Shoot Me √

By Lilyla__

167K 18.6K 4.5K

"Berhenti, atau aku akan menembakmu." "Aku tak peduli. Bahkan jika timah panas itu menembus kulitku, aku tak... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
epilog
New Work Soon

31

3.2K 481 174
By Lilyla__

I'm Back



Irene dan Seokjin berlari menuju markas. Mereka sengaja meletakkan motor jauh dari lokasi agar kedatangan tak diketahui. Memang, itu beresiko dan sulit mengelabui papa dikarenakan mereka memiliki chip, dimana chip itu pasti sudah menunjukkan keberadaannya. Tapi, tak ada salahnya mencoba untuk menembus pertahanan papa.

Sret.

Irene menjerat leher salah satu penjaga dengan tali. Teriakan teredam, karena Irene segera menyumpal mulutnya dengan sapu tangan. Seokjin memukul penjaga yang lain hingga pingsan. Sejauh ini, hanya dua penjaga yang ditempatkan di luar.

Seokjin menarik tangan Irene, membawanya masuk. Tanpa diduga, didalam ada banyak orang-orang yang sudah bersiap seolah memang menyambut kedatangan mereka. Irene dan Seokjin saling berhadapan punggung.

"Katakan, dimana Rose dan Hope. Kalian pasti sudah menyekapnya..."

Mereka terdiam. Justru, mereka malah menyerang menganggap Irene adalah musuh.

Irene menghadapi tiga orang sekaligus. Ia tak ingin mengeluarkan revolver. Ia harus menghemat amunisi pelurunya. Ia lebih memilih menggunakan pisau lipat. Irene bergulung kesamping menghindari serangan. Kakinya menjegal seseorang yang akan menyakitinya. Bugh, orang itu terjatuh. Dan Irene segera menusukkan pisau ke perut orang itu.

"Aarghhh!!!"

Seokjin menghajar orang-orang yang menyerangnya dengan tempat senapan yang ia bawa. Ia melompat dan menindih salah satunya lalu menendang orang yang akan menyerangnya dari belakang.

Suara tepukan tangan menghentikan aksi mereka. Seorang lelaki bermasker dengan santainya keluar dari sebuah lorong diikuti oleh dua orang dibelakangnya.

"Irene.. kenapa kau datang dengan keributan dan.. oh.. Jin? Kaukah itu?"

Irene mendecih kesal. Begitu juga dengan Seokjin. Ia merapat pada Irene.

"Kembalikan Rose dan Hope!"

"Untuk apa Rene? Untuk menyusun rencana menyerang balik papa? Tak akan."

"Bajingan kau, Im Siwan!!!" Irene akan berlari namun orang-orang itu segera berjaga-jaga menyerang Irene jika akan menyakiti Siwan.

Siwan sedikit terkejut ketika Irene mengetahui nama aslinya. "Kau... darimana kau tau namaku?"

"Itu bukan masalah besar. Sekarang kembalikan mereka!!!"

Siwan tertawa. Ia membuka maskernya karena menurutnya sia-sia karena Irene sudah tau namanya. "Kita bicarakan di dalam. Papa ingin bertemu denganmu dan tentu, Seokjin juga."

*

Namjoon datang ke rumah Dark Petal. Ia datang seorang diri untuk mengambil bom dan merencanakan penyerangan. Namun, ia curiga ketika motor Seokjin tak ada. Namjoon mendekati pintu utama. Disana ada sebuah note kecil.

'Kau menginjak kunci. Masuklah dan ambil bom itu. Mawar serta Harapanku lenyap.'

"Rose dan Hope? Apa mereka diculik?"

Namjoon segera mundur. Ia membalikkan sebuah keset dan disana terdapat sebuah kunci. Buru-buru ia masuk dan mencari bom yang berada di kamar Seokjin. Ia harus segera keluar dari rumah itu dan mencari keberadaan Seokjin. Mereka dalam bahaya karena mencari Rose dan Hoseok yang menghilang.

*

Ji Changwook berlarian memasuki rumah yang sudah berantakan. Beberapa penjaga pingsan dengan luka lebam. Dan ada beberapa yang terkena sayatan. Melihat apa yang terjadi, Changwook resah. Ia segera berlari ke atas mencari anak dan isterinya.

