Shoot Me √

By Lilyla__

167K 18.6K 4.5K

"Berhenti, atau aku akan menembakmu." "Aku tak peduli. Bahkan jika timah panas itu menembus kulitku, aku tak... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
New Work Soon

epilog

6.4K 519 236
By Lilyla__

Musim panas telah tiba. Yerim sedang sibuk menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan juga yang akan dikenakan keluarga kecilnya untuk menghadiri sebuah pesta outdoor. Yerim mengeluarkan pakaian dari walk in closet dan meletakkan di tempat tidur. Ia mengambil ponsel yang ada di nakas, di dekat sebuah pigura bergambar anggota Dark Petal.

Terlihat Yerim nampak kesal, beberapa kali ia menggerutu karena pakaiannya terlihat tak muat. Perut buncitnya membuat pakaian favoritnya tak ada yang bisa dipakai. Terpaksa, ia memakai dress seadaanya.

Visualisasi pakaian serta aksesoris tapi tanpa high heels ^.^

"Jungkook, jangan banyak bermain. Cepat keluar!" Yerim kesal karena Jungkook hampir satu jam berada di kamar mandi.

Jungkook berlari mengejar sosok kecil yang mencoba menghindarinya. Ia hanya menutup bagian bawah tubuhnya dengan handuk ketika keluar dari kamar mandi.

"Hyunjin, jangan lari-lari begitu! Kau bisa jatuh," Yerim mencoba menangkap anak lelakinya yang berusia tiga tahun.

Jungkook berlari dan menangkap anak sulungnya. Ia menangkap dan setengah melemparkan ke udara lalu menangkapnya lagi membuat balita itu tertawa.

"Jungkook, kita terlambat nanti," tegur Yerim.

"Mian, sayang. Hyunjin tadi bandel. Dia membuat seluruh bajuku basah. Iyakan, Hyunjin? Kau nakal pada daddy?"

Yang ditanya malah tertawa.

"Mana, berikan Hyunjin padaku, kau bersiaplah. Kita tak boleh terlambat atau sahabatmu itu akan berceloteh sepanjang hari."

Jungkook meletakkan anaknya di atas tempat tidur. Ia berjalan ke walk in closet dalam apartementnya dan berganti disana dengan pakaian yang telah Yerim siapkan.

"Kau juga bersiaplah. Aku akan menyiapkan makanan untuk kita sebelum berangkat," Jungkook mengatakannya sambil berganti pakaian.

"Siap, kapten!"

"Chiap Aten!" Hyunjin menirukan ibunya yang membuat keduanya kembali tertawa.

Di leher Hyunjin terdapat kalung yang sangat berarti. Kalung berliontin bintang pemberian Irene. Yerim memberikannya, seharusnya itu milik anaknya yang telah pergi, tapi sekarang Yerim memberikannya untuk Hyunjin. Jeon Hyunjin. Nama yang sengaja dipilih Yerim untuk mengingat Seokjin dan Irene yang memiliki nama asli Joohyun. Jungkook tak keberatan memberikan nama anak pertama mereka yang lahir dengan nama itu karena Jungkook pun merasa cukup kehilangan sosok Seokjin meski belum lama mengenalnya.

.

Jungkook menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya. Memang Yerim sudah bisa melakukan tugas ibu rumah tangga, tapi untuk memasak, dia masih tak yakin dan lebih sering meminta Jungkook untuk memasak. Jika Jungkook kelelahan, Yerim mencoba sebisanya, jika tidak ya mereka akan makan di luar atau delivery.

Segelas susu untuk jagoan kecilnya, segelas susu khusus wanita hamil untuk Yerim dan dia memilih segelas kopi putih. Jungkook membuat nasi goreng andalannya untuk sarapan. Ia juga mengeluarkan nugget sayur yang dibuat noona-nya untuk Hyunjin. Nugget yang berada di freezer itu digoreng sebagian.

Jungkook mendengar langkah berat menuruni tangga kecil di dalam aprtementn mereka. Melihat Yerim yang menggendong Hyunjin dengan perut buncitnya membuat Jungkook berlari. Ia meraih puteranya dan menatap tajam Yerim yang nekat menggendong Hyunjin yang sudah tak kecil lagi.

"Kau akan melukai baby Jeon, nyonya. Sudah ku katakan jangan menggendongnya."

"Kau tau kan, aku paling tak bisa membiarkan Hyunjin menuruni tangga sendiri. Aku takut ia tergelincir dan jatuh," Jungkook hanya menggelengkan kepala mendengarkan penuturan Yerim. Wanita yang tengah berbadan dua itu membiarkan anaknya beraktivitas apapun, tapi untuk naik turun tangga, Yerim sangat melarang.

