Last Letter From God [END]

By sleepdragon_seo11

118K 9.6K 492

Kehidupan sempurna sangat diimpikan oleh banyak orang. Tak terkecuali namja bermarga Park, Park Jungkook. Tap... More

Me Always Wrong..
What's Wrong with Me?
Misterious Latter..
I Will Ok!
The Dream...
Misterious Letter (Again)
That Girl?
I'm Sick
Chingu.
I'm Not Felling Well.
Hospital
School
Accident
Done?
Critical Conditions
Days
Meet
Bad Reality
푸른 사막인가 (Blue Desert)
Come & Go
사라지다 (Lost)
마지막 (The Last)
The Gift
Pemberitahuan!!

Epilog

4.1K 284 31
By sleepdragon_seo11

Three years later..

"Eomma, lihatlah. Bagaimana si bantet ini terlihat semakin bantet, eoh?"

"Dalam rangka apa kau mengejekku pagi-pagi seperti ini, hyung?"

"Ani. Aku hanya mengatakan fakta pada eomma. Eomma, lihatlah! Anak keduamu semakin bantet dan bulat. Kurasa ia akan menjelma menjadi mochi sebentar lagi."

"Seokjin hyung!!"

Begitulah keributan yang terjadi pagi ini di kediaman keluarga Park. Nyonya Park yang sibuk menata sarapan untuk keluarganya, hanya bisa menggeleng melihat tingkah dua anaknya itu. Selalu setiap pagi keduanya saling lempar ejekan. Meski saling mengejek, tapi itulah yang membuat suasana rumah lebih menyenangkan dan hidup selama dua tahun ini. Nyonya Park sangat bersyukur dengan kondisi dua anaknya yang sudah lebih baik ini. Satu tahun setelah kepergian Jungkook, Seokjin dan Jimin hidup layaknya robot. Melakukan kegiatan tapi sama sekali tak ada ekspresi di wajah keduanya. Nyonya Park dan tuan Park sempat membawa keduanya ke psikiater. Tapi mereka sangat bersyukur karena sekarang dua anaknya itu kembali seperti semula.

"Sudah hentikan kalian berdua. Lebih baik sekarang kita sarapan bersama."

Nyonya Park melerai pertengkaran dua anaknya itu dan mengajaknya untuk sarapan bersama. Tuan Park hanya menjadi penonton sejak tadi. Sesekali tertawa melihat tingkah anak pertama dan anak keduanya itu. Setelah ketibutan kecil dari Seokjin dan Jimin,  keluarga Park itu akhirnya menikmati sarapan mereka dengan tenang.

.

.

.

Setelah menikmati kegiatan sarapan, keluarga Park kini tengah berkumpul di ruang tamu. Menghabiskan waktu akhir pekan mereka dengan menonton tv bersama. Terlihat Seokjin dan Jimin tengah bersenda gurau bersama dengan tuan Park. Nyonya Park hanya tertawa kecil melihat interaksi antara anak dan ayah itu.

"Oh iya, ada yang ingin appa bicarakan pada kalian." Tuan Park buka suara mengambil topik serius. Seluruh atensi teralih pada tuan Park. "Appa berencana untuk menjual apartemen kalian dan Jungkook. Sayang jika hanya dibiarkan tanpa penghuni. Lebih baik appa menjualnya." ucap tuan Park.

Mendengar hal itu, Seokjin dan Jimin saling menatap sebentar lalu menatap tertunduk. Sorot mata sendu terlihat di kedua mata Seokjin dan Jimin. Tapi sedetik kemudian, Seokjin mengangkat kepalanya. Menatap appanya dengan sorot mata berharap.

"Appa, jangan menjual apartemennya. Aku akan tinggal disana." ucap Seokjin dengan pandangan memohon. Tuan Park mengernyitkan dahinya menatap anak sulungnya.

"Kau ingin menempatinya?"

"Ne, appa. Aku masih ingin menempatinya." ucap Seokjin dengan pandangan memohon.

"Aku juga ikut Seokjin hyung." sahut Jimin dengan ikut menatap sang appa. "Biarkan apartement itu, kami yang tempati, appa."

"Baiklah. Kalian tetap menempati apartement kalian. Tapi untuk apartement Jungkook, appa akan menjualnya." ucap tuan Park sambil menatap dua anaknya itu.

"Mianhae, appa. Kalau boleh aku sarankan, apartement Jungkook jangan di jual. Bagaimana kalau apartement itu di sewakan saja? Jika untuk dijual, aku kurang setuju, appa." usul Seokjin sambil menatap penuh harap kearah tuan Park. Tuan Park terlihat diam. Ia terlihat tengah berpikir.

