My Senior (Senior Series 1)

By harniafebrian

631K 23.1K 670

[COMPLETE] Senio Reygan Pratista. Seorang lelaki yang terkenal troublmaker, bad boy, leadernya tauran, juaran... More

MBBS TRAILER
Senio Reygan Pratista
Juni Nathania Reva
Bagian satu
Bagian dua
Bagian tiga
Bagian empat
Bagian lima
Bagian enam
Bagian tujuh
Bagian delapan
Bagian sembilan
Bagian sepuluh
Bagian sebelas
Bagian duabelas
Bagian tigabelas
bagian limabelas
Bagian enambelas
Bagian tujuhbelas
Bagian delapanbelas
Bagian sembilanbelas
Bagian duapuluh
Bagian duapuluhsatu
Bagian duapuluhdua
Bagian duapuluhtiga
Bagian duapuluhempat
Bagian duapuluhlima
Bagian duapuluhenam
Bagian duapuluhtujuh
Bagian duapuluhdelapan
Bagian duapuluhsembilan
Bagian tigapuluh
Bagian tigapuluhsatu
Bagian tigapuluhdua
Bagian tigapuluhtiga
Bagian tigapuluhempat
Bagian tigapuluhlima
Bagian tigapuluhenam
Bagian tigapuluhtujuh
Bagian tigapuluhdelapan
Bagian tigapuluhsembilan
Bagian empatpuluh
Bagian empatpuluhsatu
Bagian empatpuluhdua
Bagian empatpuluhtiga
Bagian empatpuluhempat
Bagian empatpuluhlima (END)
Extra Part

Bagian empatbelas

10.4K 480 7
By harniafebrian

Hari ini Juni bangun lebih pagi dari biasanya. Biasanya ia bangun jam lima lewat sedangkan sekarang masih menunjukkan pukul setengah lima, kalaupun itu dibangunkan oleh Januari. Kalo gak dibangunin mungkin ia akan kebablasan tidur dan telat datang kesekolah.

Namun ia bangun lebih awal bukan karna dibangunkan oleh Januari. Justru Januari sekarang tidak ingin sekolah karna tubuhnya masih lemas dan beberapa lukanya masih belum pulih.

Padahal sudah Juni bujuk agar ia mau kerumah sakit, tapi Januari enggan dengan alasan ini hanya luka ringan dan ia hanya butuh istirahat.

Karna itu ia bangun lebih pagi, untuk melihat keadaan kakaknya sekaligus mempersiapkan segala kebutuhan sebelum pergi sekolah sendiri. Karna biasanya Januari lah yang membantunya jika apa yang dibutuhkan Juni sebelum berangkat sekolah.

Dan disisi lain, ia juga memikirkan perkataan Senio kemarin. Apakah benar jika Senio akan menjemputnya untuk berangkat bersama? Ia tidak yakin jika Senii akan menepati yang dikatakannya.

Tidak mungkin jika Senio datang kerumahnya pagi-pagi. Biasanya sekolahpun ia selalu telat dan hukuman sudah menjadi sarapan paginya disekolah.

Ah tidak peduli, mau Senio datang atau tidak itu bukan urusannya. Kalaupun memang benar datang, lumayan ongkos naik angkot bisa jadi ongkos jajan dikantin. Ngirit uang selama Januari masih sakit. Keuntungan yang hakiki jangan disia-sia kan.

Setelah ia sudah mandi dan berpakaian, ia langsung keluar kamar dan menuju ruang makan untuk sarapan. Seraya melihat arloji yang melingkar ditangannya memastikan sekarang waktu masih menunjukkan jam enam kurang lima.

Juni langsung duduk disalah satu kursi meja makan. Seketika ia mengerucutkan bibirnya melihat kursi makan yang kosong semua. Hanya ia sendiri.

"Ini neng sarapannya," ucap bi Acih seraya menyusun beberapa roti tawar yang sudah dipotong-potong dan menaruh beberapa kaleng selai berbeda rasa, dan satu gelas susu putih.

"Bi, bang Januar udah bangun belum?" tanyanya seraya mengambil satu potong roti tawar dan mengoleskan dibagian tengah dengan selai rasa pisang.

"Belum neng, tadi bibi udah nge-cek ke kamarnya tapi Aa Januar nya belum bangun."

"Terus semalem dia udah makan belum?"

"Belum kayaknya neng, soalnya semalem makanan yang ada di meja masih utuh. Kan biasanya kalo Aa makan, pasti makanan dimeja tinggal sedikitnya lagi."

Juni mendecak, "yaudah deh bi, aku mau bangunin dia dulu suruh makan."