"Yoongi, tolong cari ke garasi. Aku tadi memintanya untuk bersembunyi di salah satu mobil," pesan Changwook lalu berlari ke atas diikuti Seojoon dan Jungkook.

Changwook segera berlari ke kamarnya. Mencari Yoona sementara Jungkook mencari Chenle. Didapati kamar Chenle sudah berantakan. Kamar mandi terbuka, pintu kaca walk in closet terbuka. Lemari juga terbuka.

"Chenle?" Jungkook masih berusaha mencari. Berharap ada jawaban. Ia menyingkap bed cover dan melihat ke kolong tempat tidur. Tak ada siapapun. Ia segera berlari keluar.

Changwook juga resah. Ponsel Yoona masih ada disana namun, pemilik dari ponsel itu tak ada. Kamar cukup berantakan.

"Tuan muda tak ada di kamar," lapor Jungkook.

Changwook berlari menuju ruang kerjanya. Seojoon dan Jungkook masih setia mengikuti.

"Tadi Yoona lewat sini. Dia bilang dia masuk lewat jalan rahasia ini."

"Pintu keluar dari jalan ini dimana?" tanya Jungkook.

"Dekat dengan garasi. Salah satu dindingnya bisa terbuka dari dalam. Kita telusuri saja lewat jalan ini," saran Seojoon.

Mereka menuruni anak tangga untuk mencapai jalan keluar. Betapa terkejutnya mereka, ketika pintu keluar terbuka dan ponsel Chenle hancur tepat di ambang pintu.

"Andwae... tidak mungkin ini terjadi," gumam Changwook.

*

Irene berlutut dihadapan papa bersama dengan Seokjin. Mereka tak berkutik. Senjata ditarik oleh papa.

"Lihatlah...," dilayar terpampang sebuah gambar dimana Rose dan Hoseok dalam keadaan tangan terborgol dan masih belum sadarkan diri. Lalu layar berganti menampilkan Yoona yang terikat dengan Chenle. Irene maupun Seokjin terkejut bukan main. Kenapa keluarga Yerim bisa diculik?

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menahan mereka semua?!"

"Aku harus mengakhirinya. Sekarang, kalian tetap harus menjalani hukuman karena kekurang ajaran kalian."

"Maksudmu?"

Lelaki bertopeng itu memberi kode. Ia menarik tangan Irene dan memasangkan sesuatu. Irene memberontak, tapi tenaganya kalah kuat sementara Seokjin juga berusaha membantu Irene namun ia juga ditahan oleh orang-orang disana.

"Apa ini? apa yang kau pasang ini?" Irene melihat benda seperti jam terpasang ditangannya. Namun, benda itu aneh.

Papa tertawa. Ia melepas topengnya.

"Aku tau kalian sudah tau siapa aku. Aku memasang bom ditanganmu, Rene. Aku akan meledakkannya nanti malam bersamaan dengan hancurnya Ji Changwook."

"Sialan kau Hong Jonghyun!!"

Seokjin reflek segera membantu Irene untuk melepaskan jam itu, namun, sulit.

"Benda itu sulit dilepaskan. Aku membuang kuncinya. Jika kau mencoba menghancurkannya, bisa-bisa meledak sebelum waktunya. Jadi, menurutlah. Barangkali, nanti malam aku berubah pikiran untuk tidak menekan detektornya."

Cklek

Tangan Irene dan tangan Seokjin terborgol menjadi satu. Sementara, tangan mereka yang masih terbebas di tahan oleh anak buah papa.

"Kuingatkan. Malam nanti, aku akan menarik Rim keluar dari persembunyiannya, dan akan mempertemukan Changwook dengan keluarganya. Nanti malam adalah malam yang sangat ku nantikan dalam hidupku."

"Jangan macam-macam, Jonghyun!" bentak Irene.

"Jangan sentuh Rim lagi. Biarkan dia bebas!!"

Yang dibentak malah tertawa. Ia sangat puas membuat Irene kesal.

"Kalian akan bertemu dengan Rose dan Hope. Kalian akan bertemu mereka. Jangan khawatir. Bawa mereka ke gudang."

.

Saat ini, mereka tak berdaya. Terikat berempat dengan borgol. Hoseok dan Rose masih tak sadarkan diri. Entah apa yang membuatnya kehilangan kesadaran begitu lama. Tangan Irene terborgol dengan Seokjin dan Hoseok, dan Rose juga terborgol dengan tangan Hoseok dan Seokjin. Mereka saling berhadapan punggung.

