Araya 1 [END]

By jdvid_

223K 10.5K 1.6K

Araya Pachthiraphan. Gadis tampan asal Thailand ini masih keturunan Indonesia. Sejak sepeninggal ayahnya, ia... More

Neung (1)
Song (2)
Sam (3)
Si (4)
Ha (5)
Hok (6)
Jed (7)
Ped (8)
Gao (9)
Sib (10)
Sib Ed (11)
Sib Song (12)
Sib Sam (13)
Sib Si (14)
Sib Ha (15)
Sib Jed (17)
Sib Paed (18)
Sib Gao (19)
Yi Sib (20)
Yi Sib Ed (21)
Yi Sib Song (22)
Yi Sib Sam (23)
Yi Sib Si (24)
Yi Sib Ha (25)
Yi Sib Hok (26)
Yi Sib Jed (27)
Yi Sib Ped (28)
Yi Sib Gao (29)
Sam Sib (30)
Sam Sib Ed (31)
Sam Sib Song (32)
Sam Sib Sam (33)
Sam Sib Si (34)
Ocehan Author
Extra Part : Honeymoon

Sib Hok (16)

5.1K 259 16
By jdvid_

Araya POV

Sejak pengakuan ellen padaku dua hari lalu. Itu benar benar membuat ku frustasi. Tapi aku harus pintar menutupi semuanya. Meski hal itu membuatku susah tidur, tidak nafsu makan bahkan mandi. Jika boleh kukatakan, aku sangat marah. Sangat amat marah. Aku berekspetasi semua akan lebih indah di kehidupan baru ku. Aku tidak perlu takut jika cindy memberitahu ellen bahwa "dulu" aku seorang wanita.

Aku menyapu pandanganku pada seluruh sudut kamarku. Semuanya berantakan. Kasur, nakas, meja belajar, sofa, rak buku dan lemari pakaian. Bahkan lampu tidurku telah hancur. Aku sadar ini semua ulah ku semalam. Ulah ku yang seperti orang kerasukan. Aku tak membiarkan siapapun masuk kekamarku termasuk pelayanku meski untuk membersihkannya. Aku hanya dapat melampiaskan kemarahanku dengan semua barang dikamarku. Untunglah mami tak ada dirumah. Bicara kenapa aku marah. Kurasa semua orang dapat mengerti. Bagaimana tidak. Aku operasi untuk bisa bersama ellen, agar bisa menikahinya. Dia gadis yang sangat amat ku cintai. Tapi kepulanganku. Justru aku mendapat kabar buruk.

Ellen. Boleh aku beritahu sedikit? Aku ingat betul saat dia memberiku mie ayam dihari pertama aku sekolah. Logat bicaranya yang sangat friendly dan hangat. Itu sangat lucu. Aku bahkan tak berpikir dia sering dikucilkan hanya karna penampilannya. Kau tau? Itu memang sudah menjadi hal wajar di setiap sekolah. Tapi aku bukan orang yang akan membiarkan orang yang baik padaku tersiksa, setidaknya setelah aku mengenal dia. Diam diam. Aku sudah sering memandangi wajahnya dibalik kaca mata besarnya itu. Diam diam aku menghirup aroma rambutnya yang ia sering kuncir kuda atau ia kepang. Diam diam aku mengagumi lekuk tubuhnya. Dan aku tersadar aku menyukainya. Tidak. Itu lebih pada aku mencintainya.

Lucu sekali saat ia menyuruhku untuk bicara dengan bahasa yang non baku. Dengan alasan aku akan di bodoh bodohi jika terlalu kaku. Lalu bagaimana dia? Dia seperti itu, tapi anak anak mengucilkannya. Dan perlahan aku menyadari sikap ellen yang semakin kesini semakin melembut dan manis. Itu membuatku semakin jatuh cinta padanya. Bahkan tak berubah setiap detiknya.

Tapi cinta bukan soal siapa yang dicintai, kan?. Wanita atau pria. Semua tergantung pada dirimu. Apa kau bahagia atau merasa nyaman. Semua akan tertutup rapat dengan perasaanmu yang tak bisa kau palsukan.

