Shoot Me √

By Lilyla__

167K 18.6K 4.5K

"Berhenti, atau aku akan menembakmu." "Aku tak peduli. Bahkan jika timah panas itu menembus kulitku, aku tak... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
epilog
New Work Soon

34

5.4K 511 303
By Lilyla__

Let Go




Rose terduduk lemas dengan Hoseok yang berada disampingnya. Seungwan memilih berdiri dibelakang Rose dan Hoseok sementara Yerim duduk di kursi roda. Dibelakangnya ada Jungkook. Taehyung bersebelahan dengan Seungwan.

Mereka memberikan penghomatan untuk yang terakhir kalinya pada Seokjin dan Irene. Bahu Yerim bergetar melihat nama yang terukir di guci itu. Jungkook meletakkan tangannya di bahu Yerim. Ia menguatkan Yerim.

"Oppa.. wae? Kenapa oppa melakukan ini? Eonni juga... eonni kenapa semudah itu jatuh? Apa kalian merencanakan ini semua? Apa kalian tak ingin hidup lebih baik? Kenapa kalian melakukan ini?"

Yerim mengusap air matanya. Ia mulai sesenggukan.

"Oppa, gomawo, eoh! Kau sudah menjadi sosok yang sangat berharga dalam hidupku. Eonni gomawo sudah menjadi guruku. Mian, karena aku membuat kalian seperti ini... Aku tetap adik kalian kan? Jangan lupakan aku jika kalian sudah bahagia disana... Aku janji.. aku akan bahagia, oppa. Aku akan hidup lebih baik..."

"Hyung.. aku akan menjaga Rim. Jangan khawatir. Istirahatlah dengan tenang bersama dengan noona. Kami akan bahagia."

Rose mencoba berdiri dibantu dengan Hoseok. Ia berjalan kearah Yerim lalu duduk dihadapan Yerim. Ia meremas lutut Yerim menyalurkan rasa duka yang ia rasakan, berharap rasa dukanya bertemu dengan rasa duka Yerim bisa menguap dan hilang. Rose meletakkan kepalanya di pangkuan Yerim, ia masih menangis.

"Mianhae, Yerim... mian... aku sering berperilaku buruk padamu. Aku bukan eonni yang baik. Maafkan Irene eonni juga yang selalu menghukummu dan aku yang tak bisa berkutik melawan perintahnya..."

Yerim memejamkan mata menekan agar tangisnya tak semakin menjadi.

"Rim.. ayo kita hidup lebih baik. Aku ingin hidup jauh lebih baik dari ini.. Aku tak ingin perngorbanan oppa dan eonni sia-sia."

"Eonni, aku ingin memelukmu, tapi aku tak bisa merengkuhmu jika harus membungkukkan badan," ucap Yerim.

Rose mendongakkan kepala. Ia bertumpu pada kedua lututnya dan memeluk Yerim. Yerim membalas pelukannya.

"Cepatlah pulih dan kita mulai kehidupan yang baru."

Yerim mengangguk. "Oppa..."

Hoseok yang memilih berdiri didekat Rose segera mengambil posisi seperti Rose. Ia terharu air matanya tak bisa ditahan. Ia segera memeluk kedua wanita yang hidup bersamanya selama ini. Dua wanita tersisa yang akan melanjutkan kehidupan menuju hidup yang jauh lebih baik.

*

Jungkook membenarkan letak selimut Yerim. Ia telah kembali dari tempat Seokjin. Wanita itu tertidur sepanjang perjalanan pulang. Lelah membuatnya kalah. Bahkan ketika dipindahkan ke kamar oleh Jungkook, ia tak bangun.

Jungkook mengambil kursi dan duduk disamping tempat tidur Yerim. Ia tersenyum melihat Yerim yang bisa tidur dengan nyenyak setelah melewati waktu yang berat. Tangannya mengusap penuh kasih puncak kepala Yerim.

"Kau sungguh-sungguh menyukai Ahreum?" nampak Yoona datang dengan secangkir teh hijau ditangan. "Minumlah. Kau pasti lelah menjaga Ahreum."

Jungkook menerima teh hijau itu. "Terimakasih, nyonya... bagaimana keadaan nyonya??"

"Aku dan Chenle hanya mengalami shock. Tapi kami sudah jauh lebih baik. Aku merasa lebih baik lagi melihat puteriku kembali.."

Jungkook mengangguk.

"Terimakasih, Jungkook. Kau membawa puteriku kembali. Terimakasih sudah berusaha melindunginya..."

"Sama-sama nyonya.."

"Aniya. Jangan panggil nyonya. Panggil aku eomma. Bukankah kau akan menjadi menantuku?"

"Eh?"

"Apa kau akan meninggalkan Ahreum ketika semua selesai?"

Jungkook menggelengkan kepalanya.

"Kau menyukai Ahreum?"

"Saya rasa, lebih dari sekedar suka... saya sudah berjanji untuk berada disampingnya."

"Kalau begitu, aku bukan nyonya bagimu. Aku adalah ibumu juga. Bahagiakan dia, Jungkook. Mendengar penuturan dokter itu, aku rasa kau memang orang yang tepat untuk Ahreum."