Irene nampak putus asa. Ia melirik bom yang dibuat dalam bentuk jam di pergelangan tangannya.

"Apa bom ini akan benar-benar meledak?"

Seokjin melirik benda berwarna jingga di pergelangan tangan Irene.

"Jika itu akan meledak, kau tak akan meledak sendiri."

Irene menoleh pada Seokjin. "Jika ada harapan, kau bisa bebas. Aku yakin, kita berempat tak akan hancur. Tapi, mungkin hanya aku."

Seokjin tersenyum miris. "Kau tak akan sendirian, Rene. Kita menjalani pelatihan bersama, menjadi anggota bersama, dan jika kau hancur, maka seharusnya kita hancur bersama."

Terdengar isakan kecil dan Seokjin sudah mampu menduga itu adalah Irene. "Aku sungguh-sungguh, Seokjin... Mari kita bertemu lagi di kehidupan yang akan datang. Dan mari kita hidup bahagia.."

Seokjin menggenggam tangan Irene. "Mari berjanji untuk bertemu lagi nanti. Jangan menangis," Seokjin mengusap air mata Irene.

"Sungguh, aku merasa hidupku ini berat. Aku tak tau orang tuaku, diambil orang untuk dilatih. Sejak kecil kehidupanku keras, dan sekarang, aku harus mati tragis..."

"Maka dari itu, jika memang akhir hidupmu demikian, aku tak akan membiarkanmu sendiri. Aku akan bersamamu."

"Apa kau tak ingin bertemu Rim?"

"Selama aku tau Rim bersama orang yang tepat, itu sudah cukup melegakan."

Irene meremas tangan Seokjin. Ia menatap Seokjin cukup lama. "Seokjin... kau lelaki yang baik. Maafkan aku selama ini membuatmu kesal dan selalu berbeda pendapat darimu. Maafkan aku yang selalu menyiksa Rim dan itu membuatmu sakit hati. Aku.. aku..."

"Hanya menjalankan perintah. Aku tau. Maka dari itu, sekesal apapun aku padamu, aku tak pernah bisa marah dalam waktu yang lama."

Perlahan, wajah Seokjin mendekat pada Irene. Sedikit demi sedikit hingga nafas mereka bertemu. Irene memejamkan matanya. Merasakan benda yang cukup lembut dan lembab menyentuh bibirnya. Seokjin mencium Irene dengan penuh perasaan. Ciuman pertama yang mereka lakukan. Ciuman yang menyiratkan rasa sakit dan putus asa. Ciuman yang membuat Irene maupun Seokjin ingin sekali menghentikan waktu untuk saat ini.

*

Hari beranjak siang dan Yerim tak bisa menghubungi Jungkook. Itu membuatnya khawatir. Sejak semalam, ia juga tak bisa tidur dengan nyenyak. Yerim mengubah channel tv yang ia tonton. Ia sungguh sedang dalam mood yang kurang baik. Tak ada acara tv yang bagus, dan Jungkook tak menghubunginya, juga sulit untuk dihubungi.

Mata Yerim tertarik dengan sebuah berita tentang kelakuan aneh seseorang. Ia mencoret-coret sebuah halte dengan tulisan 'Pulanglah nak, papa tunggu di dermaga. Yerimmie anakku, papa menunggu saat matahari terbenam'.

"Apa dia gila? Anaknya kemana?" gumam Yerim.

Yerim malas melanjutkan menonton tv, ia beralih pada ponselnya. Membuka mesin pencarian di ponsel dan mencari-cari makanan yang lezat. Namun ternyata, berita orang tua putus asa itu menjadi viral. Bahkan muncul di halaman pertama ketika Yerim membuka mesin pencarian itu. Yerim memicingkan matanya melihat sesuatu yang nampak familiar.

"Jaket lelaki itu bertuliskan Dark Petal. Dan lengannya ada tato lambang Dark Petal. Apa ini kode dari papa untuk menarikku keluar?"

Yerim mendengar Jisoo keluar dari kamarnya menuju dapur. Ia nampaknya sedang melakukan panggilan dengan seseorang. Yerim penasaran. Ia mengikuti Jisoo karena wajah Jisoo sangat serius. Yerim mengendap-endap menuju dapur. Ia bersembunyi dibalik dinding.

