Shoot Me √

Por Lilyla__

167K 18.6K 4.5K

"Berhenti, atau aku akan menembakmu." "Aku tak peduli. Bahkan jika timah panas itu menembus kulitku, aku tak... Más

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
epilog
New Work Soon

15

3.9K 453 81
Por Lilyla__

Trust U


Bermasker, jaket hitam, rip jeans dan converse. Lelaki itu menunggu di halte tempat para mahasiswa menunggu bus untuk pulang maupun tempat mahasiswa yang turun dari bus menuju kampus. Halte itu adalah halte yang sama, yang menjadi saksi pertemuan pertama antara Rim dan Jungkook.

Bruk

Seorang gadis terjatuh ketika membawa sebuah paperbag yang berisi peralatan jahit. Benang yang tergulung jatuh, manik-manik keluar dari wadahnya, tempat jarum yang menggelinding beserta isinya, kacau. Itu yang dapat disimpulkan oleh lelaki yang sedari tadi hanya duduk mengamati. Tanpa membuka maskernya ia membantu gadis itu.

“Eh?,” gadis itu kaget ketika lelaki asing membantunya. Ragu-ragu bercampur was-was, ia memunguti peralatannya.

“Tt… tteri.. makasih,” ucap gadis itu terbata-bata menandakan ia sedikit ketakutan.

Lelaki itu hanya mengangguk. Ia tak mengeluarkan suara sama sekali.  keduanya sama-sama berdiri.

“Noona!,” panggil seorang lelaki yang membuat gadis itu lega.

“Jungkook?!”

Terkejut. Lelaki bermasker itu menoleh mengikuti arah padang si gadis. Dua lelaki yang satu berambut hitam yang satunya berambut dark brown dan memakai kacamata bulat.

“Noona baik-baik saja?,” tanya lelaki yang dipanggil Jungkook. Ia memeriksa setiap inchi dari sang kakak dan ternyata, lututnya lecet. “Kaki noona terluka.”

“Kookie, noona baik-baik saja. Ini tadi hanya kecelakaan kecil. Mmm… noona harus pergi dulu, noona sudah terlambat,” Jisoo berbalik. Melihat lelaki bermasker yang masih menyaksikan kejadian dihadapannya. “Terimakasih atas bantuannya,” ucap Jisoo lalu bergegas pergi dengan kaki yang sedikit pincang.

“Kook, aku pergi dulu, ya. Taemin hyung sudah menerorku,” ucap lelaki berambut hitam. “Ngomong-ngomong disana ada Seulgi noona. Dia ijin kelas hari ini,” tambahnya dan berlari meninggalkan Jungkook sendiri.

“Jeon Jungkook? Apa itu kau?,” lelaki bermasker membuka suaranya setelah menyaksikan pertunjukan kecil dihadapannya.

Jungkook membenarkan kacamatanya. Ia memicingkan mata melihat lelaki yang mencurigakan yang mengetahui identitasnya.
Lelaki itu melepaskan satu lengan jaketnya. Ia menggulung lengan pendek kaos yang dikenakan untuk memperlihatkan sebuah tato. Tato bergambar lambang beserta tulisan Dark Petal. Mengetahui identitas  dari orang yang menyapanya membuat Jungkook terkejut. Ada apa Dark Petal menyapa dirinya?

“Apa kita perlu bicara empat mata?,” tanya Jungkook tanpa basa-basi.

Lelaki itu mengangguk.

“Kau bawa motor? Ayo kita ke apartement saja, disini banyak pasang mata yang melihat. Aku takut salah satunya mengawasi kita,” ajak Jungkook, ia akan membawa lelaki asing itu ke apartement Jimin. Ya, tempat teraman untuk berbicara hanyalah disana. Begitu menurut Jungkook. 

.

Jungkook melepaskan kacamata dan meletakkannya kembali di wadah kacamata. Ia juga melepas jaket dan sepatu yang dikenakan. Tak merasa berbahaya, Jungkook seperti didatangi tamu normal.