Aku terdiam mengingat hal yang terjadi semalam. Aku pergi kerumah ellen. Tapi disana ada forth. Sebenarnya aku bingung apa aku harus percaya pada forth yang katanya hanya menjalani rencana. Jika boleh jujur. Aku cemburu. Sangat cemburu. Terlebih lagi. Jika aku ingat wajah sumringah ayah ellen saat bicara pada forth. Aku berpikir ulang. Tidakkah ayah nya tau siapa aku? Aku yang sudah jelas berpacaran dengan anaknya. Hatiku benar benar sakit. Rasanya aku mendadak mengidap asma akhir akhir ini.

Dia bahkan tak memberitahu apa apa. Maksudku. Jika dia tau aku pacar ellen. Kenapa dia melakukan itu? Meski ku akui bahwa sikapnya padaku juga baik. Tapi telingaku hampir ku tembak agar tak dapat mendengar ucapan ucapan ayahnya mengenai perjodohan itu. Dan akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

Tok tok tok
Aku menghampiri pintu dan melihat siapa yang datang. Setelah aku membuka pintu aku melihat dua orang pria gagah dengan setelan jass hitam. Wajahnya sudah tak asing lagi untukku. Merekalah yang kutunggu tunggu hari ini. Mereka adalah marko dan sharp. Dua bodyguardku. Aku menyuruh mereka untuk masuk ke dalam kamarku.

Aku bisa melihat wajah kaget mereka setelah melihat kamarku.

"Araya. Apa semalam ada gempa?" Tanya sharp sopan. Aku hanya mengikuti pandangannya dan lalu terkekeh.

"Hmm kurasa begitu. Aku tidur semalaman dan tidak sadar" jawabku asal. Aku melempar beberapa barang dari sofa agar kami bisa duduk bersama.

"Ini. Semua dokumen ini telah kami dapatkan. Silahkan dilihat dulu" ucap sharp. Aku meraih sebuah map bersampul warna biru dan mulai melihat lihat isinya. Aku tersenyum.

"Ia masih mempertahankan perusahaa itu" ucap marko. Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya.

"Apa dia akan jual perusahaan itu?" Tanyaku.

"Dari yang ku dengar dari beberapa karyawan disitu, bos mereka akan menjualnya. Perusahaan itu ditawar oleh NJ Group dan beberapa yang lainnya." Lanjut marko.

"Oke. Kerja bagus. Selanjutnya kalian tau kan apa yang harus dilakukan?" Tanyaku. Mereka mengangguk. Aku berdiri kearah nakas ranjangku. Mengambil sebuah amplom bersisi uang dan kembali ke sofa. Aku melemparkan amplop itu pada marko dan sharp sebagai upah.

"Terimakasih araya. Ini banyak sekali" ucap sharp setelah memeriksa isinya. Aku hanya tersenyum. Dan akhirnya mereka keluar dari kamarku setelah semua urusan kami selesai hari ini.

Aku melihat lihat lagi isi map itu. Aku tersenyum puas melihatnya.

***

***

***

Sepulang sekolah araya mengajak ellen pergi ke mansionnya. Setelah sampai dan memarkirkan ferari kesayangannya di parkiran khusus mobilnya, ia langsung merangkul ellen untuk masuk ke mansion dan langsung ke kamarnya.

Ellen duduk di tepi tempat tidur. Ini kesekian kalinya ellen main ke mansion araya. Bahkan araya menyediakan sebuah kamar khusus disebelah kamarnya untuk ellen untuk berjaga jaga jika ellen main dan menginap di mansionnya. Araya segera pergi mandi setelah meletakkan tasnya di sembarang arah.

Sekitar 20 menit araya telah selesai dengan urusannya. Ia hanya melilitkan handuk dilingkar pinggangnya lalu keluar dari kamar mandi. Bahkan ia tak mengeringkan rambut dan tubuhnya.

Tampak ellen sedang tertidur di ranjang king size milik araya. Ia terlihat lelah sampai tak melepas seragamnya. Araya berjalan menghampiri ellen. Ditatapnya setiap inci wajah ellen. Bibirnya yang mungil dan merona sangat terlihat menantang. Dan tanpa araya sadari. 'Junior' yang baru beberapa minggu ia miliki itu kini tengah bangun. Ia berterimakasih pada implan yang tertanam. Setidaknya itu membuat ia merasakan benar benar menjadi laki laki.