"Iya neng silahkan, tapi kalo aa marah gimana?"

"Udah tenang aja bi, dia gak bakal marah kalo dibangunin sama aku."

Bi Acih mengangguk tanda mengerti. Sedangkan Juni langsung mengambil roti tawar dan mengoleskan selai rasa kacang kesukaan Januari kemudian melipatnya jadi dua dan menaruhnya dipiring kecil, tak lupa segelas susu putih. Segera ia bangkit dan berjalan menuju kamar Januari di atas.

Juni memutar knop pintu kamar Januari perlahan karna takut gelas dan piring yang ada ditangannya terjatuh dan tak ingin juga mengagetkan Januari.

Ia melangkah masuk lalu melihat kearah Januari yang tengah tertidur pulas dengan selimut yang menyelimutinya.

Juni duduk disisi kasur kemudian menaruh piring dan gelas di atas nakas. Ia melihat kearah Januari yang sangat begitu tenang. Berbeda dengan Januari yang sedang tidak tidur, yang selalu menjailinya, dan cerewet terhadapnya.

"Bang bangun, abang belum makan ya dari semalem?" tanya Juni seraya mengguncangkan tubuh Januari pelan.

Januari mengerang pelan kemudian kembali terlelap.

"Ih bangun. Abang belum makan dari semalem, makan dulu abis itu boleh istirahat lagi!" bujuknya dengan terus menggoncangkan tubuh Januari.

Januari membuka matanya dan berdeham pelan.

"Luka dimulut gue masih sakit, ntar juga gue makan. Udah sana berangkat sekolah." ucapnya dengan suara yang masih serak.

"Yauda janji dimakan ya?"

"Hm."

Januari kembali terlelap dan tak memperdulikan apa yang akan diucapkan Juni lagi.

"Neng, ada yang nunggu tuh didepan." ucap bi Acih yang tiba-tiba berdiri diambang pintu kamar.

Juni mengernyit bingung, "siapa bi?"

"Katanya sih mau jemput eneng buat berangkat bareng," jawab bi Acih.

'Siapa? Apa Saskia? Setau gue Saskia belum tau rumah gue. Atau--'

"Cewek atau cowok bi?" tanya Januari yang tiba-tiba membuka suara dan sontak Juni dan bi Acih pun melihat kearahnya.

"Cowok," jawab bi Acih.

Pandangan Januari langsung beralih pada Juni yang seketika kaku ditempat.

"Cowok lo?"

"Hah?! Bukan!" jawab Juni cepat.

Januari diam beberapa saat, "Yauda sonoh berangkat, ngapain masih dikamar gue? Ntar telat adikku sayang!"

"Yauda gue berangkat ya bang. Jangan lupa dimakan makanannya." Ucap Juni yang kemudian langsung mencium pipi Januari. Kebiasaannya.

"Jaga diri lo," pesan Januari dan diacungkan jempol dari Juni yang segera keluar dari kamarnya.

Juni menutup kembali pintu kamar Januari dan berjalan menuruni tangga seraya memikirkan siapa yang ada didepan rumahnya kini.

'Jadi dia beneran jemput gue? Niat banget tuh cowok. Tapi males juga sih kalo sama dia kan bawaannya gue kesel mulu. Tapi terkadang dia suka bikin gue keki sendiri sih.'

Seketika Juni menggeleng tanpa sadar. "No, stop. Gue ngawur."

Sesampainya di halaman rumah, benar saja Senio sudah bertengger dimotornya dengan memakai hoodie berwarna hitam yang menutupi seragamnya meskipun terlihat bagian ujung seragamnya yang tidak dimasukkan kedalam celana.

Senio tidak menyadari keberadaan Juni yang berjalan mendekatinya. Ia sibuk menyisir rambutnya dengan jari. Juni sempat terpaku sejenak saat melihat penampilan Senio ditambah saat Senio sedang menyisir rambutnya kebelakang.

Jujur baru pertama kali ini Juni melihat seorang cowok yang sedang menunggunya dan bertengger dimotor besar. Emang ia akui Senio memang terlihat tampan disisi lain, namun di sisi yang lainnya Senio sangat menyebalkan.

"Khem," deham Juni hingga membuat Senio menatap kearahnya.

"Hai adik kelas cantik!" sapa Senio dengan senyuman yang merekah.

"Ngapain lo disini?" tanyanya ketus.

"Mau jemput kamulah."

Juni mendengus, "gue gak mau. Mau naik angkot aja!"

'Jual mahal dulu bolehlah,' batin Juni.