Jungkook merasa terharu dengan penuturan Yoona. Ia tak menyangka mendapat kepercayaan dari keluarga Yerim dengan begitu mudah. Ia mengangguk menyanggupi permintaan Yoona.

*

Ji Changwook mendatangi rumah Jeon Seojoon. Disana ada Siwan yang tengah dijaga Yoongi dan Taehyung. Lelaki itu belum di masukkan ke penjara. Lengannya hanya sebatas di bebat dengan kain. Luka akibat tembakan Yerim, mereka tak memberikan perawatan yang layak. Di rumah itu, juga ada Jisoo, Rose dan Hoseok. Untuk sementara, sampai Namjoon bisa membereskan semuanya, Rose dan Hoseok akan tinggal di rumah Seojoon.

Hoseok turut berada dalam ruang kerja Seojoon, dimana disana ada Siwan yang dibiarkan duduk di lantai sementara dibelakangnya ada Yoongi juga Taehyung. Changwook duduk dihadapan Siwan, menatap penuh kebencian pada adik iparnya.

"Kenapa kau lakukan ini? Apa hanya karena kau tak merasa bahagia?" tanya Changwook dengan nada begitu dingin.

Siwan tersenyum miring. "Ini semua karenamu, hyung. Kalau kau meninggalkan noona saat itu, aku dan keluargaku akan bahagia."

"Kau mengorbankan kebahagiaan noona-mu? Bukankah appa sudah mengatakan bahwa kebahagiaan anaknya tak akan dijual? Kenapa kau tak menghargai keputusan appa?"

"Itu pasti karena kau mencuci otak appa, hyung! Appa-ku sudah kau pengaruhi sehingga dia membiarkan noona menikahimu!"

"Tutup mulut busukmu, Siwan! Kau meragukan appa? Ayah kandungmu sendiri?!!! Kurang ajar kau. Seharusnya kau menurutinya dan berjuang lebih keras agar keluarga Im bangkit dari keterpurukan. Bukan malah mencari cara untuk menjatuhkanku!"

"Kau tak merasa bersalah sedikitpun, eoh?" mulut Hoseok gatal jika tak berbicara.

Siwan tertawa. "Diamlah bodoh. Kau tak tau apapun. Kau hanya mendapatkan perintah."

Taehyung menahan tangan Hoseok. Ia memberi kode pada Hoseok agar tenang. Siwan memang pandai berbicara dan menjengkelkan.

"Kau tau, aku tak akan mengampunimu meski kau itu adik dari istriku. Kau, menculik istri dan anak-anakku, bahkan menjadikan puteriku seperti saat ini. Aku tak akan memaafkanmu. Kau akan membusuk di penjara. Mungkin, hukuman mati akan datang. Kau tinggal tunggu waktunya."

"Aku tak takut hyung! Bukankah jika aku mati, aku jadi bisa bertemu dengan Jonghyun hyung? Aku memilih untuk bertemu dengannya. Aku tak peduli lagi dengan hidupku."

Ji Changwook nampak tak percaya. Lelaki dihadapannya tak merasa bersalah namun ia masih memikirkan Hong Jonghyun? Musuh yang mati karena ledakan mobil semalam?

"Ya, aku akan usulkan hukuman itu. aku akan menuntut hukuman mati. Silahkan bertemu dengannya di neraka," geram Changwook.

"Tuan Ji, apa aku boleh meminjam lelaki ini?"

Ji Changwook menaikkan sebelah alisnya. Ia penasaran dengan apa yang akan diminta oleh Hoseok. Kenapa harus meminjam Siwan?

"Aku, Rose dan Rim maksudku... Ahreum.. ijinkan kami memberinya pelajaran sesuai apa yang diajarkan mendiang Irene, dimana Irene juga mendapatkannya dari dia," suara Hoseok bergetar menyebut nama Irene.

"Tapi Ahreum sedang dalam kondisi tak sehat," sela Seojoon.

"Tunggu sampai Ahreum sehat. Aku janji tak akan membunuhnya meski sangat ingin."

"Kurung dia di gudang. Dan jangan sampai lolos," perintah Changwook membuat Taehyung dan Yoongi segera menyeret Siwan. "Tunggu sampai Ahreum siap. Aku memberi kalian kesempatan untuk menyalurkan rasa sakit yang kalian rasakan."

*

Hari mulai malam saat Yerim terbangun. Mendengar Hoseok dan Rose yang akan menghukum Siwan, membuat sesuatu dalam dirinya bergemuruh. Ia meminta untuk bertemu dengan orang yang sebenarnya adalah pamannya saat itu juga. Jungkook melarang, namun keras kepala dalam diri Yerim membuatnya mengalah.

Siwan berdiri di taman belakang rumah Changwook. Kedua tangannya diikat rantai. Ia dibuat berdiri karena Yerim masih belum begitu pulih. Rose sudah mengganti pakaiannya dengan milik Jisoo. Mengenakan jeans panjang dan turtle neck berwarna maroon, Hoseok mendapatkan pakaian ganti dari Taehyung. Yerim mengenakan dress berwarna abu-abu.

