Araya 1 [END]

By jdvid_

223K 10.5K 1.6K

Araya Pachthiraphan. Gadis tampan asal Thailand ini masih keturunan Indonesia. Sejak sepeninggal ayahnya, ia... More

Neung (1)
Song (2)
Sam (3)
Si (4)
Ha (5)
Hok (6)
Jed (7)
Ped (8)
Gao (9)
Sib (10)
Sib Ed (11)
Sib Song (12)
Sib Sam (13)
Sib Si (14)
Sib Ha (15)
Sib Hok (16)
Sib Jed (17)
Sib Paed (18)
Sib Gao (19)
Yi Sib (20)
Yi Sib Ed (21)
Yi Sib Song (22)
Yi Sib Sam (23)
Yi Sib Si (24)
Yi Sib Hok (26)
Yi Sib Jed (27)
Yi Sib Ped (28)
Yi Sib Gao (29)
Sam Sib (30)
Sam Sib Ed (31)
Sam Sib Song (32)
Sam Sib Sam (33)
Sam Sib Si (34)
Ocehan Author
Extra Part : Honeymoon

Yi Sib Ha (25)

4K 207 2
By jdvid_

Yang diatas itu @kahming.. Yang berperan jadi Poey.. Ingat tak? haha

*******************************************

Araya's POV

Saat aku membuka pintu mobil. Aku benar benar terkejut. Darahku seakan mengalir deras, mataku terbelalak, dan bibirku kelu. Aku tidak bergeming sedikitpun.

Perasaan sangat bahagia tengah menghampiriku. Mataku tertuju pada satu titik. Tepat dihadapanku tengah duduk seorang gadis yang slama ini aku rindukan. Ellen.

Tatapannya lurus kedepan. Aku tau dia menyadari kehadiranku. Tapi dia memilih mengabaikanku.

"Jadi, mau berapa lama lagi menatapnya? Cepatlah masuk" spontan aku tersadar dari lamunanku saat sena berkata. Aku langsung melangkah masuk kedalam mobil. Kami semua telah berada didalam mobil. Aku melirik Ellen yang hanya melirikku sekilas beberapa detik yang lalu. Tatapan kebencian yang ia lontarkan, itu cukup menyayat hatiku. Tapi, aku sadar ini tak seberapa sakit dari yang ia rasakan.

Aku benar benar tidak tahan. Tanpa mempedulikan sekitar. Aku langsung memeluk tubuh mungilnya erat erat. Aku benar benar bahagia. Ellen masih tak membalas pelukanku. Beberapa menit, ia mendorongku dengan cukup kuat. Ia lalu memalingkan wajahnya dan menatap keluar jendela. Terlihat jelas Ellen menangis. Poey memegang pundakku erat. Ia memberi isyarat agar aku membiarkan Ellen tenang.

***

Aku terbangun saat kami sudah tiba ditempat tujuan utama. Curug sewu. Aku masih terdiam karena Ellen sedang terlelap dipangkuanku. Ini bukan kemauannya, tpi aku yang menarik tubuhnya saat aku lihat ia terlelap dengan kepala yang bergoyang goyang kekanan dan kekiri akibat jalanan berbatu.

Kutatap wajah yang selama ini aku rindukan. Ini seperti mimpi. Gadis yang amat kurindukan selama ini tengah berada didekatku. Saat ditengah perjalanan tadi dan Ellen mulai terlelap, Poey dan Sena mulai  bercerita bagaimana mereka bisa bersama Ellen.

Saat aku menghubungi Poey untuk segera datang ke Pekalongan. Setelah itu ia juga menghubungi Ellen untuk ikut bersamanya. Poey memberitahu Ellen bahwa aku kecelakaan. Meskipun Ellen sempat tidak percaya, tapi akhirnya ia mengiyakan ajakan Poey karena bantuan mommy yang ikut memohon pada Ellen utuk pergi ke Pekalongan. Aku tidak tau apa jika suatu hari aku benar benar kecelakaan dan koma lagi Ellen akan percaya atau tidak.

Mungkin itu sebabnya, Ellen semakin marah pada kami. Terutama aku. Sungguh aku tidak tau hal ini. Aku tidak menyuruh mereka untuk mengajak Ellen. Ditambah dengan cara ini.

Saat ini, hanya ada aku dan Ellen yang masih berada didalam mobil. Aku menatap wajah Ellen dengan seksama. Perasaanku terasa campur aduk. Bahagia lalu sedih.