"Sayangnya aku gak terima penolakkan."

"Dan sayangnya gue gak mau!" kekeuh Juni.

"Harus mau."

"Enggak."

"Mau."

"Enggak!"

"Mau."

Juni mendengus kesal, "Gue bilang gak mau ya gak mau!"

"Aku bilang mau ya harus mau."

"Enggak ih!"

"Mau ih!"

"Ih Senio!"

"Iya sayang?" Senio terkekeh.

"Apaan sih! Gak jelas lo!" kesal Juni seraya menyilapkan tangan didada dan mengerucutkan bibirnya.

Jujur, pipi Juni nyaris memanas karenanya. Apa maksudnya dia berkata seperti itu? Ingin rasanya ia mengambil golok dan membakar Senio hidup-hidup. Eh tunggu, emang golok bisa bakar orang? Ngaco.

"Pengen diperjelas ya?" goda Senio yang kini terkekeh geli.

"Lo bisa gak sih gak bikin gue kesel sekali aja!" protes Juni.

"Bisa, tapi asal lo nurut perkataan gue."

"Emang gue siapa lo?! Harus nurutin perkataan lo? Babu lo? Pem--"

"Your is mine."

"Udah ayok naik, ntar telat sekarang udah setengah tujuh," lanjut Senio seraya memakai helm dan menyodorkan satu helm lagi untuk Juni.

Namun yang di suruh malah terdiam dengan wajah yang mulai memerah. Senio tersenyum melihat reaksi yang terjadi pada Juni.

"Aku tau aku ganteng."

Juni membulatkan mata dan mendengus seraya mengambil helm yang disodorkan Senio lalu menaikki motor besar miliknya.

"Dasar nyebelin!" gerutu Juni dengan nada pelan namun masih dapat didengar oleh Senio.

Senio melajukan motornya dengan senyum yang terus merekah.

Dari dalam rumah di bagian balkon kamar atas. Januari tersenyum simpul melihat dan mendengar semua yang terjadi antar adiknya dan seorang lelaki yang ia kenali. Yap, Januari mengenal siapa Senio.

"Ternyata dia, Senio." gumamnya kemudian kembali ketempat tidur.

****

Senio memperlambat laju motornya saat sudah sampai diparkiran sekolah. Karna waktu masih menunjukkan jam 6:35 WIB, jadi parkiran masih tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa siswa yang sedang menongkrong ataupun baru saja datang.

Sesaat setelah Senio memarkirkan motornya, Juni segera turun dari motor dan melepas helmnya dan pandangannya seketika ditatap tidak enak dari beberapa siswi yang memperhatikannya.

"Itukan cewek yang katanya berani ngelawan kak Senio. Kok kak Senio mau ya sama dia?"

"Setau gue sih dia namanya Juni, anak kelas X IPA B."

"Oh adik kelas. B aja, cantikan juga gue."

Juni mendengar semua pembicaraan buruk tentangnya, terutama siswi kelas 11 yang justru terang-terangan mengejeknya dengan nada keras. Sehingga Senio pun bisa mendengarnya dengan jelas.

Mengetahui ada orang yang menjelekkan Juni. Sontak ia langsung memberikan tatapan tajam pada siswi tersebut. Seakan ia berkata jangan-pernah-ganggu-cewek-gue-atau-lo-bakal-berhadapan-sama-gue.

Tanpa Juni sadari, ia mengerucutkan bibirnya kesal karna ternyata ada orang yang tidak menyukainya. Bahkan berbicara buruk tentangnya.

"Gak usah dipikirin, mereka itu cuma sirik sama kecantikan kamu," ucap Senio seraya mengusap puncak kepala Juni.

"Bisa gak manggilnya gak usah aku-kamu. Jijik tau dengernya!"

"Biarin, pokoknya mulai sekarang ngomongnya pake aku-kamu, jangan lo-gue. Ngerti?" tegas Senio disambut pelototan dari Juni.

"Gak mau!"

"Oh pengen dibikin kesel lagi?" goda Senio.

Juni mendengus, "emang dari dulu muka lo itu ngeselin!"

"Emang kamu tau muka aku dulu kayak gimana?"

"Bodo amat."

Juni melengos pergi meninggalkan Senio yang masih diparkiran menuju kedalam sekolah. Tak peduli gimana dia, intinya orang yang paling menyebalkan didunia ini adalah Senio.

Senio yang melihat Juni berjalan menjauh hanya tersenyum dengan sedikit kekehan karna langkah Juni yang sengaja dihentak-hentakan ke tanah. Intinya orang yang paling lucu didunia ini adalah Juni.