Ji Changwook menyaksikan Siwan yang nampak gugup. Dibelakangnya berdiri Seojoon, Taehyung dan Yoongi sementara Jungkook berada di sekitar Yerim. Yoona yang nampak khawatir hanya bisa menyaksikan dari balkon, ada rasa tak tega muncul, namun ia juga tak bisa membantu apapun mengingat perbuatan bejat Siwan pada keluarganya.

"Aunty, kenapa tak masuk?" tanya Jisoo pada Yoona.

"Kenapa kau disini? Masuklah, temani Chenle dan Mark," pinta Yoona. Mendengar kabar penculikan Chenle membuat Mark khawatir dan saat ini, Mark menjenguk Chenle melawan seluruh rasa gengsinya.

"Mereka tak ingin diganggu. Mungkin ingin memperbaiki hubungan yang sempat renggang."

Yoona tersenyum. "Aku penasaran, apa saja yang diterima Ahreum saat bersama kelompok itu. Maka dari itu, aku memutuskan untuk melihat apa yang akan mereka lakukan."

"Aku akan disini. Jika aunty ingin masuk karena tak sanggup melihat, bilang saja."

Yoona kembali mengangguk. Ia menyaksikan Yerim yang perlahan melangkah maju.

"Aku akan baik-baik saja," pesan Yerim pada Jungkook yang hampir menahan tangannya.

Jungkook dengan terpaksa melepaskan tangan Yerim. Ia percaya jika Yerim mampu mengendalikan dirinya. Wajah Yerim masih pucat, bahkan wajah dari dua anggota lain juga pucat karena terlalu banyak menangis. Tapi, itu tak membuat mereka mundur. Setidaknya, Siwan harus merasakan apa yang mereka rasakan walau itu semua tak sebanding.

Yerim menuju meja, dimana disana sudah disiapkan beberapa alat seperti pisau, cambuk, tongkat panjang dan tipis, double stick, revolver dan tali. Yerim mengambil revolver, Hoseok meletakkan jeruk kecil diatas kepala Siwan membuat lelaki itu mulai panik.

Yerim memutar tempat peluru, revolver diarahkan tepat keatas kepala Siwan. "Aku mendapatkan ini, dulu. Bukan dengan revolver biasa, tapi dengan revolver milik eonni, yang terkenal memiliki daya tembak tinggi. Jika kau banyak bergerak, kepalamu bisa berlubang. Jadi, diamlah."

"RRrriimm.. ini.. samchoon-mu. Kau mau melakukannya?"

Yerim fokus pada senjata ditangannya. Jarinya siap menarik pelatuk membuat siapapun yang ada disana sedikit tegang.

Dor

"AArghhh!" Siwan memejamkan mata sembari berteriak. Kepalanya terasa pecah karena peluru itu.

"Buka matamu. Aku membidik tepat saasaran," Yerim berjalan kearah meja. Menukar revolver dengan pisau.

"Rim, kau mau apa?" tanya Jungkook melihat Yerim mengacungkan pisau kearah Siwan. Berjalan mendekat secara perlahan.

Srek

Pisau mengoyak pakaian Siwan membuat lelaki itu meringis karena merasakan ujung pisau yang tajam. Memang tak melukainya. Tapi tetap saja itu membuatnya takut.

"Eonni menghukumku karena kelalaianku dengan ini," Yerim mengambil tongkat panjang dan tipis. "Aku yakin, eonni juga sering mendapatkannya darimu karena aku pernah melihat punggung eonni saat itu banyak goresan."

Slash

"Aarghh!!!"

Siwan menjerit ketika tongkat tipis itu mengenai kulit tubuhnya yang terbuka karena Yerim telah merobek bajunya.

Slash

Slash

Slash

Tubuh Siwan mulai lecet. Tongkat tipis itu menjadi setajam pisau. Menyengat kulit hingga terasa perih.

Changwook menangis dalam diam melihat puterinya melakukan hal itu. Ia tak bisa membayangkan jika hal itu setiap waktu diterima puterinya. Sungguh keras kehidupannya selama ini. Sementara Yoona menutup mata dipelukan Jisoo. Ia tak sanggup melihatnya. Namun, tak ingin beranjak dari balkon.

Yerim menjatuhkan tongkatnya dan berlutut. Menutup kedua matanya dengan kedua tangan. Tubuhnya bergetar. Ia teringat ketika dihukum Irene, Seokjin datang dan menggantikannya. Menghapus bayangan Seokjin sangat sulit bagi Yerim. Rose mendongakkan kepala menahan air mata yang berusaha keluar. Ia menyaksikan kejadian itu membuat pikiran melayang pada Seokjin juga Irene.

"Cukup," bisik Jungkook yang sudah merengkuh Yerim.

Yerim mengangguk. Ia berdiri dibantu Jungkook, namun ia berjalan mendekat Siwan. Jungkook hanya mengikuti langkah Yerim.

"Aku berterimakasih padamu... karenamu aku bertemu oppa dan eonni. Aku banyak belajar dari mereka. Namun, aku juga... membencimu. Aku bahagia mengenal mereka tapi aku juga hidup dilanda rasa takut dan cemas."