"Ya sudah. Ayo makan lalu kita berangkat."

.

Mobil yang dikendarai Jungkook terasa sangat ramai. Hyunjin yang berada di dalam pangkuan ibunya tak berhenti berceloteh.

"Hyunjin jangan banyak bergerak ya, kasian mommy dan adek," Jungkook sangat cemas jika Hyunjin tak sengaja menendang atau memukul perut Yerim. Anak itu tak mau duduk di belakang, tapi duduk di pangkuan ibunya membuat Jungkook tak fokus.

"Unjin cayang adek. Unjin akan jaga adek."

Jungkook tersenyum. Ia mengacak surai hitam lebat milik anaknya.

"Kau terlalu khawatir. Tak apa. Hyunjin kesayangan mommy bukan anak nakal..."

"ciiipp mommy," Hyunjin mengangkat tangannya meminta high-five. Yerim menerimanya.

"Nah sekarang, sudah sampai," Jungkook memarkirkan mobilnya. Ia melepas safety belt. "Daddy turun dulu, Hyunjin diam sebentar ya," Jungkook segera keluar. Ia memutari mobil dan membuka pintu disebelah Yerim. Meraih Hyunjin kedalam gendongannya dan membantu Yerim keluar dari mobil.

"Hyunjin... si ganteng...," Suara ringan milik seorang wanita membuat Yerim maupun Jungkook menoleh.

"Unty...," Hyunjin mengulurkan tangan meminta gendong namun tangannya ditahan Jungkook.

"Jangan sayang, Chae aunty sama seperti mommy. Perutnya besar ada adek. Aunty tak kuat gendong lagi, kan Hyunjin sudah besar," Jungkook memberikan pengertian pada anaknya.

"Oh iya. Unjin lupah," Hyunjin menepuk jidatnya sendiri membuat yang ada disana tertawa.

"Sini, sama Uncle saja," Hoseok mengulurkan tangannya dan Hyunjin kini sudah berpindah tangan.

Hoseok menikah setahun lalu bersama dengan Rose dan sekarang mereka tengah menantikan anak pertama mereka, dimana kehamilan Rose ini hanya selang beberapa minggu dari Yerim.

"Ayo masuk, Jimin oppa nanti marah kalau kita terlambat," ajak Yerim lalu menggamit tangan Jungkook.

Mereka masuk bersama ke area wedding dari sahabat mereka. Seulgi dan Jimin. Jimin menjalani hubungan yang panjang dengan Seulgi dimana mereka terkadang putus dan terkadang nyambung membuat Jimin frustasi. Tapi itu tak menyurutkan tekadnya untuk menjadikan Seulgi yang terakhir.

Jimin dan Seulgi nampak serasi berdua menyambut tamu berdatangan. Di sisi lain tempat resepsi, ada Jisoo yang datang bersama tunangannya, Park Jinyoung. Jisoo turut menyiapkan pesta pernikahan sahabatnya. Bahkan gaun, Jisoo yang membuatkan khusus untuk Seulgi, sama seperti ketika Jisoo membuatkan gaun pernikahan untuk Yerim.

"Hay jagoan," sapa Jimin pada Hyunjin.

"Ancel, Unty celamat...celamat apa ancel?" tanya Hyunjin pada Hoseok yang menggendongnya. Ia lupa kalimat yang diajarkan Jungkook beberapa saat yang lalu.

"Selamat..."

"Celamat..."

"Menempuh.."

"Menem..puh.."

"Hidup baru.."

"Hidup ballu," Hyunjin tepuk tangan, merasa senang mampu menyelesaikan kalimat yang sempat ia lupakan.

Jimin sangat gemas. Ia mencubit gemas pipi Hyunjin. "Terimakasih jagoan..."

"Woah.. Hyunjin sangat tampan hari ini...," puji Seulgi.

"Macihh unty..."

"Hyunjinnn!!!" Jisoo setengah berlari menjemput Hyunjin. Menyiapkan pernikahan bersama Seulgi menyita waktunya. Ia merasa rindu pada keponakannya.

"Jicuu eomma!" Hyunjin berpindah tangan ke Jisoo. Jisoo menciumi gemas keponakannya yang semakin aktif berbicara.

"Kalian lanjutkan. Aku akan menculik Hyunjin. Bye," Jisoo segera berlari meninggalkan mereka. Jisoo sendiri tak ingin dipanggil aunty. Karena Yerim membuat Hyunjin memanggil  mommy, maka Jisoo ingin sekali dipanggil eomma.

