YOUR MOVIE [Kuroko No Basket...

By Yumeyun3

146K 12.5K 2.7K

(COMPLATE) High Rank: #1-animefanfiction #1-xreader #1-kurokotetsuya #1-akashiseijuuro #1-knb YOUR MOVIE [Ku... More

YOROSHIKU~
YOUR BEAUTIFUL-KISE RYOUTA
CEMBURU-MIDORIMA SHINTAROU
PRECIOUS-KUROKO TETSUYA
ONLY YOU-AKASHI SEIJUURO
SWEET HATER-MURASAKIBARA ATSUSHI
OLD LOVE-AOMINE DAIKI
BUKAN BERARTI-KUROKO TETSUYA
SISTER-AKASHI SEIJUURO
GIFT FOR YOU-AKASHI SEIJUURO
MOTHER-AKASHI SEIJUURO
TEARS AND LOVE-AKASHI SEIJUURO
BUKAN DIRIKU-KUROKO TETSUYA
YOU STILL MINE-AOMINE DAIKI
IT'S YOU-HIMURO TATSUYA
MISSING YOU-NIJIMURA SHUUZOU
ETERNAL LOVE-KASAMATSU YUKIO
I WON'T LOSE-KAGAMI TAIGA
DO YOU MINE?-KISE RYOUTA
SANG TOKOH UTAMA-KUROKO TETSUYA
YOU ARE UGLY-AKASHI SEIJUURO
DON'T WANT TO REGRET-AOMINE DAIKI
PLEASE, GIVE A CHANCE-AKASHI SEIJUURO
ORE NO HIME-AKASHI SEIJUURO
MY LOVELY SISTER-AKASHI SEIJUURO
YOUR LOVE-MURASAKIBARA ATSUSHI
HELLO, PRINCESS-KISEKI NO SEDAI (GOM)
CAN YOU SEE?-AKASHI SEIJUURO
IS YOU-MAYUZUMI CHIHIRO
YOU'RE REALLY SOMETHING-KUROKO TETSUYA
MY THE BEST GIRL-MIDORIMA SHINTAROU
LISTEN TO ME, DEAR-IMAYOSHI SOICHI
IT'S OK, I'M HERE-KISE RYOUTA
KISS?-MIDORIMA SHINTAROU
LOVE ISN'T LIKE A JOKE-IZUKI SHUN
I WANT YOU-KISE RYOUTA
THE REASON-HIMURO TATSUYA
AISHITERU, BAKA-TAKAO KAZUNARI
AUTHOR TIME
DATE-AKASHI SEIJUURO
ABOUT REQUEST AND OTHERS
FORGIVE ME, LOVE-AOMINE DAIKI
MY TSUNDERE-KUROKO TETSUYA
DIFFERENT-AKASHI SEIJUURO
CONFESSION-IZUKI SHUN
Q N A TIME
MINE-KISE RYOUTA
SMILE-HIMURO TATSUYA
BE YOUR SIDE-AKASHI SEIJUURO
SORRY-ALL GOM
BECAUSE YOU ARE MINE-MURASAKIBARA ATSUSHI
YOU'RE LOVE IS MY SOUL-AKASHI SEIJUURO
AUTHOR TIME
UNCONTROLABLE LOVE-SAKURAI RYO
I'M IN LOVE WITH YOU-KISE RYOUTA
THAT SHOULD BE ME (Part I)-AOMINE DAIKI
THE REAL ONE-IMAYOSHI SOICHI
1th ANNIVERSARY
WORTH-HIMURO TATSUYA
THAT SHOULD BE ME (Part II)-AOMINE DAIKI
MY CUTE LITTLE SISTER-KISE RYOUTA
THAT SHOULD BE ME (Last Part)-AOMINE DAIKI
PENGUMUMAN

LOVE IS NOT OVER-MIDORIMA SHINTAROU X AOMINE DAIKI

1.6K 146 29
By Yumeyun3


Ini requestan dari Keysha_044

Semoga suka dan sesuai dengan ekspetasinya ya

Kuroko no Basuke Fanfiction

Indonesia

.