"Kenapa kau tak membunuhku?"

"Jika nyawamu bisa menjadi jaminan untuk kembalinya eonni dan oppa, aku akan melakukannya sekarang. Tapi.. tidak. Kematian yang cepat terlalu mudah untukmu."

"Kau terlalu lemah sekarang."

"Aku memang lemah. Inilah aku yang sebenarnya. Anak yang lemah. Jika tanpa oppa dan eonni, Rim tak akan ada. Terimakasih. Terimakasih karena sudah mengabaikanku ketika aku memanggilmu saat itu, terimakasih memberikanku pada iblis itu, terimakasih sudah memisahkanku dari keluargaku, terimakasih karena menjadikanku anak tanpa identitas, terimakasih, jasamu sungguh luar biasa bagi hidupku," ujar Yerim sarkastik.

Yerim melangkah pergi dengan air mata yang masih berderai. Jungkook menatap sebal pada Siwan sebelum akhirnya menyusul Yerim. Rose kini menuju meja. Ia mengambil cambuk.

"KArenamu, eonni pernah semalam tak bisa tidur. Punggungnya sakit. Ketika aku memaksanya untuk memperlihatkan apa yang telah terjadi, aku melihat tubuhnya penuh luka. Luka dari cambuk. Biarkan aku membuat punggungmu seperti eonni."

Suara cambuk yang bertemu badan Siwan cukup membuat yang mendengarnya meringis. Beberapa kali Rose mencambuk Siwan, nampak punggung polos Siwan mulai mengeluarkan darah.

"Hentikan, Rose.. Aargh.."

Terakhir namun sangat kuat, cambukan Rose membuat Siwan merasa lemas. Jika tangannya tak diikat di kedua tiang, ia sudah ambruk.

"Aku sekarang. Aku tak akan mengenakan double stick dan tali itu. Cukup kedua wanita andalanku menghukummu. Aku tak akan menambah sakit lagi jika kau mau diajak bekerja sama," Hoseok berjalan menuju arah Siwan. Ia mengeluarkan pemantik api dari sakunya.

"Apa yang mau kau lakukan?"

"Katakan yang seharusnya kau katakan."

"Aku tak mengerti," nafas Siwan terengah-engah.

"Apa yang seharusnya kau lakukan pada keluarga yang telah kau sakiti?"

"KAu mau aku minta maaf? Cih, tak akan. Mereka sudah menyakiti perasaanku!"

Hoseok menyalakan pemantik. Api kecil keluar. Hoseok mengarahkan api itu pada siku Siwan.

"Aarghh! Sialan kau!"

"Aku akan berhenti kalau kau mengatakan kata yang seharusnya kau katakan!"

"AARggh!! Singkirkan api itu!!!" jerit Siwan merasakan panas di sikunya.

"Katakan!!! Aku bisa kasar jika kau tak bisa diajak bekerja sama! Jangan kau pikir aku orang yang santai, aku tak bisa kejam! Kau lupa dasar dari organisasi yang dibuat junjunganmu itu huh?!!!"

"Aarghh.. tanganku melepuh..."

"Bahkan tanganmu membusuk, aku tak peduli. Sekarang, katakan!"

"AArgghhh..."

"Katakan, brengsek!!!"

"MAafff!!!" nafas Siwan benar-benar terasa habis.

Hoseok mematikan api, menyisakan luka bakar di siku Siwan. Ia tersenyum puas.

"Maaf hyung.. Noona... Maaf sudah kurang ajar."

Hoseok melepaskan rantai yang mengikat kedua tangan Siwan. Lelaki itu segera bersujud dan Hoseok menyingkir agar Siwan bersujud dihadapan Changwook.

"Hyung, ampun.. tubuhku tak sanggup lagi... ternyata ini sangat sakit..."

"Bukankah kau mau menyusul hyung tercintamu?"

"Jika begini caranya aku tak sanggup, hyung...," Siwan mulai menangis.

"Kau mau menyusul si iblis itu? Kau mau mati? Baru begitu saja kau tak sanggup dan kau ingin mati? Mati itu tidak semudah yang terlihat. Jangan bicara tentang kematian jika kau saja tak bisa menahan sakit yang bahkan tak ada apa-apanya dibanding rasa sakit ketika akan mati," sahut Yerim dengan kesal membuat Jungkook tersenyum. Perkataannya saat itu sangat membekas bagi Yerim. Jungkook meremas bahu Yerim memberi tanda jika ia mendengarkan apa yang Yerim katakan. Yerim menyiku perut Jungkook sebagai respon agar tak meledeknya.

"Yerim.. tidak. Ahreum.. ampuni aku yang sudah menjauhkanmu dari eomma dan appa-mu.. aku minta maaf..."

"Aku tak bisa memaafkanmu. Semoga kau mendapatkan nasib yang baik," Yerim menarik kemeja Jungkook agar lelaki itu mengikutinya. Ia muak dan ingin istirahat.

"Noona! Maafkan aku... aku bukan adik yang baik. Aku minta maaf.."