"Baiklah. Appa tak akan menjualnya. Appa akan mendengarkan perkataanmu, Seokjin-ah." ucap tuan Park yang membuat senyum Seokjin tercipta.

"Gomawo, appa."

Seokjin tak bisa menutupi senyum senangnya. Setidaknya apartement adiknya masih menjadi milik keluarga Park meski nantinya akan ada yang menyewanya. Jimin juga ikut tersenyum senang mendengar usulan hyungnya di terima appanya.

.

.

.

Sudah seminggu Seokjin dan Jimin kembali tinggal di apartement mereka. Setelah meninggalkannya selama tiga tahun, akhirnya Seokjin dan Jimin kembali menempati apartement mereka. Tak banyak yang berubah. Meski barang-barang mereka semula dipindahkan dari sana.

Kini Seokjin tengah duduk di ruang tamu. Ditemani dengan koran paginya dan secangkir kopi. Pagi ini Seokjin tak pergi kemana-mana. Ia hanya ingin menikmati weekend-nya di apartementnya. Tapi belum selesai membaca koran paginya, Seokjin mengalihkan pandangannya kearah sebuah pigora. Dimana disana ada potret tiga orang namja bersaudara. Dua yang ada di tepi tengah sibuk menikmati mimpinya, sedangkan namja yang berada di tengah, sibuk mengulas senyum kelincinya meski ia duduk di kursi roda. Ya, itu potret terakhir dari Jungkook bersama dengan dirinya dan Jimin ketika koma. Seokjin mengambil pigora itu dan mengusap pelan foto terakhir Jungkook sebelum namja kelinci itu meninggalkan dunia ini. Seokjin membalik pigora itu. Dan seketika air mukanya berubah menjadi sendu. Tak ingin terlalu berlarut-larut,  Seokjin mengembalikan pigora itu di tempatnya dan kembali membaca koran paginya.

Cklek!

"Aish, hujan sialan! Basah semua kan bajuku!"

Jimin masuk ke dalam apartement dengan mengumpat kesal. Ia sibuk menepuk-nepuk bajunya yang basah karena hujan tiba-tiba di luar. Seokjin menggelengkan kepalanya melihat Jimin yang sedang kesal karena hujan.

"Ya, kau ini. Salahkan dirimu yang tak membawa payung. Sudah jelas diluar mendung dan di televisi juga sudah diberitau jika akan hujan. Kenapa kau masih menyalahkan hujan?" cebik Seokjin sambil meletakkan korannya. Ia mengambil kopinya dan menyesapnya. Menikmati jalaran hangat dengan rasa manis dan pahit secara bersamaan itu di tenggorokannya.

"Kenapa hyung tak memberitauku?"

"Ya, kau bahkan melihat siaran cuaca itu tadi. Kau pasti sudah tau."

"Aku tak tau, hyung. Aku buru-buru karena ada kelas,  jadi tak mendengarkan tadi."

"Salahmu sendiri, kan? Jadi jangan salahkan hyung atau hujan."

Jimin mencebikkan bibirnya mendengar perkataan Seokjin. Ia berjalan dengan kesal menuju ke kamarnya. Berniat untuk mengganti pakaiannya yang basah kuyup karena nekat menerobos hujan ketika pulang dari kampus. Tak lama, Jimin keluar dari kamarnya dan duduk di sofa. Wajahnya masih terlihat kesal. Seokjin hanya terkekeh melihat tingkah Jimin yang childish.

"Ya, jangan bertingkah seperti anak kecil. Kau masih punya seorang adik, neo arra?"

Perkataan Seokjin membuat Jimin termenung. Bahkan Seokjin juga ikut termenung setelah mengatakan perihal adik. Sorot mata Jimin berubah menjadi sedih seketika.

"Ne, aku masih punya seorang adik." ucap Jimin dengan nada sedihnya. Seokjin merasa bersalah ketika melihat sorot sendu Jimin.

"Sudahlah. Mian, hyung membuat kita ingat dengan Jungkook. Jja! Kita minum saja bagaimana? Aku tak pernah merasakan minum bersama adikku." ajak Seokjin dengan merangkul Jimin. Menampilkan senyumannya mencoba menghibur adiknya itu.

"Call! Aku sangat ingin minum sekarang. Hyung yang teraktir."

"Call! Kajja!"

Seokjin dan Jimin beranjak dari tempat duduknya. Seokjin merangkul Jimin dan berjalan menuju pintu apartement mereka. Dua namja itu keluar dari apartement mereka dan hendak berjalan menuju lift. Bersamaan dengan kedua mata mereka menangkap beberapa orang sibuk mengangkat barang-barang masuk ke apartement sebelah apartement Seokjin dan Jimin.