Araya mengelus pipi ellen dengan lembut. Sebenarnya ia ingin sekali menjamah tubuh ellen lebih dari biasanya. Tapi ia sadar, ia harus menunggu sekitar sebulan lagi untuk bisa menggunakan 'nya' dengan baik. Itupun jika ia berhasil membuat ellen mau melakukannya lebih dari biasanya.

Araya tersenyum. Lalu mendaratkan ciuman bibirnya di bibir ellen. Ellen masih belum bangun saat araya terus menghisap dan melumat bibirnya dari ritme lembut hingga sedikit ganas.

Sesekali araya bergerak menciumi leher ellen, menggigit telinganya dengan lembut, dan menciumi seluruh wajah ellen, bahkan kini tubuh araya sudah berada diatas ellen. Sepertinya ellen benar benar kelelahan. Ia hanya mengerang tanpa terbangun. Hal itu membuat araya semakin bebas melakukan apa yang ia mau. Araya kembali melumat bibir ellen. Tiga empat menit kemudian araya masih melumat bibir ellen. Hingga oksigen terasa menipis. Ellen mulai bangun, araya tersenyum kala ellen mulai membalas ciumannya. Perlahan araya bergerak kebawah. Ke leher, lalu ke dada. Tangan kiri araya bergerak ke dada ellen. Araya meremasnya dengan lembut berulang kali.

"Boleh?" Bisik araya setelah melepas lumatan bibirnya. Ellen mengangguk, tampaknya ia juga menginginkan hal itu. Mata sendunya membuat birahi araya semakin memuncak.

Araya membuka setiap kancing seragam sekolah ellen. Melepasnya cepat, ia juga telah sukses menanggalkan tanktop dan bra ellen. Kini ellen telah telanjang dada. Mata araya terbelalak melihat pemandangan pegunungan dihadapannya. Ini kedua kalinya araya melakukan ini pada ellen. Ya, hanya sebatas disana. Araya mengagumi apa yang ia lihat. Sedikit berbeda dari sebelumnya. Ini terlihat. Lebih indah dari biasanya.

Perlahan araya mengusap dada ellen, meremasnya dengan lembut lalu memilin puting ellen. Sementara, mulutnya kini sibuk menghisap puting ellen yang lain. Sesekali menggigit puting ellen dengan gemas. Tangan ellen meremas rambut pirang araya. Dan menekan kepalanya agar terus bermain didadanya.

"Aggghhhh mmmhhh" erang ellen. Sesekali tangan ellen mengusap tubuh belakang araya. Araya berhenti dengan aktifitasnya. Ia bergerak kebawah. Menciumi perut ellen sementara tangannya sudah menyusup kedalam rok seragam ellen. Ellen langsung mengubah posisi tubuhnya untuk duduk saat wajah araya tepat diarea bawah ellen.

"Jangan" ucap ellen dengan tegas. Araya bangkit dari posisinya. Ini sudah biasa terjadi. Dan...

"Aaaaaaaaa" ellen tiba tiba teriak menutupi wajahnya saat handuk yang melilit di pinggang araya terlepas. Araya terkekeh dan langsung memakai handuknya lagi.

"Kamu ngapain sih ngga pake baju dulu? Seengganya pake celana kek!" Omel ellen.

"Aku habis mandi tadi" araya terkekeh. Perlahan ellen membuka tangannya.

"Bae. Kenapa ngga boleh? Tanggung nih" rengek araya.

"Aku udah pernah bilang. Aku ngga mau kasih kamu lebih dari tadi. Karna laki laki tuh kalo dikasih hati minta jantung. Nanti ujung ujungnya kamu pasti minta yang aneh aneh" tutur ellen.

"Hmmm iyadeh iya." Balas araya datar. Ia berdiri untuk mengambil baju dan celana.

"Kamu marah?" Tanya ellen.