"Aku tak bisa membencimu, tapi memaafkanmu juga sangat sulit. Semoga kau mendapatkan nasib yang baik di mata hukum nanti," Yoona tak kuasa lagi menahan air matanya. Ia berlari masuk yang diikuti Jisoo.

"Hyung... kau memaafkanku? Setidaknya, jika aku mendapatkan hukuman mati, aku bisa mati dengan tenang..."

"Sulit mengatakan iya. Hatiku terlanjur sakit dimana luka itu sangat dalam. Tunggu saja keputusan dari pengadilan. Malam ini, kau akan ku kirim ke kantor polisi."

"Lalu Rim dan yang lain akan terseret, hyung?"

"Aniya, aku tak akan membiarkan anggota yang tersisa terseret. Nikmati hukumanmu sendiri. Mereka akan aman dan akan bersih dengan identitas baru."

"Maksud tuan?" tanya Rose tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Lelaki yang memiliki nickname RM, akan membuat tiga anggota tersisa mati atau menghilang. Lalu kalian akan menjadi Jeon Hoseok, dan Ji Chaeyoung. Hope akan menjadi anak angkat Seojoon dan Rose manjadi puteri angkatku. Kau sungguh-sungguh saudara Ahreum sekarang..."

"Kalian memiliki identitas. Kalian bukan anggota organisasi gelap lagi," Seojoon menambahkan. "Hoseok, kau akan menjadi hyung dari Taehyung juga Jungkook, menjadi adik dari Yoongi. Kau anak angkatku, maka panggil aku Ahbeoji sama seperti Yoongi dan Taehyung."

Hoseok tersenyum. Ia mengangguk. "Ne. Ahbeoji."

"Rose atau yang sekarang bernama Chaeyoung, biasakan untuk nama barumu itu. Kau akan pindah kemari jika semua beres. Sementara, kau tinggal bersama Jisoo di rumah Seojoon."

"Ne."

*

*

*

"Sialan! Aku gugup!!!" Jimin berjalan kesana kemari membuat beberapa lelaki yang ada di kamar itu mendengus kesal. Mereka kesal melihat Jimin yang seenaknya membuat mata mereka pusing.

"Kau tak bisa diam, Jim?" tanya Taehyung sambil mengunyah sandwich yang dibawa Jimin.

Hampir dua minggu berlalu sejak kejadian yang membuat mereka menjadi sangat berduka. Perlahan, duka mereka berganti. Bukan berarti melupakan, hanya saja, hidup terus berjalan. Siapa sangka karena hal itu membuat mereka semakin banyak teman. Jimin yang sering mengunjungi Jungkook karena Seulgi sering mengunjungi Jisoo dan membantu menghibur Rose membuat Jimin akrab dengan Taehyung juga Hoseok. Yoongi bukan tak akrab, tapi Jimin merasa sedikit takut untuk menyapanya.

"Aku gugup. Ini sangat cepat."

"Kenapa kau yang gugup sedangkan ini bukan acaramu?" tanya Yoongi dengan mata terpejam. Ia tengah merebahkan badannya di sofa.

Terdiam. Jimin terdiam. Ini yang membuatnya takut menyapa Yoongi.

"Ya ya ya... sudah, hentikan. Kapan kita akan berangkat?" tanya Hoseok mencoba menegahi.

"Sepuluh menit lagi hyung," jawan Jungkook.

"YA! Sepuluh menit lagi dan kau masih belum bersiap? Ayo Jungkook. Kau bisa terlambat," celoteh Jimin.

"SSsstt.. diamlah. Suaramu mengangguku. Sepuluh menit cukup untuk tidur sebelum acara," lagi-lagi Yoongi membuat Jimin terdiam.

Jungkook menggelengkan kepala dan tertawa tanpa suara. Ia tak menyangka kamarnya akan menjadi ramai seperti ini. Dan ia merasa bahagia.

"Jungkook...," panggil seorang wanita bermata cokelat indah.

"Mommy?"

"Oppa!" sapa Lisa sang adik tiri.

"Wah, Lisa juga datang. Mana Mark?"

"Mark berlari ke rumah Chenle. Hubungan mereka sangat baik sekarang," sahut Lisa lalu tertawa.

Ara memeluk puteranya dan menangis. "Semoga ini awal yang baik buatmu, nak.. mommy minta maaf baru bisa kemari, karena..."

"Mommy tak ingin bertemu appa?"

Ara segera melepaskan pelukannya. Ia menggelengkan kepala perlahan. Namun Jungkook tau jika mommy-nya masih menyimpan rasa pada ayahnya dan ia tak ingin rasa itu menguat lagi sehingga memilih untuk tak mengunjungi Jungkook maupun Jisoo ketika sedang berada di rumah sang ayah.

"Bersiaplah oppa. Aku akan membantu eonni menyiapkan hadiah yang akan dibawa," Lisa segera berlari meninggalkan kamar Jungkook.

"Mommy akan membantu noona-mu. Boys," panggil Ara pada para lelaki di kamar Jungkook. "Bantu Jungkook bersiap."