.

.

ACTION!

Entah mulai sejak kapan ponsel sepertinya lebih menarik dibandingkan berbaur dengan teman-teman untuk seorang [Surname] [Name]. Sejak pagi hingga bel istirahat berbunyi perhatian [Name] terus menatapi ponselnya. Mungkin karena ia berharap ponsel itu berdering, mendapatkan sebuah panggilan dari orang yang begitu gadis itu harapkan.

Helaan napas panjang keluar dari mulut [Name] saat mendapati pesan-pesan yang ia kirimkan tidak dibalas satupun sejak beberapa hari lalu. Bahkan entah sudah berapa banyak jumlah panggilan yang [Name] lakukan untuk satu nama di kontak ponselnya. Namun berakhir sama pula, tak ada jawaban. Hal itu tentu menyulut rasa khawatir dalam diri [Name] akan kondisi kekasihnya yang cukup jauh dari tempat [Name] sekarang.

Jujur ia tidak suka dengan jarak ini. Ia tidak suka tidak melihat kekasihnya dan hanya bisa bertemu saat waktu senggang yang bisa jadi hana satu bulan sekali. Berbeda sekolah memang sudah seperti ujian besar untuk [Name][ dalam menahan rindu dan tentu saja pikiran buruk tentang hubungan mereka.

"Oi, kau tidak ke kantin?"

Sebuah suara membuat [Name] mendongakan kepala, walau sebenarnya ia tahu dengan jelas siapa pemilik suara tersebut.

"Sedang malas, Daiki," jawab [Name] pada prai tinggi berkulit tan yang berdiri di di samping mejanya.

"Biar kutebak, Midorima tidak membalas pesanmu atau tidak mengangkat teleponmu kali ini?"

"Keduanya," [Name][ menjawab dengan menghela napas, sedikit kesal karena Aomine mengutarakan kegelisaan [Name] dengan mudah.

"Sudahlah mungkin dia sedang sibuk belajar atau sibuk dengan basket, bukankah sekolah kita akan bertanding dengan Shutoku minggu depan. Kau bisa ikut dan bertemu dengannya," kata Aomine dengan nada malas.

[Name] diam, mungkin memang benar apa yang dikatakan oleh Aomine. Mungkin karena mereka sudah berteman sejak SMP sehingga Aomine tahu dengan jelas bagaimana membuat [Name] merasa lebih baik setiap kali ia merasa gelisah.

"Daripada kau diam di sini, lebih baik temani aku beli makanan di kantin. Aku tidak mau Satsuki datang lebih dulu dan memaksa kita bekal yang dia buat," ujar Aomine menarik [Name] dari tempatnya duduk dan bergegas berjalan ke bangku.

"Satsuki membuat bekal hari ini? Lalu dia dimana?" tanya [Name] yang juga merinding membayangkan ia harus memakan makanan Satsuki, karena korban gadis berambut merah muda itu bukan hanya Aomine melainkan [Name] juga.

"Dia sedang mengambilnya di loker. Sudah nanti saja bicaranya, lebih baik segera ke kantin." Aomine semakin menarik tangan [Name] agar gadis itu memercepat laju langkahnya. Walau tanpa gadis itu tahu kalau sebuah senyum merekah di wajah Aomine karena bisa memegang tangan mungil [Name] dan gadis itu tidak menolaknya sama sekali.

Sayangnya, sebelum sampai ke kantin Momoi sudah terlebih dahulu menemukan mereka berdua. Dan tentu saja seperti yang Aomine katakan tadi, Momoi memegang dua bekal makan siang di tangan dan memaksa Aomine serta [Name] untuk makan bersama. Tak peduli sekuat apa mereka menolak, atau segencar apa mereka berdua berusaha melarikan diri, Momoi tetap bisa membuat dua orang itu akhirnya duduk untuk makan siang bersamanya.