"Jadi kau tak akan bisa kemari? baiklah, noona akan menjaga Yerim."

Jungkook melakukan panggilan dengan Jisoo dan dia mengabaikan panggilan dari Yerim? Hampir saja emosi Yerim mencapai puncak namun, kalimat selanjutnya dari Jisoo membuatnya resah.

"Iya, fokuslah menyelamatkan aunty dan Chenle. Pastikan mereka selamat. Kenapa orang itu tega menculik orang sebaik aunty. Astaga..."

Yerim reflek berjalan mundur beberapa langkah. Ia terkejut. Diculik? Dan pesan di tv juga internet tadi... Apa benar untuknya? Tidak. Dia harus muncul. Dirinya yang diinginkan papa tapi ibu serta adiknya malah menjadi korban. Dia harus melakukan sesuatu.

"Eonni...," panggil Yerim dengan nada yang cukup lemah.

Jisoo memutuskan panggilannya. Ia segera menyambut kedatangan Yerim. "Kau butuh apa Rim?"

"Aku ingin pudding..."

"Eonni buatkan."

Yerim menggelengkan kepala. "Aku sedang ingin makan pudding rasa strawberry yang kebanyakan dijual di minimarket, eonnni..."

"Oh begitu? Kalau begitu, tunggu disini biar eonni carikan dulu ke minimarket depan. Menunggu sebentar tak apa kan?"

Yerim tersenyum dan mengangguk.

Jisoo dengan semangat membawa ponselnya dan meraih mantel yang ia sampirkan sofa. Yerim mengawasi kepergian Jisoo.

"Mianhae eonni," gumam Yerim.

Ia bergegas ke kamar. Mengambil ransel hitam yang berisi peralatannya. Yerim mengeluarkan ransel itu dari lemari. Ia mengambil pakaiannya ketika menjadi Rim. Memeriksa peluru dalam Glock-20 kesayangannya. Ia memeriksa peluru di pistol lain juga.

Yerim membuka dressnya. Ia tak akan memakai baju ketat mengingat perutnya sudah mulai nampak buncit. Hanya mengenakan tanktop dibalut denim berwarna navy tanpa dikancingkan, dan celana pendek berbahan denim pula berwarna hitam. Ia membiarkan kakinya terekspos dan menggunakan sepatu bertali berwarna hitam. Ia tak ingin menggunakan boot yang berat. Yerim menyimpan sarung tangan andalannya di saku celana lalu ia memasukkan senjata kedalam tas kecil juga beberapa alat perlindungan seperti kacamata, respirator dan masker.

"Aku kembali..."

.

Yerim tiba di rumah Dark Petal ketika hari mulai sore. Ia ingin meminta bantuan kakak-kakaknya. Setelah turun dari taksi, hal yang membuat Yerim bertanya-tanya adalah, kenapa pintu utama dan pintu gerbang terbuka. Yerim segera memeriksa ke dalam. Ruangan demi ruangan Yerim periksa. Namun nihil. Yang ia temukan adalah kaleng bekas gas yang berada di kamar Rose dan Hoseok. Motor Seokjin juga tak ada namun motor Rose dan Hoseok masih ditempat.

"Pasti terjadi sesuatu disini."

Yerim menuruni tangga. Ia berjalan ke dapur dan mencari air putih. Mengeluarkan obat wadah yang berisi obat tablet kecil. Ia mengambil sebutir dan meminumnya.

"Sayang, ayo selamatkan keluarga mommy. Jika kau sanggup, meski sulit, bertahanlah demi mom dan daddy, ya. Jika tidak...," Yerim mengusap air mata yang keluar dari kedua sudut matanya. "Jika tidak, maafkan mommy yang membuatmu dalam keadaan yang sulit. Yang perlu kau tau, bahwa mommy menyayangimu."

Yerim mengusap perutnya dengan penuh kasih. Ia lalu memasukkan kembali obat penguat kandungan yang baru saja ia minum ke dalam tasnya, lalu beranjak pergi. Obat yang memang diberikan ketika ia hari-harai awal saat mengetahui kehamilannya. Karena kandungannya sudah kuat, ia berhenti mengonsumsi obat itu lagi. Namun, saat genting seperti ini, Yerim berharap obat itu bisa menguatkan anaknya.

Yerim memilih menggunakan motor Rose untuk pergi ke dermaga. Ia hanya mengikuti insting saat ini. Ada banyak dermaga, tapi ia hanya mengikuti keyakinannya.