Mereka bersorak setuju dan suasana kamar menjadi ricuh setelah Ara pergi.

.

"Eomma! Ini sangat gatal di hidungku!"

"Eomma wajahku nampak tebal."

"Eomma mataku tak bisa dibuka."

"Eomma mataku berat."

"Eomma  bibirku kembali ke semula. Pewarnanya hilang."

"Eomma..."

"Aishh.. kau berisik sekali Ahreum! Telingaku penuh dengan eomma eomma dan eomma!" gerutu Rose yang sudah mengganti nama menjadi Chaeyoung. Ia juga membiasakan memanggil Yerim dengan sebutan Ahreum sebagaimana permintaan orang tua angkatnya.

Yoona sedang memakaikan make up untuk Yerim dibantu Rose yang memilihkan aksesoris juga pakaian. Dan YErim terlalu banyak mengeluh. Tak bisa membuka mata karena bulu mata berat, gatal saat brush dari perona pipi mengenai wajahnya, bahkan lipstick yang menempel di bibir ia jilati sampai lipstick itu hilang. Rose nampak frustasi.

"Eomma, kita sambung saja rambut Ahreum. Eomma bisa?" tanya Rose.

"Tidak, Chae. Eomma panggilkan asisten eomma dulu."

"Waktu kita tidak banyak eomma," Rose mengingatkan.

Yoona mengangguk dan pergi untuk memanggil asistennya.

"Woahh.. noona cantik sekali!" Chenle masuk ke kamar memuji penampilan Yerim yang nampak sangat anggun.

"Noona nampak seperti aunty. Sangat cantik," puji Mark.

"Makasih," jawab Yerim begitu manis.

"Yeu,. Tak perlu sok manis. Aku ingin muntah melihatnya," komentar Rose.

"Kau muntah karena iri, eonni."

"Noona juga cantik," Mark memuji Rose.

Rose nampak terkejut. Ia mengibaskan rambutnya. "Makasih... kau nampak tampan."

Chenle juga Yerim nampak malas melihat pertunjukkan tak penting dihadapannya membuat Chenle putar balik, keluar dari kamar Yerim dan Yerim kembali melanjutkan aktivitasnya memeriksa make up di wajahnya.

.

Saat yang dinanti tiba. Ji Changwook, Yoona, Chenle dan Mark tengah berdiri menanti tamu mereka. Meski hanya pertemuan antara dua keluarga, namun acara nampak terlihat mewah. Rumah Seojoon dan Changwook yang berdekatan membuat keluarga dari Jungkook memilih berjalan.

Seluruh anak buah Changwook juga para pelayan di rumah mengenakan pakaian yang cukup resmi. Mereka berdiri berjajar di pintu menyambut kedatangan keluarga dari Jungkook.

Disebelah kiri Jungkook ada Seojoon, Jisoo dan Seulgi yang membawa bingkisan. Di kanan Jungkook ada Ara, Tuan Lee yang merupakan ayah tiri Jungkook juga Lisa yang tersenyum cerah, sementara para lelaki mengikuti dibelakang Jungkook. Mereka semua nampak normal dan resmi meski hanya untuk acara keluarga.

"Selamat datang Tuan Jeon dan keluarga, juga Tuan Lee," sapa Changwook.

"Kau nampak memalukan jika normal dihadapanku," celetuk Seojoon lalu tertawa.

"Mari silahkan duduk, kalian santai saja tak perlu tegang. Akan ku panggil Ahreum," Yoona beranjak.

"Mark, kenapa kau disana? hyung-mu ada disini," desis Lisa.

"Aku kali ini dipihak Chenle. Noona Chenle sangat cantik," sahut Mark membuat semua yang ada disana tertawa.

"Aku tak menyangka jika Jungkook akan meminang seorang puteri. Aku pikir, dia anak yang tertutup dan tak bisa jatuh cinta," canda Tuan Lee.

"Itu karena daddy terlalu sibuk bekerja sampai tak tau kalau Jungkook oppa mempunyai kekasih," sahut Lisa.

Jungkook tersenyum. Ia merasa bahagia meski ada sedikit rasa tak nyaman. Dia bahagia karena dengan acara ini, ayah dan keluarga ibunya bertemu, dengan acara ini ayah tirinya bisa meluangkan waktu namun, ia tak nyaman dengan diamnya Ara dan Seojoon. Keduanya nampak sangat canggung.

Suara beberapa high heels yang bertemu dengan lantai menggema mengalihkan perhatian mereka semua yang tengah menanti sang tokoh utama. Yoona menggandeng tangan Yerim menuruni tangga dan disisi yang lain ada Rose yang senyumnya tak pernah pudar. Ketiganya nampak sangat cantik dan anggun. Dibelakang mereka ada beberapa pelayan yang turut turun.

Tangan Yerim sangat dingin, pertanda ia sedang gugup. Ia meremas pelan tangan Rose membuat Rose membalasnya, sebagai respon untuk rileks. Yoona membawa Yerim duduk di satu sofa khusus yang berhadapan dengan sofa yang diduduki Jungkook. Mata keduanya bertemu membuat wajah Yerim memerah.