[Name] tercengang ketika Aomine memakan habis bekal yang Momoi buatkan dan melarang [Name] ikut makan karena pria itu tahu seberapa buruk makanan yang dibuat Satsuki. Dalam hati [Name] merasa tersanjung atas perbuatan Aomine yang selalu melakukan hal seperti itu untuk dirinya sejak awal-awal pertemuan mereka. [Name] bahkan tidak bisa menghitung jumlah perbuatan manis yang dilakukan Aomine pada dirinya.

Karena tidak tega, [Name] membelikan Aomine minuman kesukaannya dari mesin minuman. Meski tak banyak membantu, namun itu cukup ampuh mengusir rasa tidak enak yang Aomine derita atas makanan luar biasa Momoi. Ingatkan [Name] lain kali untuk mentraktir Aomine sebagai bayaran karena berkatnya [Name] tidak sampai harus memakan masakan Momoi.

Dua hari sebelum latih tanding yang diadakan, Aomine dan Momoi pergi ke Shutoku untuk mengkaji kembali pertandingan mereka nanti.

Aomine memaksa [Name] untuk ikut pergi bersama mereka ke Shutoku. Jujur saja Aomine tidak suka melihat teman baiknya itu murung sejak tiga bulan lalu karena tidak bisa menemukan waktu untuk dihabiskan bersama dengan kekasihnya—Midorima Shintarou. Aomine tidak suka melihat gadis itu tak ceria, seolah sinar bahagia yang biasanya selalu terpancar dalam diri [Name] menghilang. Jika bukan karena Midorima adalah rekan dulu, mungkin ia sudah menghajar pria itu karena tidak pernah menyisihkan waktu untuk [Name]—bahkan pesan pun tak pernah dibalas.

"Berhentilah memasang wajah seperti itu, bukankah kau akan bertemu dengan Midoriam hari ini," kata Aomine pada [Name] dengan nada malas seperti biasanya.

"Benar, apa yang dikatakan oleh Dai-chan, [Name]. Semangatlah," timpal Momoi yang juga sejak tadi melihat wajah lesu dari temannya itu.

Memang itu yang [Name] inginkan, bersikap ceria dan bersemangat karena hari ini ia akan bertemu dengan Midorima setelah satu bulan tak bertemu. Tapi entah kenapa ia justru merasa takut. Mungkinkah karena efek jarangnya bertemu dan kurang komunikasi beberapa waktu belakangan ini? Atau karena rasa senang yang tidak bisa [Name] katakan? Entahlah.

Pertemuan Momoi dan Aomine disambut ramah oleh Tim Basket Shutoku, tak lupa dengan candaan yang menantang Aomine di pertandingan nanti.

Saat Momoi sedang berdiskusi dengan Kapten Basket dan juga pelatih Shutoku, mata [Name] nanar mencari keberadaan Midorima yang tak tertangkap mata sejak ia menginjakkan kaki di gym ini. Bahkan [Name] melihat Takao tapi tidak dengan Midorima yang biasanya selalu ada di samping pria hawk eyes itu.

"Ano, apa Midorima tidak latihan hari ini?" tanya [Name] pada Takao yang sedari tadi mengobrol dengannya dan Aomine.

"Midorima tidak datang hari ini karena ada urusan pribadi," jawab Takao tanpa meninggalkan sifat cerianya.

"Urusan pribadi?" [Name] bertnaya-tanya apa yang membuat seorang Midorima sampai tidak latihan basket, karena bagaimanapun juga [Name] sudah cukup lama bersama dengan Midorima hingga ia tahu kalau bakset adalah prioritasnya selain belajar.

Saat [Name] asyik berpikir akan apa yang sedang Midorima lakukan, kalimat yang Takao katakan membuat [Name] membelalak tak percaya. Bahkan tidak hanya gadis itu tapi juga dengan Aomine yang berdiri di sampingnya.

[Name] langsung berlari ke luar gym saat Takao mengatakan kemungkinan dimana Midorima berada sekarang. Tidak ada yang bisa [Name] pikirkan saat ini kecuali bertemu dengan Midorima dan memastikan kebenaran yang ia dengar dari Takao.