"Jimin, noona selamat atas pernikahan kalian. Semoga langgeng."

"Makasih Jungkook."

"Makasih, brother. Lima tahun lalu kalian menikah dan mendapatkan Hyunjin. Sekarang kami menyusul dan kami akan membuatkan jodoh untuk Hyunjin," celetuk Jimin yang membuat Seulgi mencubit perutnya.

"Sayang, aku rasa kita harus memberikan mereka privasi," ucap Jungkook.

"Iya, aku ingin mencari makanan yang enak. Ayo," Yerim menarik tangan Jungkook.

"Oppa, ayo susul Ahreum dan Jungkook. Suasana begitu aneh," Rose tertawa lalu pergi.

Hoseok mendekat ke telinga Jimin. "Kalau kau buatkan jodoh untuk Hyunjin, buatkan juga jodoh untuk anakku, anakku laki-laki juga," lalu Hoseok melengang pergi meninggalkan Jimin yang menganga tak percaya.

"Ada apa Jim? Apa yang dikatakan suami Chaeyoung sampai kau tak bisa menutup mulut begitu?"

"Kalau kita membuatkan jodoh untuk Hyunjin, dia juga minta kita untuk jodoh anaknya. Bagaimana kalau kita buat kembar?"

"YA! PARK JIMIINN!!!"

*

Seorang lelaki muda bertubuh tinggi dengan mata sipitnya duduk dihadapan kaca. Ia ditemani lelaki lain yang berdiri dibelakangnya. Mereka menunggu seseorang.

Dan benar, tak berapa lama pintu terbuka menampilkan sosok lelaki yang nampak lebih tua daripada sebelumnya bahkan lebih tua dari usia sebenarnya. Wajahnya berantakan, dan sangat tak terawatt, pucat juga kurus.

"Kau datang ?"

"Tentu. Aku mendatangi anda hanya untuk melihat keadaan anda."

Mereka duduk saling berhadapan dengan dibatasi kaca.

"Kenapa kau selalu datang? Aku merasa bersalah setiap melihatmu."

"Aku mendengar anda sakit. Apa ssekarang sudah lebih baik?"

"Chenle... kenapa kau begitu peduli padaku? Hatimu sungguh lembut seperti noona," lelaki itu mulai menangis. "Kau bahkan menjengukku yang sudah menyakiti keluargamu..."

"Aku diajarkan untuk tak menyimpan dendam. Eomma tak menyukainya. Tapi, aku tak bisa mengajak eomma kesini karena eomma pasti akan menangis ketiak bertemu dengan anda."

"Bagaimana keadaanmu? Juga noonamu?"

"Aku sekarang mengambil study di Canada bersama Mark," Chenle menunjuk lelaki dibelakangnya. "Noona sekarang sudah bahagia. Dia sudah menikah lima tahun lalu dan sekarang memiliki seorang anak lelaki," Chenle membuka ponselnya. Ia mencari gambar yang ia inginkan.

"Ahreum...," gumam lelaki itu melihat gambar yang ditunjukkan Chenle. Disana nampak Chenle tengah duduk di sofa dengan Hyunjin berada dalam pangkuannya. Yerim duduk disebelah Chenle dan Jungkook berdiri dibelakang mereka.

"Yang dibelakang itu Jungkook hyung. Anak dari Seojoon uncle. Dan dia Hyunjin anak noona dan hyung. Mereka bahagia sekarang."

"Perut Ahreum.. apa dia hamil?"

Chenle mangangguk. "Noona sedang mengandung anak kedua mereka. Semoga dengan berita seperti ini membuat rasa bersalahmu menguap sedikit demi sedikit. Mereka sudah bahagia, dan anda juga harus lega. Setidaknya anda tak merusak kehidupan kami sampai akhir."

Im Siwan. Lelaki itu mengangguk. Ia meneteskan air mata dan mengangguk beberapa kali. "Jika begini, aku lega. Sampaikan salamku pada keluargamu dan jadilah anak yang sukses. Maafkan aku menjadi noda hitam di keluargamu..."

Chenle bangkit dari duduknya. Ia merangkul Mark dan keluar dari tempat untuk mengunjungi tahanan. Ya, Im Siwan memang tak dihukum mati. Itu permintaan dari pihak Ji Changwook karena ia masih menghargai hubungan darah istrinya dengan Siwan. Dan Siwan akhirnya mendapatkan hukuman seumur hidup.

Tak ada yang benar-benar peduli padanya. hanya Chenle yang beberapa waktu sekali menjenguknya itupun ditemani Mark. Chenle kesal. Tapi ada rasa tak tega juga sehingga ia memutuskan untuk beberapa waktu sekali menjenguk Siwan di penjara.