"Kau cantik," Jungkook mengucapkan tanpa bersuara membuat wajah Yerim semakin terasa panas. Yerim mengalihkan pandangan matanya, dan ia merasa jika tatapan Jungkook tak lepas darinya membuat tubuhnya semakin panas.

Jisoo menggerakkan tangannya didepan mata Jungkook membuat lelaki itu tersentak dan berkedip. "Jangan begitu, kasihan Ahreum nampak seperti kepiting rebus karena kau pandangi terus."

Perkataan Jisoo membuat semua yang disana menoleh kearah Yerim. Yerim spontan memegang wajahnya. Ia nampak malu.

Hoseok diam-diam merekam Yerim yang salah tingkah. Ia tersenyum haru melihat Yerim bisa berubah dan nampak lebih baik. Ia juga merekam Rose yang nampak bahagia karena mendapat keluarga baru. "Hyung, Irene..lihatlah. adik kita bahagia. Semoga kalian bahagia disana," batin Hoseok membuatnya sedikit berkaca-kaca.

"Baiklah kita mulai saja. Tak perlu membuang waktu lebih lama lagi," putus Seojoon. "Tuan Ji, terimakasih atas sambutannya yang cukup mewah ini. Kami sangat berterimakasih," lanjut Seojoon. Mulutnya gatal ketika berkata formal pada sahabatnya. Namun, ia harus melakukannya kali ini.

"Sama-sama. Rombongan yang kau bawa juga nampak antusias dengan agenda sederhana ini. Aku juga berterimakasih akan hal itu."

Seojoon mengangguk. "MAksud utama kami datang kemari adalah, kami ingin meminang Ji Ahreum untuk menjadi pendamping dari putera kami, Jeon Jungkook."

"Kami menerima niat baik kalian kemari. Dan semua keputusan ada ditangan Ahreum. Sayang, mereka sudah menyampaikan niatnya. Apakah kau bersedia untuk menikah dan menjadi pendamping Jeon Jungkook."

Yerim mendadak lupa cara bicara. Bibirnya bergerak ingin mengucapkan sesuatu namun sangat sulit. Akhirnya, ia hanya mengangguk membuat semua yang menjadi saksi disana mendesah lega.

"Melihatnya seperti itu, aku jadi ragu. Apakah dia dan Rim adalah orang yang sama?" gumam Taehyung.

Jisoo membawa Jungkook berdiri. Rose membantu Yerim berdiri sementara Lisa membawakan kotak yang berisi sepasang cincin.

"Cincin itu hanya simbol saja. Yang terpenting adalah komitmen dan janji suci yang akan kalian ucapkan di pernikahan nanti," Changwook mengatakan dengan senyum yang semakin lebar. Ia sangat terharu bisa menyaksikan puterinya mendapatkan pendamping. Ia masih merasa beruntung menyaksikan puterinya dipinang oleh lelaki yang ia percaya.

Jungkook memasangkan cincin di jari manis Yerim. Begitu juga sebaliknya. mereka tersenyum malu-malu ketika melihat cincin melingkar di jari manis masing-masing. Jungkook mencium pipi Yerim membuat wanita itu terkejut akan serangan yang mendadak. Taehyung, Jimin dan Hoseok sudah heboh, Jisoo, Rose dan Lisa menjerit bahagia.

"Hyung! Kau membuat kami tak polos lagi!" celetuk Mark.

"Hyung, hajima.. jangan beri ppoo ppoo didepan kami," protes Chenle membuat para orang tua tertawa.

.

Yerim memasukkan setengah kakinya kedalam kolam. Ia tersenyum membayangkan bahwa dirinya resmi bertunangan dengan Jungkook. Ia mendongak melihat ke langit. Malam begit cerah sehingga dewi malam dan teman-temannya muncul dilangit.

"Oppa... eonni... kalian apa kabar? Aku disini sedang bahagia. Kalian juga kan? Jangan khawatirkan kami yang disini, kami sudah bahagia. Semua sudah berakhir. Terimakasih, oppa, eonni..."

Setetes air mata jatuh di pipi Yerim. Ia mengusap air mata itu dan kembali tersenyum.

"Anak mommy apa kabar? Maafkan mommy yang menyakitimu... kau juga pasti bahagia nak.. mom dan daddy akan menikah. Kami akan bersatu. Terimakasih karena sudah membuat mom semakin dekat dengan daddy. Dan maafkan mommy, sayang. Ikutlah oppa dan eonni mommy, nak. Mereka orang tuamu disana."

Jungkook memeluk Yerim dari belakang. "Hyung dan noona akan menjaganya disana. Mereka akan bahagia disana. Jangan larut dalam kesedihan."

Yerim mengangguk. "Terimakasih sudah menjadi orang yang mampu menenangkanku. Terimakasih sudah hadir dihidupku, dan ingin tahu tentangku. Jika tak begitu, kita tak akan bertemu. Terimakasih sudah percaya padaku. Terim.."