Suara Aomine terdengar ketika ia berteriak pada Momoi untuk pulang tanpa dirinya dan [Name] jika mereka tidak juga kembali. Tentu saja aksi dramatis itu disaksian oleh banyak orang, penasaran kenapa mereka berdua membuat kehebohan seperti itu.

Langkah [Name] terus melaju, mencari tempat yang Takao katakan tadi seraya memerhatikan sekitar kalau-kalau sosok Midorima ada di sana. [Name] tak peduli ketika kakinya mulai menjerit kelelahan karena terus berlari, seolah yang ia pedulikan saat ini hanyalah Midorima saja. Sepanjang jalan ia selalu berdoa kalau apa yang Takao katakan tadi tidak benar, rasanya tidak mungkin Midorima seperti itu.

Dengan napas tersengal dan keringat yang bercucur di wajah hingga nyaris seluruh tubuh, [name] menghentikan laju larinya saat ia menemukan sosok yang ia cari sejak tadi di tempat yang Takao katakan—taman kota.

Dalam ketidakpercayaan jantung [Name] berdenyut kencang saat melihat sosok tinggi yang amat ia rindukan. Walau rasa tidak percayanya harus ia terima ketika melihat apa yang terjadi. Takao tidak berbohong, semua yang dikatakannya itu benar.

"Shin-chan sedang kencan dengan pacarnya hari ini karena pacarnya ulang tahun. Bukankah jarang sekali kalau Shin-chan yang Tsundere itu bsia bersikap baik pada orang lain apalagi pada seorang gadis."

"Kurasa mereka berkencan di taman dekat sini, kau tahu sendiri kalau Shin-chan itu orangnya pasif. Benarkah, Aomine?"

Kalimat yang [Name] dengar dari Takao di gym tadi benar-benar seperti bom waktu, dan siap meledak saat ini juga ketika apa yang Takao katakan memang benar adanya.

Di sanalah Midorima, di bangku taman sedang duduk bersama seorang gadis. Mereka bercanda ria, bertukar obrolan yang dulu pernah [Name] lakukan bersama dengan Midorima ketika mereka kencan. [Name] bahkan tidak ingat kapan kencan terakhir yang mereka lakukan.

Jadi ini alasan kenapa Midorima tidak pernah membalas pesan-pesan [Name], tak mengangkat telepon [Name], yang bahkan jika diangkat pun hanya dijawab dengan kata-kata biasa yang membuat [Name] akhirnya menutup panggilannya. Ini alasan kenapa sejak beberapa bulan lalu sikap Midorima berubah terhadapnya, tak ada lagi perhatian dan rasa peduli yang pernah pria itu berikan saat awal-awal pacaran mereka.

Sakit, hingga tak bisa diutarakan rasa sakit yang [Name] rasakan saat ini. Orang yang ia rindukan setiap harinya justru bersama dengan gadis lain. Hati [Name] benar-benar hancur sekarang ketika tahu kalau jarak yang memisahkan mereka berdua ternyata menjadi kunci Midorima mencari pacar lain. Walau awalnya ia tidak ingin percaya bahkan nyaris menampar Takao karena uacpannya, kini ia harus menghadapi kenyataan.

"[Name]?" suara Aomine terdengar hingga memunculkan pria itu yang kini berdiri di samping [Name] dengan napas tersengal dan wajah yang terlihat kesal, "Kenapa kau lari begitu saja, kalau kau tersesat bagai-"

Ucapan Aomine terhenti saat ia melihat perubahaan air muka [Name]. Mata Aomine langsung membelalak saat ia melihat air mata mengalir dari sudut-sudut mata [Name]. Dengan cepat Aomine mengikuti arah pandang gadis itu, hingga ia menemukan apa yang membuat [Name] sampai menangis. Amarah tidak lagi bisa terbendung untuk Aomine, ingin sekali ia menghajar Midorima saat ini juga, melayangkan tinju yang akan merusak wajah menjijikan pria itu.

Namun [Name] menahan Aomine, ia tidak ingin membuat keributan di depan banyak orang seperti ini. Sudak cukup menyedihkan untuk [Name] melihat Midorima berselingkuh dan ia tidak ingin sampai terlibat dengan perkelahian juga.