"Ga"

"Aku pulang ya"

"Apasih. Ngga kok aku ngga marah"

"Dasar laki laki. Ngga dikasih malah marah!!"

"Ko kamu yang BT? Aku ngga marah sayangku"

"Sayangku. Biasanya panggil tiirak(sayang). Panggilan ke siapa tuh?"

"Tuh kamu negative terus ke aku"

"Ya kamu ga biasanya panggil itu"

"Cuma masalah panggilan astaga ellen"

"Tuh kan panggil nama"

Aray membalikkan tubuhnya. Kembali mencari pakaian dilemari.

"Up up" ucap araya. Ellen menghampiri araya tanpa memakai bajunya.

"Up apa? Kamu ga bisa jawab? Kamu selingkuh ya selama di thailand" tuduh ellen. Araya terkekeh. Pasalnya ia justru gagal fokus dengan buah dada ellen yang bergerak gerak saat ellen mendorong pundak araya.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?". Araya tak menjawab. Ia menghampiri tubuh ellen lalu memeluknya. Membiarkan dada mereka saling bersentuhan. Tanpa pikir panjang. Araya langsung mencium bibir ellen dengan ganas. Ellen berusaha mendorong tubuh araya. Tapi kekuatannya tak lebih cukup dari araya. Sampai akhirnya ellen mencubit pinggang araya sampai araya melepaskan tubuh ellen. Lalu ellen memukul manja dada araya.

Tok tok tok
"Bae bukain dulu itu. Aku mau pake baju" ucap araya.

"Loh Kamu tega? Aku lagi kaya gini disuruh buka pintu? Gak terbalik?" Balas ellen.

"Oh iya ya. Yaudah aku yang bukain pintu. Kamu pake baju dulu gih" ucap araya. Araya berjalan menghampiri pintu dan membukanya.

"Aaaaaaaaa" seorang pria berparas cantik tiba tiba teriak dihadapan araya.

"Aw p beam? Kenapa kamu berteriak?" Tanya araya heran. Pria yang kini berdiri disamping beam juga menatap beam heran. Ia adalah forth.

"Pakai baju mu araya. Atau aku akan memakan roti sobek di perut mu itu" ucap beam. Araya mengerutkan alisnya bingung.

"Sebaiknya kita tunggu dibawah. Ayo beam" ucap forth. Araya kembali masuk kedalam kamarnya dan memakai baju. Sementara ellen, ia sedang mandi saat ini.

***

Forth dan beam serta ellen masih berada dimansion araya. Bahkan setelah makan malam. Kini keempatnya bersantai diruang tamu. Lebih tepatnya sibuk dengan pasangan masing masing.

"Araya. Ku pikir tadi aku salah alamat. Ternyata tidak" beam membuka obrolan.

"Mansion ini sangat besar. Berapa orang yang tinggal disini" tanya forth.

"Aku tidak dapat memastikannya P. Mansion ini lebih banyak dihuni para pelayan dan bodyguard. Tapi aku juga tinggal bersama mami dan bibiku yang super duper sibuk" jawab araya.

"Dimana mereka?" Tanya beam.

"Mereka masih di jerman. Ada urusan" ujar araya. Beam dan Forth mengangguk.

"Apa nama perusahaan keluargamu araya?" Tanya forth lalu meminum wine nya.

"Pachthiraphan Group" jawab araya enteng.

Uhukk
Forth tersedak wine nya.

"Kenapa P?" Tanya araya khawatir.

"Perusahaan raksasa itu milik keluargamu?" Tanya forth antusias.

"Kau berlebihan P" araya berkomentar santai.

"Sungguh. Aku tau perusahaan itu. Beberapa perusahaan keluargaku dibantu oleh perusahaan pachthiraphan" ujar forth.

"Benarkah? Aku tidak tau. Semua aset keluarga belum sepenuhnya menjadi milikku P" balas araya.

"Apa kau memiliki kakak dan adik?" Tanya beam.

"Tidak. Aku anak tunggal".

"Itu artinya kau pewaris tunggal? Hebat!!" Ucap Forth.

"Tuan. Ada tamu. Dia bilang, teman sekolah tuan" seorang pelayan bernama mirna menghampiri araya. Dengan sopannya ia memberitahu.