"Apa apartement Jungkook sudah ada yang menyewa, hyung?" tanya Jimin sambil melihat orang-orang yang sibuk mengangkat kursi dan beberapa perabotan yang lainnya.

"Kurasa begitu, Jimin-ah. Keundae, kenapa appa tak memberitau kita sama sekali?" tanya Seokjin dengan pandangan bingungnya. Ia masih asik menatap kegiatan pekerja itu memindahkan barang.

Dua namja itu asik melihat kegiatan memindahkan barang. Bahkan karena asiknya, mereka tak menyadari jika ada seorang yang berjalan mendekat kearah mereka. Seorang namja dengan coat coklat panjangnya berjalan mendekati Seokjin dan Jimin. Berniat untuk memberikan salam pada dua namja yang akan menjadi tetangganya itu. Merasa ada yang mendekat, Seokjin dan Jimin menolehkan kepala mereka. Dan seketika, tubuh mereka membeku. Kedua netra itu sama sekali tak berkedip bahkan bergerak sedikit pun dari sosok yang berdiri di dekat mereka dengan mengulas senyum ramah yang terkesan begitu manis.

"Annyeonghaseo, Jeon Jeongguk imnida. Saya yang akan menghuni apartement disamping apartement kalian. Saya berharap, kita dapat menjadi tetangga." ucap namja itu dengan mengulas senyum manis yang menampilkan gigi kelincinya itu.

Kookie..




Aku berharap kalian bisa bahagia tanpa kehadiranku. Aku menyayangi kalian, hyungdeul. - Park Jungkook, tulisan terakhir di balik foto bersama dengan Seokjin dan Jimin.


Poem for Bunny

Kelinci kecil dalam sebuah lubang yang kecil. Tak bisa keluar dan tak bisa bergerak. Hanya bisa bernafas...

Kelinci kecil yang malang. Menutup mata dalam diamnya. Meresapi rasa tanah yang menempel di tubuhnya.

Kelinci kecil yang malang. Bulu putih dan lembutnya, menyembunyikan sebuah luka yang baru terlihat. Sebuah luka yang tak akan bisa di sembuhkan jika tidak ada yang merawatnya.

Kelinci kecil yang malang. Luka yang perlahan mengering kembali terkoyak karena seorang perusuh kecil. Luka itu bertambah parah. Bertahan? Atau menyerah?

Kelinci kecil yang malang. Pembuat lukanya, kini sedang lemah. Tak akan ada yang membuat luka padanya lagi. Tapi, rasa sedih menyelimuti kelinci kecil, karena pembuat luka tengah lemah. Kelinci kecil yang baik. Tapi, apa ia akan terus memikirkan yang lain tanpa memikirkan luka yang dimilikinya?

You have to do everything you want. Before I pick you up sometimes.

Do everything you want, little rabbit. Make yourself can remember by everyone.

Perjuangan dan pengorbanan kelinci kecil cukup sampai disini. Dia  harus kembali.








.

.

.

END.

Huwaaa.. Kkeut!! Selesai sdah crita rei yg stu ini. Pdhal ini ff prtama yg rei up, bru bsa di end in skarang. Sudahlah.

Oke, rei mau ngomong. Mian buat yg udah nunggu ff ini. Kok nggak di up" pdhl tnggal stu part doang. Ya bgtulah rei. Ska ngaret. Mian readernim yang terhormat.

Dan juga.. Gomawo! Gomawo udh mau bca cerita rei ini. Udh mau ngikutin dri awal smpe akhir. Gomawo readernim yang terhormat. Hamba selalu mengabdi kepada yang mulia sekalian.

Oke! Pnjang sdh. Rei akhiri saja. Skali lagi mian dan gomawo yang mulia readernimdeul.

See you next story and bye bye.

Salam Reika Ryu.

Continue Reading

You'll Also Like

109K 11.3K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
24.8K 2.8K 35
"Gaada yang mau juga hidup kaya gini, kalo boleh milih gue lebih baik ga kenal lu dan orang tua gue tetep hidup" wooyoung. Warning! • Hurt comfort (k...
601K 47.5K 56
Kim Taehyung adalah pemuda dengan senyum yang manis.. Namun, senyuman yang dulu dia berikan dengan ketulusan, sekarang berubah menjadi senyum kepahit...
74.2K 1.8K 11
COMPLETED! Seri 1 cerita Can I Hope? Kisah seorang Kim Jungkook yang merasa hidupnya begitu tidak bermakna. Kebencian yang ia terima dari kakak kandu...