Ku belai rambutnya, lalu pipnya. Aku semakin menundukkan kepalaku hingga bibirku menyentuh bibir Ellen. Aku benar benar tidak bisa menahan kerinduan ini lagi. Kulumat bibirnya dengan sangat lembut. Kurasakan bibirnya yang tipis dan kenyal. Semakin lama, aku menciumnya dengan sedikit nafsu. Sungguh, ini terasa sangat nikmat. Rasanya tak berubah sedikitpun.

Tiba tiba, Ellen terbangun dan langsung memposisikan tubuhnya untuk duduk. Dia menatapku dan alisnya berkerut. Aku tau wajah itu sedang sangat marah sekarang. Tapi ku mencoba memberanikan diri untuk tetap menatapnya.

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus dipipiku. Seketika ia langsung keluar dari mobil. Aku bisa melihatnya berlari kearah poey dan sena. Disana juga ada mommy. Saat ini, mommy memeluk Ellen dan membelai rambutnya. Aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Aku segera keluar dari mobil dan menghampiri mereka.

Ellen memalingkan wajahnya saat aku bergabung dengan mereka. Parahnya lagi, ia langsung berjalan menjauhiku.

Saat ini, mommy menatapku tajam sambil berkacak pinggang.

"Arai a? (Apa?)" Tanya ku bingung.

"Seharusnya kamu bisa membuatnya nyaman lagi. Bukan berbuat seenaknya" omel mommy. Aku tak menjawab sampai mommy juga meninggalkanku.

"Sabar brotha, suatu saat dia akan menyadari bahwa dia juga menginginkanmu kembali, merindukan mu dan yang paling penting, dia akan sadar atas rasa cintanya padamu. Tunggu dan berusahalah sekeras mungkin" ucap poey bak seorang pakar cinta. Aku terkekeh dan mengangguk. Aku mengajak poey untuk ikut turun kebawah dan merasakan air terjunnya sambil Poey merangkul pundakku.

Saat kami telah sampai dibawah, aku bisa mengetahui bahwa banyak pasang mata yang menatap kami, aku dan poey. Tapi, mataku justru tertuju pada satu gadis yang selalu bersinar. Ia sedang duduk termenung diatas batu besar bersama sena. Terlihat jelas sena sedang mengoceh sementara Ellen hanya menatapnya dengan lemah dan sesekali mengangguk.

Byur

Sontak aku menoleh saat poey dengan brengseknya menyiramku dengan air yang ia bawa dengan ember berukuran sedang. Entah dari mana ia mendapatkan itu. Yang jelas aku membencinya. Sialnya dia tertawa puas setelah melakukan itu. Ini membuat bajuku basah hampir seluruhnya. Dan membuat lekuk tubuhku tercetak dengan jelas.

"Ai sat (kata umpatan)!!!" Umpatku. Tanpa basa basi. Aku langsung mengejarnya yang sekarang tengah berlari menuju tempat dimana air teruju itu jatuh. Dia tertawa semakin geli. Aku terus mengejarnya. Dengan sigap aku berhasil merebut ember ditangannya lalu mengambil air dan langsung menyiraminya lebih dari satu kali sampai ia terjatuh. Kali ini aku menang. Aku tertawa terpingkal pingkal. Tanpa mempedulikan orang orang yang menatap kami.

"Ooooiy!! Araya. Poey. Lihatlah berapa umur kalian? Stop bermain main seperti anak kecil" mommy teriak tak jauh dari kami. Kami hanya tertawa tanpa menjawab apapun. Aku meraih tangan poey untuk berdiri dan lalu kami berjalan menghampiri para gadis yang kami cinta.

Sena mengambil handuk dari tas yang dibawanya. Dan segera mengeringkan beberapa titik tubuh poey lalu sena memberikan baju ganti untuk poey. Aku melirik Ellen. Apa tidak ada baju ganti untukku?

"Lihat apa? Lo kan tau tadi gue keluar ngga bawa apa apa!" Ucap Ellen. Aku hanya menghela nafas. Seketika Sena memberikan handuk pada Ellen. Mengisyaratkan Ellen agar berlaku hal yang sama. Aku senang sekali. Tapi, Ellen nampaknya enggan. Aku tak mau ikut memaksanya. Aku bisa melakukannya sendiri.

Saat aku hendak mengambil handuk itu untuk aku gunakan, dengan cepat Ellen meraihnya terlebih dulu. Dan dia mengelap tubuhku yang masih berbalut baju yang basah dengan wajah yang masih cemberut.