"Suruh masuk saja" ucap araya.

Tak lama tamu yang dimaksud itu datang. Araya dan ellen sedikit kaget dengan kedatangannya.

"Cindy?" Pekik araya.

"Hai araya." Cindy menghampiri araya dan menciup pipi araya sekilas. Jelas saja hal itu membuat mata ellen terbelalak.

"Apa apaan lo ?!" Ucap araya.

"Loh. Kenapa? Bukannya kita biasa kaya gitu?" Balas cindy dengan enteng.

"Jangan ngada ngada cindy. Lagian lo tau dari mana rumah gua ha?"

"Haduh. Jangan mentang mentang ada ellen. Lo begini araya. Lo kan sering ajak gue kesini? Lo lupa?" Balas cindy. Araya menatap ellen.

"Bae sumpah dia bohong" araya meraih tangan ellen. Ellen hanya tersenyum dan melepaskan diri dari araya.

"Hmm ya ya. Yaudah. Kayanya udah malem juga. Aku mau pulang. Takut ganggu. Kak beam dan kak forth mau pulang juga nggak? Kalau masih mau disini gapapa" ucap ellen. Ia langsung bergegas menuju kamar araya dan mengambil barang barangnya. Araya mengejar ellen. Ia bergegeas merapikan semua barang barangnya. Ditahannya tubuh ellen saat menuju pintu setelah mengambil barang barangnya.

"Araya. Kamu tau kan? Kalo sedalam dalamnya bangkai dikubur. Akan kecium juga baunya?" ucap ellen penuh penekanan.

"Maksud kamu aku bohong? Bae. Aku ga bohong. Kamu boleh tanya sema semua pekerja dimansion ini. Aku ngga pernah bawa cindy kesini. Kamu denger sendiri kan tadi mirna sebut dia temen sekolah aku. Kalau dia sering kesini pastilah mirna kenal" tutur araya.

"Araya. Mereka itu kerja sama kamu. Apapun yang kamu perintah pasti mereka akan nurut. Aku mana tau. Yang jelas. Selama ini aku selalu coba buat jujur. Apa yang aku tutupin dari kamu hah? Bahkan masalah perjodohan. Aku jujur!"balas ellen.

Araya terdiam. Ellen benar. Dia memang banyak menutupi kebohongan. Tapi dia jujur bahwa ia tak pernah mengajak cindy ke mansionnya.

"Aku mohon percaya sama aku bae. Aku berani sumpah. Aku ngga pernah ajak dia kesini"

"Ga usah main main sama sumpah, araya!!"

"Please jangan pulang dulu. Kamu harus percaya sama aku. Aku mohon. Na na na" araya memeluk tubuh ellen semakin erat. Ellen terus saja meronta.

"Aku akan usir cindy" ucap araya lagi. Ellen hanya menaikkan alis kirinya. Araya menggenggam tangan ellen menuju ruang tamu setelah melepas pelukannya. Terlihat cindy duduk dengan angkuhnya disalah satu sofa diruangan itu. Sementara forth dan beam pura pura hanya ada mereka diruangan itu. Araya sudah cerita soal apa yang terjadi tentang dirinya dan cindy pada beam. Lebih tepatnya berkonsultasi.

"Ada perlu apa lo kesini?" Tanya araya dingin.

"Kangen sama lo" jawab cindy tanpa menghiraukan ellen ia bahkan dengan sengaja menggandeng lengan araya.

"Arrgghh" pekik araya saat ellen mencubit pinggangnya. Araya segera menepis tangan cindy.

"Marko. Sharp!!" Panggil araya. Kedua bodyguard nya menghampiri.

"Ada apa ray?" Tanya marko.

"Usir gadis ini. Dan masukan ke blacklist tamu!" Perintah araya dengan lantang. Mata cindy terbelalak mendengar ucapan araya.

"Apa??! Araya. Kok lo gitu?" Tanya cindy. Araya tak menjawab.

'Ga akan lagi gua biarkan lo berlaku seenaknya, cindy!!' Batin araya.

