PUZZLE

By mellani_29

251 83 9

#Based on true story# Takkan pernah habis air mataku Bila ku ingat tentang dirimu Mungkin hanya kau yang tahu... More

PROLOG
Pindah Kantor
Kilas Balik (Bimbingan Belajar)
Kilas Balik (Hembusan Angin)
Kilas Balik (Bahagia)
Kilas Balik (Kebun Binatang)
Kilas Balik (Toko Buku, Bioskop)
Kilas Balik (Lulus Sidang)
Kilas Balik (Konflik)
Kilas Balik (Tak selamanya karang itu tegar)
Kilas Balik (Wisuda)
Masalah Anggaran
BANDUNG
Dua Bulan Satu Minggu
Kosong
Kenangan Itu
Janji (kilas balik)
Pemakaman (kilas balik)
Pilihan

Bulan Sibuk

11 4 1
By mellani_29

Bulan ini merupakan bulan tersibuk untuk divisi Rara, bahkan sudah dua minggu ini ia lebih sering menghabiskan jam istirahatnya untuk tetap melanjutkan pekerjaannya dan memilih makan siang diruangan.

Sudah pasti ini menjadi tanggungjawabnya untuk membuat laporan hasil analisa keuangan dari setiap divisi untuk perencanaan perusahaan kedepannya sebelum mengeluarkan budget setiap departemen, setelah menerima laporan dari Mas Yoga dan Tania sebagai timnya, maka tugas selanjutnya adalah mengecek ulang laporan tersebut sebelum dilaporkan ke atasannya yaitu Yudha Wijaya.

Seperti hari ini, ia harus merelakan untuk tidak hadir dalam undangan silaturahmi disebuah yayasan anak yatim yang dulu merupakan tempatnya bekerja, sebenarnya ia sangat ingin pergi dan bertemu dengan wajah-wajah lugu yang selalu nampak bahagia begitu juga dengan ketua yayasan dan para pengasuh disana, mereka sangat ramah dan baik, itu alasannya kenapa Rara masih sering berkunjung ditempat itu meskipun sudah tidak bekerja disana. Apa boleh buat sampai jam delapan malam Rara masih fokus ke komputernya.

Yudha keluar ruangannya dengan tas dipundaknya dan nampak terkejut masih menemukan Rara yang tetap fokus ke komputernya.

"Ra, udah malem lho kok masih disini?" Tanya Yudha

Rara hanya menatap Yudha sebentar dan akhirnya kembali ke layar komputernya,"Ehhmmm." Responnya.

Kali ini Yudha menarik bangku dan duduk dihadapan Rara,"Kamu kenapa maksain diri gitu sih, kan masih ada waktu besok."

"Udah dateline." Jawabnya singkat.

"Nanti kamu sakit kalo diforsir gitu tenaganya, mendingan besok dateng pagi-pagi daripada pulang malem gini."

Rara masih fokus dan tak menghiraukan omongan Yudha.

"Yaudah aku temenin kamu disini kalo gitu." Yudha menyandarkan dirinya ke bangku dan terus memandangi Rara yang masih fokus dengan layar komputernya itu.

Merasa dipandangi dalam waktu yang lama, akhirnya Rara mulai membuka mulutnya untuk mengucapkan kalimat sekali tarikan nafas seperti orang mengucap ijab qobul,"Gak usah nungguin disitu Pak, besok juga laporannya sudah siap dimeja bapak mendingan bapak pulang aja, kasihan istrinya nungguin tu dirumah."

Hal terkonyol yang tiba-tiba saja Rara ucapkan tersebut menimbulkan senyum lebar di bibir Yudha, "Istri saya lagi sibuk didepan komputer kok, tenang aja dia gak akan marah sekalipun saya menghabiskan waktu saya disini." Kata Yudha masih dengan senyum lebarnya.

"Ohhh..,"Sahut Rara singkat sambil menganggukkan kepalanya.

"Kalo kamu sendiri kenapa masih sibuk didepan komputer? Suami kamu gak ngomel istrinya masih asyik sibuk kerja padahal udah malam gini."

Pertanyaan yang sukses membuat pandangan Rara beralih dari komputernya dan menatap Yudha, "Bapak ngejek saya ya." Katanya sinis.

Yudha tersenyum, senyuman itu yang dulu sering Rara lihat setiap kali mereka sedang belajar bersama, sudah tiga tahun ini tidak pernah ia lihat lagi dan malam ini sukses membuat Rara menatap senyuman itu dalam waktu yang lama tanpa ia sadari.

Yudha menyadari tatapan Rara, tatapan hangat yang telah lama menghilang darinya, pandangan mereka saling beradu dengan ribuan perasaan yang melukiskan itu. Rara segera mengalihkan pandangannya kembali kekomputer setelah ia menyadari senyuman Yudha kembali menghilang.