Kali ini Sena juga memberikan kaos kering milik poey padaku.

"Pakai itu, atau lo akan kedinginan" ucap poey.

Aku menerima kaos milik poey. Poey sudah bertelanjang dada. Menampakkan otot otot tubuhnya. Dan kini giliranku.

"Kak ar..." sontak aku mendongakkan kepalaku saat refina dan dua temannya yang tidak kukenal tengah berada dihadapanku. Aku bisa melihat jelas bahwa ia terkejut melihat tubuhku yang sudah bertelanjang dada. Oh sepertinya aku lupa, bahwa aku ada disini bersama keluargaku. Aku menyapu pandanganku, kurasa hanya ada gadis gadis yang ikut turun ke bawah serta mommy dan budeku. Tapi sungguh aku tidak peduli.

"Ada apa ref?" Tanyaku datar.

"A.. eng.. ndak papa kak. Cuma mau kasih tau kalau bude nyuruh kakak dan teman kakak buat makan siang" ucap Refi tergagap. Aku melihat mommy sedang dalam perjalanan keatas.

"Oh oke. Thanks atas infonya" ucap ku. Refi hanya mengangguk kikuk lalu segera pergi meninggalkan kami.

"Sena. Harusnya kau berbangga karna suamimu ini lebih gagah dari makhluk disampingnya" ucap poey seraya menatapku.

"Ai hiya (hey sialan). Gagah atau nggak. Bukan dari masa otot. Paham?" Balasku tak terima. Poey hanya terkekeh.

"Jadi. Apa kalian ingin memamerkan otot kalian? Lihatlah gadis gadis yang melihat kalian. Mereka hampir mimisan" ucap Sena. Kami pun segera memakai baju. Tanpa mengganti celana.

Kami sudah setengah perjalanan menuju atas. Dimana para orang tua dan para gadis itu berkumpul. Aku terus berjalan membuntuti Sena dan Ellen. Seketika Ellen berhenti. Nafasnya terdengar tak teratur dan peluhnya membasahi dahi.

"Kamu terlalu capek. Ayo aku gendong" ucapku. Ellen mendelik tak suka terhadapku. Dia tak menjawab dan melanjutkan langkahnya. Beberapa detik kemudian, Ellen hampir saja jatuh jika saja aku tak cepat menangkapnya.

"Awhhh" rintih Ellen. Kakinya terkilir. Tanpa babibu aku langsung berjongkok di depannya.

"Ayo aku gendong aja" ucapku.

"Nggak!" Balas Ellen kekeuh.

"Ellen. Cepat naik kepunggung Araya sekarang. Kalau dipaksakan kakimu akan bertambah parah" ucap Poey. Ellen menatap sena dan poey bergantian. Lalu akhirnya ia setuju untuk menerima jasa gendongku.

Kami telah sampai diatas dan bergabung bersama yang lain. Ellen masih berada dipunggungku. Dia tidak bisa berjalan. Aku yang memaksanya untuk tetap aku gendong. Ia mengeluh risih karena tatapan para gadis dan pengunjung lain. Tapi aku tidak peduli soal itu. Dan ia terus membenamkan wajahnya dipunggungku.

Mommy mengajak kami semua untuk makan siang disebuah rumah makan lesehan yang tersedia. Setelah memastikan Ellen dan Sena mendapatkan meja, aku dan poey pergi ke toilet untuk mengganti bawahan kami yang basah.

Kini Aku dan poey duduk bersama gadis yang kami cintai. Hanya berempat sebelum akhirnya Refina dan kawan kawan ikut bergabung dengan alasan meja para orang tua telah penuh. Kami berempat hanya mengiyakan.

Makanan yang kami pesan telah siap. Kami pun mulai makan.

"Ehem. Kakak ini namanya siapa?" Ucap seorang gadis yang duduk disebelah Poey. Poey hanya menoleh lalu melanjutkan makan.

"Gendis. Mereka itu berasal dari Thailand. Budaya mereka tidak memperbolehkan makan sambil ngobrol. Jadi nanyanya nanti aja ya" ucap Andini.

Tak butuh waktu lama, makananku pun telah habis. Sementara Sena dan Ellen masih berusaha menghabiskannya.

Aku dan poey terdiam sesaat sebelum gadis bernama gendis tadi bertanya lagi. Ia bertanya tentang nama, kegiatan poey dan aku saat ini dan pertanyaan lainnya. Aku bisa melihat jelas wajah Sena dan Ellen yang sinis.