"P forth. P beam. Ayo kita ke atas saja" ajak araya. Dan keduanya mengangguk menyetujui.

***

Ke empatnya berkumpul di mini bar yang terdapat dimansion araya. Sudah hampir 4 jam mereka menikmati berada didalam mini bar itu. Ditemani musik musik remix yang araya putar dengan sound system dan berbagai macam berr dan wine yang tersedia didalamnya. Sampai forth dan beam mabuk. Ellen masih tak bicara sedikitpun.

"Araya. Bolehkan aku menginap dimansion mu semalam saja?" Tanya beam asal. Ia dan forth sudah mabuk karna telalu banyak minum.

"Boleh p. Kau boleh tinggal disini jika kau mau" balas araya.

"Benarkah?" Tanya beam.

"Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu beam. Aku takut kau suka pada araya. Dia jauh lebih muda dan tampan dariku" racau forth.

"Kau gila p forth. Aku sudah memiliki tuan putri yang cantik dan sangat kucinta. Tapi dia sedang marah sekarang" balas araya.

"Kecup saja bibirnya. Lalu dia akan memaafkanmu" timpal forth. Araya menoleh kearah ellen yang kini masih cemberut dan tangannya terlipat didada. Ellen sudah merengek meminta pulang. Tapi araya meminta agar ellen tetap dimansionnya karna besok hari minggu dan tak perlu khawatirkan sekolah. Bahkan araya telah mengunci pintu mini bar itu. Dipegangnya tangan ellen dengan lembut. Dan Araya kini berjongkok dihadapan ellen yang tengah duduk disofa.

"Kamu masih marah sama aku?" Tanya araya.

"Cewe mana yang ga marah kalo pacarnya dicium cewe lain. Gila ya si cindy beraninya dia!! Aku dianggap apa? Patung?! Aku tuh semakin tau cindy kaya apa. Aku tau kok. Cindy tuh cinta sama kamu. Keliatan banget!! Aku juga tau. Aku ga bisa kasih yang kamu mau. Dan gimana kalo dia bisa?" Ucapan ellen membuat dada araya berdegup. Pasalnya ia jadi teringat kejadian ranjang dirinya dengan cindy. Ia memang menginginkan hal itu tapi bukan bersama cindy! Ia sama sekali tak menginginkan kejadian kejadian itu terjadi. Meski dalam hati ia mengakui bahwa ia membalas perlakuan cindy. Tapi tentu saja itu semua karna ulah gila cindy dengan segala cara mendapatkan araya.

"Memangnya apa yang aku mau? Aku cuma mau kamu bae"

"Kamu mau sex kan? Ngesex lah sana sama dia!!"

"Astaga"

"Ok ok. Aku cuma minta kamu percaya sama aku. Aku cuma mau kamu dan kamu. Bukan yang lain. Oke?" Ucap araya masih terus berusaha menenangkan ellen. Araya melirik ke arah forth dan beam di sofa lain. Keduanya telah hanyut terbuai dengan bibir mereka yang saling melumat satu sama lain. Forth berada diatas dan beam berada dibawah. Hal itu membuat araya semakin iri. Ellen berdiri dan menuju toilet.

Drrrt drrrt

Tak lama, Ponsel araya bergetar. Satu panggilan dari nomor tak dikenal.

"Hallo..." ucap araya.

Continue Reading

You'll Also Like

636K 52.1K 33
[Completed] ---------------------------------------------------------- Bagaimana jika Bos mu adalah manusia yang sangat Perfeksionis ? wajahnya yang...
144K 7.9K 36
Kisah seorang yang terjebak akan takdir, yang dia sendiri sebenernya tidak menyetujui nya. Tapi takdir berkata lain. Kisah seorang yang harus hidup l...
405 115 9
Alexia yang sangat membenci hujan dan Graciella yang sangat menyukai hujan. Bisakah Graciella mengubah Alexia menjadi menyukai hujan? Kisah dari pert...
194K 9.8K 40
[ Lunatic Series #1 ] Dua wanita dengan kepribadian sama saling memutuskan untuk menjadi pemuas satu sama lain. Jika Luna membutuhkan Sasya maka Sasy...