"Lepaskan aku, [Name]! Akan kuhajar dia sampai mati karena berani melakukan semua ini padamu! Berani sekali dia mempermainkanmu seperti ini!" raung Aomine yang benar-benar sudah tidak mengendalikan dirinya.

[Name] terkejut ketika melihat Midorima melihat ke arahnya dan Aomine berada. Bisa [Name] lihat kalau Midorima terkejut melihat keberadaan [Name] dan Aomine di taman ini—lebih terkejut karena ia tertangkap basah dekat dengan gadis lain saat Midorima sendiri masih berstatus pacar [Name]. Bisa [Name] dengar Midorima memanggil namanya, berjalan mendekat yang mungkin pasti akan berusaha berkelit dan menunut ingin memberikan penjelasan.

"Bawa aku pergi dari sini, Daiki. Jangan biarkan dia bicara denganku, kumohon," pinta [Name] dengan mengiba seraya memeluk lengan Aomine dengan erat agar pria itu tidak menghampiri Midorima dan melakukan kekerasan.

Aomine perlahan dapat mengendalikan dirinya saat melihat tangis [Name] tumpah begitu saja, terlihat sekali kalau [Name] sedang tersiksa saat ini. Karena tidak tega melihat [Name] yang seperti itu, mau tak mau Aomine mengikuti kemauan [Name]. Ia membawa [Name] pergi sebelum Midorima sempat meraihnya, tak lupa memberikan tatapan tajam menusuk pada mantan rekannya itu.

Sejak hari itu, [Name] begitu murung. Dunia seolah pergi dari kehidupan [Name] setelah tahu kalau cinta dan kesetiaannya pada sang kekasih dipermainkan begitu saja. Ia menyalahkan Midorima karena tidak memutuskan hubungan mereka saja sejak lama,. Dan mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas, [Name] memutuskan hubungan dengan Midorima lewat sebuah pesan. Dua hari ponsel [Name] tak berhenti berdering, panggilan dari Midorima yang kini dapat [Name] abaikan bukannya [Name] harapkan seperti terakhir kali.

Dua hari itu Aomine seakan tidak pernah meninggalkan [Name] seorang diri. Bersama dengan Momoi yang sudah mengetahui detail permasalahnnya, mereka berdua berusaha membuat [Name] kembali ceria, keluar dari keterpurukan yang gadis itu rasakan untuk pertama kali. Mereka tahu kalau hal itu tidak mudah mengingat sudah berapa lama [Name] menjalin hubungan dengan Midorima, bahkan sebelum Kuroko menjadi tim inti di Teikou. Miris memang.

"Ikutlah. Aku tahu kalau kau pasti tidak ingin menginjakkan kaki di sana. Tapi aku ingin kali ini kau meneriaki namaku saat pertandingan. Aku ingin mendengar suaramu yang bersemangat lagi seperti dulu, [Name]. Kau harus menunjukan pada si brengsek itu kalau kau masih bisa ceria tanpa dirinya. Lagipula aku ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu saat pertandingan selesai nanti," kata Aomine panjang lebar demi membujuk [Name] ikut dalam pertandingan yang diadakan hari ini.

"Baiklah aku ikut. Lagipula kau sudah terlalu baik padaku selama ini, Daiki. Kurasa ini bisa membayar kebaikanmu itu. Asal dengan syarat kau tidak melakukan kekerasan di pertandingan nanti pada Midorima," [Name] setuju dengan senyum terulas, walau masih terlihat redup.

Daiki tersenyum senang mendengar bujukannya agar [Name] ikut tidak sia-sia. Dengan cepat Aomine merangkul [Name], melemparkan candaan yang sanggup membuat [Name] tertawa atau memukul Aomine karena ucapannya. Yah, memang itu yang Aomine inginkan untuk gadis itu—selalu membuatnya tertawa.

Seperti yang [Name] katakan, sepanjang pertandingan [Name] terus berseru penuh semangat untuk mendukung Aomine yang bertanding di lapangan. Bersama dengan Momoi, [Name] membantu tim basket yang sudah memerbolehkan [Name] ikut dan menonton dari jarak yang cukup jelas.