"Kau melakukan hal yang tepat..."

"Thanks, Mark. Sudah menguatkanku!"

"Haha. Itu bukan masalah. Ayo pulang. Aku ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk berkumpul bersama keluarga sebelum kembali ke Canada."

"HAha. Ayo! Aku merindukan Hyunjin."

"Tapi mereka sedang menghadiri pernikahan Jimin hyung... nanti malam kita ke apartementnya. Kita menginap disana."

*

Yerim terbangun dari tidurnya. Ia merasa sedikit tak nyaman. Perut besarnya membuatnya kesusahan mencari posisi tidur yang nyaman. Jungkook yang masih membaca buku di atas tempat tidur menoleh kearah Yerim karena tempat tidur mereka bergetar.

"Kau bangun, sayang? Kau mau makan apa?"

Yerim menggelengkan kepala. Ia berusaha bangun. Jungkook segera turun dan memutari tempat tidur untuk membantu Yerim bersandar pada dashboard. Pangeran kecil berada diantara mereka, tak mungkin Jungkook membantu Yerim dari atas tempat tidur.

"Makasih."

Jungkook mengangguk. Ia duduk di tepi tempat tidur. Mengelus perut buncit Yerim.

"Hyunjin juga tidur... sejak kapan?" Yerim mengelus kepala puteranya. Hyunjin terlihat tidur sangat nyenyak.

"Ketika kau tidur, Hyunjin langsung menyusulmu setelah selesai mandi. Dia juga tertidur. Dia juga kelelahan sama seperti mommy-nya."

"Kau tak lelah?"

Jungkook menggelengkan kepala. "Ini masih pukul Sembilan. Aku yakin kau pasti akan bangun, jadi aku menunggumu siapa tau kau membutuhkan sesuatu."

Yerim tersenyum. Ia meletakkan tangannya diatas tangan Jungkook yang berada di perutnya. "Terimakasih menjadi suami siaga dan menjadi ayah yang bisa diandalkan."

"Aku berusaha yang terbaik. Terimakasih sudah berubah menjadi wanita yang lebih lembut.."

"Awh," Jungkook menjerit tertahan karena Yerim mencubit lengannya.

"Aduh..."

"Kenapa? Apa yang sakit? hmm?"

"Baby-nya menendang."

"Astaga.. aku kira ada apa," Jungkook terkekeh. Ia mengelus perut Yerim. "Sayang... mommy sedang lelah.. kau juga istirahat ya, nak.."

"Woah.. kali ini baby Jeon sangat penurut. Dia kembali tenang."

Suara bel apartement membuat mereka bertanya-tanya. Siapa yang datang malam-malam begini? Yerim mencoba turun tapi Jungkook menahannya.

"Biar aku lihat.."

Yerim mengangguk. Dirasakannya Hyunjin menggeliat karena bel apartement itu sangat berisik. Hyunjin mengucek matanya.

"Mommy....," Hyunjin mulai menangis.

"Sayang.... Ssttt... ini mommy ada disini.."

"Mommy... daddy...," Hyunjin terduduk dan Yerim meraihnya. Ia membawa Hyunjin ke pelukannya meski sedikit kesusahan.

"Sayang.. disini ada mommy.. jangan takut. Daddy sedang membukakan pintu...."

Hyunjin membuka matanya. "Haush."

Yerim menoleh ke nakas. "Wah, mommy lupa tak menyiapkan susu. Maaf sayang. Mommy ke dapur ya. Hyunjin tunggu disini."

Hyunjin tak mau ditinggal. Alhasil, Yerim menuntun puteranya untuk berjalan. Jika Jungkook tau ia menggendong Hyunjin lagi, pasti ia akan mendapat omelan.

"Noona!!" sapa Chenle ketika melihat Yerim yang akan menuruni tangga.

"Ancel... Lele ancel, mak ancel...," Hyunjin bersorak senang melihat kedua pamannya datang. Ia berlari menuruni tangga dengan langkah kecilnya membuat Yerim menjerit.

"Hyunjinn!!!"

Hap

"Kau nakal ya! Membuat mommy-mu takut,"Mark menggendong Hyunjin. Ia menangkap Hyunjin ketika melihat bocah itu akan berlari.

"Hyunjin... daddy pernah bilang apa...," Jungkook memberikan tatapan tajam untuk menegur puteranya yang ceroboh.

"Unjin minta maaf daddy... Unjin nakal. Unjin lali-lalian di tangga," Hyunjin menutup kedua matanya. Kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika takut dan merasa bersalah.