*

Yoona memeluk Chenle yang gemetar ketakutan. Suasana dermaga begitu sepi. Disana tak hanya ada Yoona dan Chenle tapi ada keempat anggota Dark Petal yang masih terborgol. Disana ada banyak anak buah papa. Mereka menyiramkan bahan bakar membentuk lingkaran besar.

"Siwan!! Apa yang kau lakukan padaku?!! Kenapa kau menjadi seperti iblisss!!!" hardik Yoona. Ia berdiri dan meraih kerah Siwan yang dekat dengannya.

"Diam noona!" Siwan menghempaskan tubuh Yoona hingga wanita itu terjatuh.

"Eomma!!" Chenle membantunya bangun. "Siapapun anda, aku membenci iblis yang kejam seperti anda!"

"Ayolah jagoan, jangan seperti eomma-mu. Aku adalah samchoon yang menyayangimu."

"Cara menyayangimu sungguh buruk! Bahkan anjing saja tau cara menyayangi keluarganya. Kau yang manusia, tak ada apa-apanya dibanding dengan anjing itu!" Irene yang tersulut emosi ikut bersuara.

"Diam, Rene. Kau juga tak bisa melakukan apa-apa lagi sekarang. Ingat, kau juga akan hancur."

Jonghyun berada di atas kotak besar tempat kargo. Ia masih mengenakan topengnya mengawasi yang terjadi dibawah sana.

"Percuma!! Rim tak akan datang! Kalian melakukan hal yang sia-sia, terutama, kau Hong Jonghyun!" bentak Seokjin.

Yoona sadar akan nama yang disebut, ia kembali berdiri menatap pria bertopeng yang dengan santainya menyaksikan penyanderaan ini. "Apa yang disana Jonghyun? Jjong-ie, apa itu kau? Jawab aku!!! Kalau itu kau, kenapa kau lakukan ini padaku?!!!"

Hati Jonghyun sedikit berdesir. Namun, kemarahan tak padam dalam hatinya. Ia mencoba keras pada perasaannya.

"Jjong-ie.. kumohon. Jika kau benci aku, jangan libatkan puteraku, aku mohon...," tangis Yoona pecah. Chenle memeluk Yoona dari belakang. Ia ikut menangis.

"Dia tak akan mendengarkanmu lagi noona. Percuma. Bahkan jika kau bersujud di kakinya, semua akan terasa sia-sia," Siwan meremehkan.

"Rose, kenapa kau tak bisa diam?" bisik Hoseok.

"Aku ingin mengeluarkan penjepit rambutku dari saku," Rose merogoh sakunya. Ia harus membuka borgol dan menyelamatkan Yoona serta anaknya.

"Yasudah. Cepat keluarkan."

"Aku berusaha oppa. Diamlah. Tanganmu itu memperlambat pencarianku," desis Rose pada Hoseok. "Jangan tahan tanganmu. Lemaskan agar tanganku bisa bergerak..."

Hoseok menuruti kemauan Rose. Fokusnya beralih pada sebuah suara mesin.

Suara mobil mendekatlah yang terdengar. Tak hanya satu. Ada banyak. Setelah mobil terhenti, keluar Ji Changwook beserta anak buahnya. Hal pertama yang membuat terkejut adalah bahwa yang disandera bukan hanya Yoona juga Chenle. Tapi Dark Petal.

**

Stop disini aja. Sampai jumpa selanjutnya ^.^

Disini Lily terinspirasi dari Conan Movie ke berapa ya.. lupa kalo nggak salah movie 10. Tentang bom jam di taman bermain dimana conan dan heiji harus menuntaskan misi agar Ran-Kazuha dkk selamat dr bom yang terpasang seperti jam ^.^

Update: 120618
Next Update: ---

Continue Reading

You'll Also Like

225K 33.8K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
130K 14.8K 42
Kim Jisoo seorang anak dari jajaran orang-orang berpengaruh di Korea. sedang, Kim Seokjin adalah seorang tentara yang nantinya akan melaksanakan dan...
383K 21.8K 44
Setiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di t...
122K 13.2K 40
Rose sudah menyusun rencana masa depannya dengan serapih mungkin. Namun kandas begitu saja saat dia harus menerima takdir lain, dimana ia dijodohkan...