"Kak badan kakak sexy banget lho. Pasti sering ngegym ya" kali ini gadis yang kutau bernama Lina ikut bertanya.

"Iya. Sering dan rutin"jawab Poey.

"Badan kak araya ini juga kok mirip cowok banget ya. Ada roti sobeknya itu". Aku tidak tau siapa yang bicara. Tapi, kata 'roti sobek' itu terdengar menggelitik.

"Kak. Kak araya punya tatto. Memang ngga dimarahin mommynya?"

"Kak Araya kok dadanya rata buanget dan bidang gitu apa ndak dimarahin juga?"

Aku hanya menjawab iya atau tidak. Lalu tersenyum. Sampai akhirnya Refina mengajak kami untuk foto bersama. Beberapa kali pengambilan foto akhirnya sena dan Ellen berdiri.

"Mau kemana kak.? " tanya andini.

"Keluar dek. Disini gerah" ucap sena dengan ketus lalu berjalan sambil mengibaskan rambutnya sekali.

"Apa iya ndis? Kok aku malah kedinginan ya" ucap lina dengan polos. Aku dan poey mengikuti keduanya untuk keluar dari rumah makan tersebut. Kami berempat berdiri di balkon yang menghadap kepemandangan alam curug sewu ini. Sambil menunggu yang lain selesai makan.

***

Hari sudah larut malam. Aku memutuskan untuk ikut bersama sena dan poey serta Ellen menuju hotel tempat mereka menginap. Dan saat ini kami telah tiba di loby hotel. Aku berjalan mengikuti ketiganya menuju kamar mereka.

Sena dan poey telah masuk kedalam kamar mereka. Sementara aku mengikuti Ellen.

"Ngapain lo disini?! Pesan kamar sendiri sana. Gue nggak mau sekamar sama lo!" Bentak Ellen.

"Aku nggak mau" jawabku. Dia mendengus kesal. Lalu pergi ke kamar mandi. Dan mengabaikanku.

Sekitar 20 menit. Ellen keluar dengan pakaian tidur. Aroma khas nya yang wangi itu membuatku tergoda untuk mendekat.

"Mau apa? Mandi sana! Bau!" Ucap nya ketus. Aku hanya terkekeh dan segera pergi mandi.

Setelah selesai dengan urusanku, aku keluar dari kamar mandi. Dan aku tidak melihat Ellen dikamar. Dibalkon kamar pun tidak ada. Aku keluar kamar dan segera menguncinya untuk pergi kekamar poey dan sena. Dan disana lah Ellen. Sedang duduk bersama poey dan sena. Di depan mereka sudah terdapat minuman beralkohol dan beberapa makanan. Aku ikut duduk bersama mereka disamping Ellen.

Poey menuangkan wine kedalam gelasku terus menerus.

Hari semakin larut. Kepalaku mulai pusing tapi pandanganku masih bisa melihat cukup jelas. Seketika aku terkejut dan tak percaya dengan apa yang aku lihat.

Bagaimana tidak. Tiba tiba saja, Ellen menuangkan sendiri wine kedalam gelas yang masih kosong. Lalu dengan cepat meminumnya dalam jumlah yang cukup banyak dalam waktu singkat.

"Ellen!!!" Aku memanggil namanya cukup keras. Emosiku tiba tiba saja meluap. Sejak kapan Ellen berani meminum minuman ini. Aku menatapnya tak terkecuali Sena dan Poey yang ikut terkejut.

****
Next...

Continue Reading

You'll Also Like

71.4K 3.9K 28
lgbt content. (on going) "Suka sama kamu, salah ya?" Ini tentang cewek biasa yang jatuh cinta dengan kakak kelasnya yang tomboy. Yang awalnya ia mas...
102K 13K 44
Memiliki tubuh kokoh layaknya lelaki, Ayu Shita berhasil menjadi kesatria yang tak kalah hebat dari mereka. Tanpa disadari, kharisma yang ia pancarka...
288K 14.8K 54
[TAHAP REVISI] WARNING!!! HATI-HATI JIKA MEMBACA CERITA INI KARENA AKAN SANGAT MENGURAS AIR MATA DAN TENTUNYA AKAN MEMBUAT BAPER PARA PEMBACA. SELAM...
637K 52.1K 33
[Completed] ---------------------------------------------------------- Bagaimana jika Bos mu adalah manusia yang sangat Perfeksionis ? wajahnya yang...