"Lain kali jangan seperti itu... mommy jadi kaget. Mau mommy sakit gara-gara Hyunjin?" tanya Jungkook.

Hyunjin menggelengkan kepala. "Maaf daddy..."

"Sudah-sudah," Yerim menggerakkan tangannya di depan mata Jungkook membuat lelaki itu berkedip. "Jangan diulangi lagi ya sayang. Mommy buatkan susu dulu. Baik-baik sama uncle ya."

"Apa kalian akan menginap?" tanya Jungkook.

"Kami akan menginap. Kami tidur di kamar Hyunjin atau di sofa juga tak apa, hyung," sahut Chenle.

Jungkook duduk didekat Chenle yang sibuk bermain dengan Hyunjin. Mark memilih duduk diatas karpet dan menggoda Hyunjin. Suara tawa keluar dari bocah yang baru berusia tiga tahun itu.

"Hyunjin, didalam perut mommy ada dedek. Hyunjin mau punya adik perempuan atau laki-laki?" tanya Chenle.

"Plempuan! Laki-laki nanti lebutan mainan. Unjin tak cuka!"

"Memangnya sudah di usg, hyung?"

"Noona kalian tak mau. Aku juga tak ingin tau. Biarkan itu jadi kejutan."

"Aku akan dapat dua keponakan lagi," Chenle merebahkan badannya di sandaran sofa.

"Iya. Chaeyoung noona juga sedang mengandung. Besok ayo ke rumahnya. Ya, sebelum berangkat ke Canada lagi kita temui orang-orang terdekat. Siapa tau mendapat tambahan uang saku."

"Ohh.. jadi kalian kemari karena ingin dapat tambahan uang saku? Hmm?" sahut Yerim yang membawa nampan berisi tiga cangkir minuman dan satu gelas susu untuk Hyunjin.

Jungkook segera berdiri dan membantunya. Yerim mengambil susu untuk puteranya. Ia duduk di sofa.

"Itu niat kedua kami, noona," celetuk Chenle yang mendapat persetujuan dari Mark.

"Hyunjin, minum susunya nak," Yerim menggerakkan tangannya agar Hyunjin mendekat.

"Daddy..."

Jungkook mengambil gelas dari Yerim. Ia berjalan menuju Hyunjin dan duduk di karpet bersama Mark. Melihat daddy-nya sudah duduk di karpet, Hyunjin segera duduk dipangkuannya. Ia minum dibantu sang ayah. Chenle dan Mark terlihat menggoda Hyunjin yang meminum masih dibantu sang ayah. Kesal, Hyunjin menampik tangan Jungkook dan memegang gelas menggunakan tangannya sendiri. Jungkook masih mengulurkan tangannya berjaga-jaga jika susu itu tumpah atau gelasnya yang terjatuh.

"Kehidupanku memang rumit. Kehidupan seperti ini tak pernah terbayangkan olehku. Terimakasih Tuhan telah mengijinkanku menjadi seorang ibu dan seorang istri. Aku belum sempurna menjadi istri apalagi ibu, terimakasih sudah memberikan sosok penyabar dan anak yang manis dalam hidupku." YR

"Senyum puteraku, Senyum isteriku adalah segalanya. Aku percaya apa yang kulalui adalah jalan menuju takdir yang indah. Terimakasih membiarkanku menembus dinding yang kau bangun. Terimakasih telah menerimaku. Mari lanjutkan cerita kita dengan mengukir kenangan-kenangan indah yang lain, sampai mau memisahkan." JK

***

Benar-benar selesai. Maafkan epilog yang panjang. Harusnya singkat aja. Hehe. Intinya mereka hidup bahagia. Setelah baca epilog, boleh kok menambah hasil review dari Shoot Me. Bagaimana Shoot Me menurut kalian?

Oh iya itu jin dan irene beda ya. Bukan dari dark petal hehe.

Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dari Lily untuk kalian. Makasih untuk kalian semua yang sudah mensupport Shoot Me.

Salam dari Hyunjin. JEON HYUNJIN💜😚😘😘 juga dari cast lain ^^

*untuk jrose Lily gag ngedit. Cr on pict ^^

[300118-170618]

Continue Reading

You'll Also Like

143K 20.7K 50
Laki-laki itu terus memerhatikan si gadis. Menaruh hati tapi tak yakin, ingin dekat tapi tak punya alasan untuk mendekati. Gadis itu adalah alasanny...
383K 21.8K 44
Setiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di t...
122K 13.2K 40
Rose sudah menyusun rencana masa depannya dengan serapih mungkin. Namun kandas begitu saja saat dia harus menerima takdir lain, dimana ia dijodohkan...
126K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...