Beberapa kali [Name] bersitatap dengan Midorima, namun langsung ia alihkan pandangannya dan lebih memilih menyoraki Aomine. [Name] tahu pandangan yang Midorima lemparkan sejak pertama kali melihat [Name], pandangan penuh sesal dan begitu ingin bicara dengannya. Tapi, [Name] tidak memberikan kesempatan itu walau sekali saja, tak ingin mendengar penjelasan yang hanya akan membuat [Name] merasa sakit. Bagi [Name] ia tidak akan pernah mau berinteraski ataupun bicara lagi dengan orang yang pernah mengecewakannya. Midorima selama ini menolak untuk bicara dengan [Name] yang saat itu adalah kekasihnya, lalu kenapa sekarang [Name] harus mau bicara dengannya ketika mereka sudah tidak ada lagi hubungan.

Seperti yang Aomine katakan pada [Name]; tidak perlu memikirkan orang yang sudah berani menghancurkan kepercayaan kita, karena masih banyak orang yang peduli dengan kita yang harus kita pikirkan.

Kaimat paling indah dari seorang Aomine sekaligus pembangkit untuk [Name] karena ia memang tidak ingin terpuruk terlalu lama. Rasa sakit dan luka dari Midorima itu memang tidak akan hilang begitu saja, bahkan mungkin akan tetap membekas hingga [Name] tua. Namun bukan berarti kehidupannya akan berakhir. Ia perlu menemukan kebahagiaan yang lain.

Sorak sorai terdengar saat Aomine dan timnya memenangkan pertandingan. [Name] dan Momoi tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut bersoarak senang, kemenangan luar biasa dari pertandingan panjang antar anggota Kiseki No Sedai.

Anggota tim langsung merayakannya dengan makan-makan bersama, tentu saja [Name] juga ikut. Bisa terasa kegembiraan di antara semuanya, saling melemparkan umpatan dan juga kekesalan atas ucapan dari masing-masing orang. Benar-benar menyenangkan.

"Jadi, katakan apa yang ingin kau katakan tadi, Daiki?" tuntut [Name] saat ia duduk di sebelah Aomine ketika yang lain sibuk dengan permainan bodohnya.

Aomine memberikan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah jepit mungil nan cantik dengan hal yang paling [Name] sukai sebagai dekorasi utama.

"Kenapa kau memberikan ini?" tanya [Name] bingung saat menerima jepit itu.

"Bukankah jepit kesayanganmu itu hilang beberapa hari kemarin," semburat merah terlihat di wajah Aomine, "Dan otanjoubi omodetou [Selamat ulang tahun]."

Wajah [Name] merah sepenuhnya ketika mendengar ucapan dari Aomine barusan. Ia tidak menduga kalau Aomine akan mengingat ulang tahunnya ketika [Name] sendiri tidak ingat. Rasanya [Name] ingin menangis saat ini ketika mendapati masih ada orang yang peduli padanya saat orang yang paling penting dalam hidup [Name] pergi. Benar-benar tidak menyangka kalau Aomine bisa bersikap seperti itu padanya.

"Arigatou, Daiki. Aku tidak tahu harus bagaimana membalas semua kebaikanmu padaku. Aku tidak menyangka kalau kau bahkan ingat ulang tahunku padahal aku sendiri lupa. Aku tidak mengerti kenapa kau begitu peduli padaku, Daiki," ucap [Name] yang sudah dipenuhi kesenangan luar biasa,

"Kau tidak tahu kalau ada satu orang yang peduli padamu sejak lama karena kau selalu melihat orang lain yang bahkan tidak menaruh perhatian padamu. Kau bisa membalasnya dengan mulai memerhatikanku, kau akan tahu kenapa aku begitu peduli padamu. Aku ingin kau sendiri yang menyadarinya," kata Aomine dengan senyum terlembut dan hangat yang tidak pernah [Name] lihat sebelumnya.