Sangat dirasakan olehnya, kini jantungnya mulai berdetak tak karuan, segera Rara mengambil gelas berisi air mineral dihadapannya dan meneguknya hampir habis untuk menetralkan apa yang saat ini ia rasakan.

Yudha mengerti jika saat ini Rara sedang gugup, terlihat dari caranya memegang gelasnya sedikit bergetar, namun Yudha memberikan respon yang santai hanya dengan tersenyum, namun senyum penuh arti.

"Kamu belum makan Ra, gimana kalo kita makan dulu yuk sebelum pulang." Ajak Yudha saat Rara sedang bersiap merapikan dokumennya.

Rara menggelengkan kepalanya,"Aku gak laper, aku mau langsung pulang."

Kini mereka berada didalam satu lift untuk turun ke lantai satu, Rara memiringkan kepalanya ke dinding lift nampak sekali kelelahan diwajahnya, Yudha memandanginya dari kaca.

Yudha melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 20.15 WIB,"Aku anterin ya Ra, kamu lelah banget kelihatannya."

"Gak usah Yud, makasih, aku bawa motor kok." Katanya dengan suara lemah.

Ting...pintu lift terbuka, segera Rara melangkah keluar, berjalan menuju lobi, namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat tangannya ditahan oleh Yudha.

"Aku gak mau ambil resiko karyawan aku jatuh dari motor akibat pulang kerja dalam keadaan mengantuk dan memaksakan diri untuk mengendarai motor sendiri."

Rara nampak terkejut,"Jadi kamu doain aku jatuh dari motor?"

Yudha menggeleng,"Gak gitu Ra, kamu tu kelihatan lelah banget dan saat ini kamu ngantuk, aku anterin kamu pulang, motor kamu tinggal dikantor." Kata Yudha sambil menarik tangan Rara untuk menuju ke mobilnya.

Saat ini Rara hanya pasrah mengikuti Yudha, ia bukannya memanfaatkan keadaan namun saat ini Rara merasa badannya sangat lelah, bahkan ia sudah sangat ingin memejamkan matanya dan segera membaringkan badannya dikasur.

"Tidur aja Ra, ntar kalo udah sampe aku bangunin."

"Emang kamu tau rumah aku dimana, sok-sokan nyuruh tidur." Jawab Rara ketus."Jangan-jangan kamu mau nyulik aku ya."

Yudha terbahak,"Wah ide bagus tu Ra, boleh juga nyulik kamu."

Rara mengacungkan kepalan tangannya ke Yudha.

"Ehmmm..gimana kalo aku bisa sampe rumah kamu tanpa kamu tunjukin jalannya?

Rara memicingkan matanya,"Aku curiga jangan-jangan kamu suka ngintilin aku pulang ya?"

Yudha kembali tertawa,"Daripada aku ngintilin kamu sekalian aja aku nganterin kamu, siapa tahu langsung disuruh ngelamar kamu."

Rara tersentak,"Apaan sih ngaco..gak tahu kan rumah aku dimana."

Yudha menatap tajam Rara,"Tiga tahun yang lalu tepatnya hari minggu aku jemput seorang cewek disana, setelah itu kami pergi jemput seorang anak kecil dan mengajaknya ke kebun binatang, sorenya aku mengantarnya kembali kerumah itu, yang sampai saat ini bayangan rumah itu masih jelas difikiranku."

Rara nampak terkejut dan membuang pandangannya ke jalanan,"Itu tiga tahun yang lalu, belum tentu sekarang masih sama dengan waktu itu."

"Ok, kita buktikan." Tegas Yudha,"Kalo aku bener, kamu harus bawain aku bekel tiap hari dan kita makan siang bareng, tapi kalo aku salah kamu boleh minta apa aja ke aku sesuka kamu, setuju?" Tanya Yudha dengan nada serius.

Rara menoleh kearah Yudha dengan ragu ia menganggukkan kepalanya,"Ok, setuju."

Yudha tersenyum dan mulai melajukan mobilnya bergerak meninggalkan pelataran kantornya, hening tanpa suara diantara keduanya. Rara memilih untuk menyandarkan kepalanya, karena rasa ingin tidurnya sangat tinggi, tak lama kemudian ia tertidur. Sesekali Yudha menoleh ke bangku sebelahnya untuk menatap gadis yang dulu pernah hadir dikehidupannya itu.

Jalanan malam itu masih lumayan padat merayap, dan sesekali Yudha harus berhenti mengikuti ritme kendaraan didepannya,"Aku kanget banget Ra sama kamu." Ia memberanikan membelai pipi Rara yang sedang tertidur sangat pulas dan Rara tidak merasakannya.