Senio kembali menaikki motornya, dan meninggalkan tempat parkiran. Ia membolos? Memang. Dan akan datang ke sekolah pada tiga jam kedepan. Rutinitasnya setiap hari.

Juni menghentikan langkahnya saat ia baru menyadari bahwa seni tidak ada dibelakangnya. Ia memutar badan dan pandangannya langsung terfokus pada Senio yang baru saja keluar parkiran.

Juni mendecak, "bolos mulu kerjaannya."

Setelah Senio menghilang dari pandangannya, ia kembali melanjutkan jalan kedalam area sekolah kemudian menuju kelasnya. Ia tidak peduli dengan Senio yang membolos, toh yang rugi dia sendiri.

Saat ia sudah sampai didalam kelas, sudah ada Saskia yang datang lebih dulu. Memang Saskia selalu rajin datang pagi.

Ia menghentakkan duduknya, sehingga Saskia mengernyit heran. Ada apa dengan teman sebangkunya ini? Masih pagi tetapi wajahnya sudah cemberut seperti itu.

"Kenapa sih lo? Pagi pagi udah cemberut aja tuh muka?" tanya Saskia seraya menyenggol bahu Juni.

"Gue lagi kesel!" sembur Juni.

Saskia memicingkan matanya menatap Juni.l, "Oh gue tau kenapa lo kesel!?"

Juni mendengus, dan memutar bola matanya malas.

"Pasti lo kesel karna kak Senio kan?"

"Intinya gue kesel, kenapa sih abang gue harus segala sakit? Jadi gue harus terpaksa kan berangkat bareng kakak kelas nyebelin itu?!" gerutu Juni.

Saskia membulatkan bola mata, kemudian langsung menggoda Juni. "Lo berangkat bareng kak Senio? Ciee peningkatan nihh!"

Mendengar ucapan dari Saskia, refleks Juni memukul bahu Saskia hingga membuatnya meringis kesakitan.

"Sakit Juni!! Sejak kapan sih lo jadi suka mukul gini?" protes Saskia seraya mengelus bahunya yang terasa perih.

"Ya abis lo tuh ngomongnya ngaco tau gak?! Peningkatan, apanya yang peningkatan coba? Yang ada ini penurunan niat belajar gue," ucapnya.

"Ya gak usah mukul elah, sakit. Terus kak Senio nya jemput lo dong kerumah?" tanya Saskia yang penasaran meski rasa perih dibahunya masih terasa, tapi ia tidak mau kehilangan informasi tentang temannya yang sedang dekat dengan most wanted SMA Supernova.

"Yaiyalah."

"Terus lo mau?"

"Orang kata dia gak terima penolakkan, tapi gue gak mau. Eh, dianya maksa. Yaudah mau gak mau."

"Ahh gue jadi envy. Tapi kata lo kak Januari sakit? Sakit apa?"

Juni menghela nafas. 'Bagus deh dia ngalihin pembicaraan,' batinnya.

"Iya, dia abis digebukin."

Saskia tersentak kaget saat tau bahwa Januari sakit karna digebukin.
"Demi apa lo?! Kok bisa? Digebukin sama siapa?"

"Mana gue tau, orang dia gak bilang."

Saskia terdiam beberapa saat. Mengingat sesuatu yang pernah ia lihat sebelumnya.

"Lo kenapa?" heran Juni.

Saskia kembali mengarahkan pandangannya pada Juni. "Enggak apa apa."

'Mungkin gue salah liat,' batin saskia.

Juni mengangguk menanggapi ucapan Saskia.

"Kak Senio nya mana? Dia gak nganter lo sampe ke kelas?" tanya Saskia dengan kembali ke perihal sebelumnya.

Juni mendengus "dia bolos. Boro-boro nganter gue ke kelas, orang pas gue jalan duluan taunya dia langsung berangkat lagi keluar parkiran."

"Nasehatin dong, jangan bolos mulu dia udah kelas tiga. Lo kan pacarnya, pasti dia nurut."

"Males."

❤❤❤

Tbc.

-Har

Continue Reading

You'll Also Like

Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 65.7K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
37.4K 2.4K 58
(SELESAI) cover by: @naomimeidy9
2.1M 96.3K 69
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
102K 5.8K 38
TAHAP REVISI "𝙆𝙖𝙡𝙖𝙪 𝙨𝙖𝙮𝙖 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙟𝙖𝙩𝙪𝙝 𝙘𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪, 𝙜𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖?" - 𝙎𝙚𝙣𝙞𝙤𝙧. ⚍ SEMUA QUOTES BERASAL DARI GOO...