatapnya penuh tanya.

"Aboji.."

"Sudah tiada"

Setelahnya Jaehyun dengan sigap menopang tubuh Taeyong yang terkulai tak sadarkan diri diatas kursi rodanya.

***

Baca

Aku tau part ini gak asik.

maap .-.
tolong bantu support dengan vote and komen ya
jujur aja aku agak males-males lanjutin karena vote dan komen yg makin kurang. Dan aku mulai mikir kalian bosen sama cerita ini wkwk.
Yg bikin aku semangat itu kalian, kalo voment nya melempem ya mungkin cerita ini sampe sini aja hehe.

But, good news buat yang setia komen dan vote. Im watching you all, wait for notification from me. I'll follow u.
Thank you so much! 💕

24.10.18

Continue Reading

You'll Also Like

215K 17.6K 89
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
706K 51.7K 37
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
158K 25.5K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
215K 19.4K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...