Cukup memakan waktu satu setengah jam untuk sampai dirumah Rara, Yudha memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah Rara. Rumah yang pernah ia kunjungi beberapa tahun yang lalu itu tidak berubah dari aslinya, hanya warna cat temboknya yang berubah.

Yudha masih terdiam didalam mobilnya, sambil tersenyum ia memandangi rumah tersebut dan beralih menatap gadis disampingnya yang masih terlelap dalam tidurnya.

Tangannya terjulur dan mengusap lembut pipi gadis itu, ia merasakan kehangatan didalam dirinya,"Ra, udah sampe, masuk sana."

Rara membuka matanya dan terkejut saat ini ia sudah berada didepan rumahnya, ia memandang Yudha dengan isyarat menanyakan kenapa ia bisa sampai rumahnya tanpa ia berikan petunjuk jalannya.

"Kamu gak percaya sama aku, kenangan tiga tahun yang lalu itu, bukan hal mudah untuk dilupakan." Masih dengan tersenyum,"Kamu udah janji mulai besok kita harus makan siang bareng." Senyumnya sambil menggoda Rara.

Rara membuka pintu mobil dan bersiap akan turun, namun Yudha masih menahannya sesaat,"Besok pagi aku jemput kerumah."

Rara segera turun dari mobil dan berjalan menuju rumahnya, ia bahkan tak mengeluarkan sepatah katapun setelah ia terbangun dari tidurnya. Entahlah saat ini ia mulai melangkah dengan perasaan yang tak menentu, dan banyak pertanyaan pada dirinya sendiri untuk menggambarkan keadaannya sekarang.

Yudha kembali dengan rasa bahagianya, perasaan yang selama beberapa tahun ini menghilang kini mulai hadir kembali.

♥♥♥

Rara terbangun saat jam bekernya mulai berdering, ia bangun dengan perasaan aneh yang sulit untuk ia ungkapkan, bahagia namun kekhawatiran juga masih menyelimutinya. Bahkan ia menepis agar perasaan yang sudah lama ia kubur agar tidak kembali lagi.

Matanya terbelalak saat pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang bercakap-cakap dengan Angga dan Mamanya diteras, ia mengamati bagaimana orang tersebut menyeruput secangkir kopi. Wajahnya sangat berseri, senyumnya begitu hangat dan bersahaja, wajahnya yang tegas namun good looking, bahkan pemandangan pagi ini membuat Rara betah berdiri lama dengan handuk dipundaknya, ngapain kamu pagi-pagi gini udah nyampe rumah aja.

Pandangaanya segera ia alihkan ketempat lain, saat orang yang dipandangi mulai menyadarkan diri, Rara nampak gugup dan segera berjalan menuju kamar mandi.

Cukup dengan setengah jam Rara berbenah, ia segera keluar kamarnya dengan baju kantornya. Kemeja bergaris biru yang membentuk badannya, celana bahan satin berwarna hitam, menenteng tas dan hanya memulas wajahnya dengan makeup minimalis hampir tak bermakeup. Pandangan Yudha teralihkan pada wangi parfum Rara yang membuatnya semakin jauh ingin memiliki gadis tersebut.

"Ngapain kamu pagi-pagi gini udah kesini." Katanya ketus

"Rara, gak sopan gitu sih." Tegur mamanya,"Sini minum dulu susunya mumpung masih hangat."

Rara duduk samping Angga dan segera mengambil segelas susu hangat kesukaannya, Yudha mengamati gadis itu yang mulai menghabiskan segelas susu, nampak manis dan sisi kekanakannya sangat terlihat.

"Yasudah sana berangkat, ini bekelnya buat Rara sama nak Yudha ya, kuenya nanti dimakan dimobil saja, kalo lama-lama dirumah nanti telat." Kata mama nya dan disambut dengan senyuman oleh gadis itu.

Setelah berpamitan dengan mama dan adiknya, Rara segera berjalan terlebih dahulu ke mobil Yudha. Yudha masih terlihat berbincang dengan mereka dan segera pergi setelah mencium tangan mama Rara.

Rara memandang nya dengan tersenyum, namun segera menyembunyikan senyuman tersebut saat Yudha berjalan menuju mobilnya. Entah perasaan apa yang ia rasakan saat ini, ia tak ingin menyimpulkan semuanya terlalu cepat, tak ingin mengulang perasaannya tiga tahun lalu yang berujung dengan kehampaan untuk itu ia mencoba menepisnya kembali.

♥♥♥

Continue Reading

You'll Also Like

604K 43.4K 40
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
862K 85.9K 25
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
595K 25.5K 40
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
367K 28.4K 37
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...