[Name] hanya diam, mencoba mencerna ucapan dari Aomine barusan. Butuh beberapa saat hingga ia menatap Aomine dalam-dalam, mencoba membaca pikiran pria itu untuk memastikan kalau apa yang [Name] pikirkan tidak meleset.

"Sejak kapan?" tanya [Name].

"Sejak pertama kali kau memukulku dulu," jawab Aomine yang mengerti arah pembicaraan [Name], bahkan bisa ia lihat rona indah bermain di paras cantik gadis itu.

"Kenapa kau tidak bilang?" [Name] menatap Aomine dengan pandangan menyesal.

"Sudah kukatakan itu karena kau selalu melihat Midorima teme itu, dan tidak pernah melihatku walaupun aku yang paling banyak di sampingmu," jawab Aomine tanpa ragu.

[Name] mengalihkan pandangannya, tidak berani beradu tatap dengan Aomine yang saat ini terlihat begitu berbeda di mata [Name]. Gadis itu hanya melihat teman-temannya yang masih bermain dan tidak memerhatikan [Name] maupun Aomine saat ini, termasuk Momoi.

Aomine memangkas jaraknya, membisikan sesuatu di telinga [Name] yang masih asyik menatapi teman-temannya karena tidak berani beradu tatap dengan Aomine. Dan spontan saja, Aomine tersenyum lebar ketika wajah [Name] merah padam. Ia langsung meringis kesakitan ketika [Name] memukul perut Aomine dengan keras, tentu Aomine tahu kalau itu untuk menutupi rasa malunya.

Ini pertama kalinya [Name] merasa begitu senang ketika mendengar ucapan dari seseorang, membuatnya ingin berteriak saking bahagianya. Ia bahkan tidak pernah merasa seperti ini ketika bersama dengan Midorima dulu. Rasanya ada sesuatu yang menggelitik perut [Name], sensasi yang mungkin hanya bisa ditimbulkan oleh seorang Aomine Daiki. Mungkin apa yang dikatakan oleh Aomine benar, bahwa [Name] selama ini melihat ke arah yang salah padahal ada orang yang seharusnya [Name] lihat sejak dulu. Dan sekarang akan selalu [Name] lihat hingga matanya tidak lagi dapat melihat.

.

.

.

.

CUT!

A/N: *Belakang Layar*

Yuchan: *Sembunyi di belakang Aomine* (。_。)

Aomine: Kau kenapa? Diare?

Yuchan: *slepak kepala Aomine* Enak aja kalau ngomong. Tuh lihat Midorima.(σ`・д・)σ

Midorima: *Aura gelap siap membunuh*

Aomine: Dia kenapa?

Yuchan: Kau tanya kenapa? Itu karena kau merebut [Name] darinya, dia tidak terima karena dapat peran selingkuh dengan gadis lain. ﹋o﹋)

Aomine: Bukannya itu salahmu, kan kau yang menulis ceritanya.

Yuchan: Kau ini nggak pernah sekali aja membelaku ya -_-)

Aomine: *Dorong Yuchan ke arah Midorima*

Yuchan: Dasar item! Lo jahat banget sama gua *dikejer Midorima pake kapak* (ʘдʘ╬)

Jangan sedih ketika pacarmu bersama dengan wanita lain, mungkin itu cara Tuhan untuk menjagamu dari cinta yang salah. Tidak ada salahnya melihat sekitarmu, mungkin orang yang memang ditakdirkan untukmu adalah orang yang palling dekat denganmu, yang bisa saja merangkap sebagai sahabatmu. Karena bagaimanapun jodoh tidak akan pernah tertukar. Keep Positf and love yourself!

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 97.7K 56
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
175K 26.8K 55
Satu setan sepertinya belum cukup untuk melengkapi hidupku. Sekarang aku punya dua setan yang kusayangi. . . . Disarankan untuk membaca book "Nikah...
363K 25.9K 32
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
36K 6.7K 22
[Name] mau sih move on... Tapi... Kagami terlalu indah untuk di lupakan 〒▽〒 --- Charakter by. Tadatoshi Fujimaki Story by. Natasha_Rahel Cover by...