Jungkook membalikkan badan Yerim dan mengecup bibirnya. "Jangan banyak berterimakasih. Aku melakukannya karena ingin. Aku mengikuti kata hatiku. Justru aku yang berterimakasih padamu. Terimakasih sudah bertahan hidup. Sekarang kau tak sendiri. Mari berbagi rasa pahit dan rasa manis bersama."

Yerim tersenyum dan mengangguk. "Aku masih banyak kekurangan untuk mendampingimu. Bimbing aku.."

"Mari kita berjalan bersama-sama. Aku tak peduli dengan kekuranganmu karena aku akan melengkapi dan menutupinya. Begitu juga denganmu. Tutupi kekuranganku dengan kelebihan yang kau miliki."

"Tapi.. setelah menikah nanti, kita akan tinggal dimana?"

"Karena aku baru bergabung dengan bisnis appa, dan aku juga harus menyelesaikan tugas akhir, kita tinggal di rumah Ji appa. Lagipula, keluargamu juga belum selesai melepas rindu. Tapi, aku janji setelah aku lulus beberapa bulan lagi dan aku sudah mempunyai sedikit tabungan dari menjalankan bisnis dengan appa, kita akan menyewa apartement. Tak perlu mewah asalkan kita berdua nyaman. Bagaimana?"

"Terimakasih memberikan kesempatan untukku berkumpul dengan keluargaku. Aku setuju. Kita benar-benar mulai dari nol. Aku juga akan belajar dari Jisoo eonni. Siapa tau aku bisa menjadi asistennya dan punya penghasilan sendiri."

"Kau tak perlu bekerja..."

Yerim menggelengkan kepala. "Aku harus membantumu agar kita cepat punya banyak tabungan..."

"Chaeyoung noona kurasa juga sangat tertarik dengan dunia fashion. Ku sudah melihatnya ketika membasmi Hyena dulu. Dia nampak sangat yaa... classy."

"Iya. Dia juga belajar ke Jisoo eonni."

"Kau tak ingin bulan madu?"

"Tidak karena kau sudah masuk semester akhir dan mulai sibuk. Kita bulan madu kalau kau sudah wisuda saja."

Jungkook tersenyum. Ia memeluk Yerim begitu erat. Ia bahagia bisa membuat Yerim berubah sedikit demi sedikit. Jungkook melepas pelukannya. Segera ia mendekatkan wajahnya. Yerim mengalungkan kedua tangannya di leher Jungkook. Keduanya mengucap syukur dalam hati dan menikmati suasana manis di malam itu.

Bibir mereka bertemu. Jungkook menciumnya penuh kelembutan dan kehati-hatian. Yerim memejamkan mata meresapi perlakuan Jungkook. Malam berbintang menjadi saksi bisu dua sejoli yang tengah dilanda cinta sedang menyalurkan rasa kasih mereka.

"Aku bahagia bisa menjadi api saat kau menjadi es. Bisa membuatmu bersikap lebih natural dan lebih hangat. Aku bahagia bisa menjadi air saat kau menjadi api. Tetaplah seperti ini, bersandarlah dan bergantunglah padaku karena aku akan selalu mengulurkan tanganku untukmu," JK

"Terimakasih sudah hadir dalam hidupku, menjadikanku wanita yang benar-benar wanita. Membuatku merasakan kebahagiaan yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Menerimaku apa adanya. Jangan lepaskan tanganku karena aku takut tersesat lagi. Kini, dengan yakin ku katakan kalau aku mencintaimu, Jungkook," YR.

***

Di beberapa bagian bawah, mereka sudah menggunakan nama resmi. Tapi Selesai. Chapter terakhir sangat panjang. Semoga tak bosan.
Bagaimana kesan terhadap Shoot Me?

Terimakasih sudah mendukung Shoot Me sampai selesai dan kutau banyak sekali kekurangan di ff ini. tolong beri krisar buat Lily ^.^ jangan dipendem karena untuk kebaikan bersama juga wkkwk

Tokoh siapa yang berkesan dan alasannya apa?

Siapa yang membuat kalian gemes selain papa?

Sekali lagi, maaf jika chapter-chapter mendekati akhir kurang sreg. Dan Terimakasih sudah selalu antusias menunggu up dari ff ini. makasih readers tersayang vomment nya ^.^

Epilog akan di update tak lama dari ini.

Salam dari Dark petal (HopeRose)

Jungrim





Update:170618
Next epilog (soon). . . ^.^

Continue Reading

You'll Also Like

143K 20.7K 50
Laki-laki itu terus memerhatikan si gadis. Menaruh hati tapi tak yakin, ingin dekat tapi tak punya alasan untuk mendekati. Gadis itu adalah alasanny...
50.4K 11.4K 60
Jadelyn Rosélia, gadis berkebangsaan Inggris yang berdiri di antara dua pilihan. Memilih salah satu di antara orang yang ia cintai dengan orang yang...
11.1K 636 6
Oneshoot . . . Seulmin 💛 Wenga 💙 Vrene 💝 Jungri 💜
48.6K 5.1K 40
Pernikahan yang dilandasi tanpa ikatan cinta. Bisakah Jisoo dan Taehyung menyatu lantas keduanya adalah orang asing yang seolah dipersatukan oleh tak...