“Kau mau minum apa?,” Jungkook menawarkan minuman pada lelaki yang sibuk berkutat dengan ponselnya. Entah apa yang dilakukan.

“Aku tak butuh minum,” lelaki itu akhirnya melepaskan masker yang sedari tadi menutupi wajah tampannya.

“Apa kau mau merokok? Ditempat ini tak boleh merokok. Ini bukan apartement-ku. Jika mencium bau rokok, Jimin bisa membunuhku.”

“Aku juga sedang tak ingin merokok. Mari kita bicara langsung saja.”

Jungkook segera duduk dihadapan orang asing itu ketika ia mendapatkan kode untuk duduk.

“Apa yang ingin kau bicarakan?”

“Sebelumnya tak  adil rasanya jika aku tau identitasmu, tapi kau tak tau siapa aku. Perkenalkan. Aku oppa-nya Rim. Nama yang kugunakan selama menjadi anggota Dark Petal adalah Jin.”

“Kau oppa Rim, ada kemungkinan kau lebih tua dari ku dan memang nampaknya begitu, HYUNG,” Jungkook memberikan penekanan pada kata hyung.

“Aku kemari ingin mengucapkan terimakasih. Kau sudah menolong harta Dark Petal. Aku sangat terkesan dengan kebaikanmu. Kau tau? Kebanyakan orang pasti lebih memilih membiarkan orang seperti Rim mati. Tapi, kau berbeda. Kau malah menolongnya dan bahkan mencoba menghindari tugas untuk membunuh Rim. Aku jadi tertarik denganmu.”

Jungkook terkekeh. “Kenapa kau tertarik dengan mahasiswa sepertiku, hyung?”

“Tak perlu membohongiku. Aku tau kau ikut turun saat penyerangan Sehun. Aku bukan orang bodoh, Jungkook. Dilihat dari postur tubuhmu, aku tau kau bukan amatiran.”

“Terserah apa katamu saja, hyung. Tapi… aku ingin menanyakan satu hal yang mengganjal. Apa Rim korban kekerasan? Maksudku, apa ia mendapatkan hukuman karena berlian itu kuambil?”

“Jadi kau?”

“Aku punya alasan sendiri kenapa mengambil berlian itu. Aku hanya ingin menghindari tugas membunuh. Siapa tau, majikanku bisa membebaskanku dari tugas memburu Rim jika aku mengambil berlian itu.”

Mata Seokjin menyiratkan sebuah harapan. Dia tersenyum penuh arti pada Jungkook. Mungkin hanya awal yang sederhana, akan memberikan harapan baru bagi mereka, khususnya Yerim.

“Jungkook, apa alasanmu untuk terjun ke dunia ini? Aku melihat, tak ada kejahatan dan sejenisnya dari matamu itu. Tapi, kenapa kau bisa seperti ini? Masuk ke lingkup mafia itu?”

“Aku terpaksa. Aku hanya diberikan misi untuk mencari seseorang. Tapi berakhir dengan tugas tambahan seperti ini.”

Seokjin berusaha menutupi rasa terkejutnya. Apakah tugas mencari yang dimaksud adalah mencari Ahreum? Lalu, bagaimana jika memang Yerim adalah sosok yang dicari? Mungkin ini jalan untuk mengembalikan Yerim secara perlahan pada keluarganya.

“Apa kau mau kita bekerja sama?,” tawar Seokjin.

“Eung?”

“Kau boleh disekitar Rim. Aku tak akan menghajarmu, ataupun melarangmu, dengan catatan, kau melindungi Rim.”

“Kenapa harus aku? Maksudku begini, hyung. Aku amatir di dunia ini. Aku hanya bertugas untuk mencari seseorang, tiba-tiba ada tugas tambahan untuk melenyapkan Rim dan sekarang, kau datang dan memintaku untuk melindungi Rim.. kenapa harus aku? Dan untuk apa?”

“Untuk saat ini aku tak bisa membicarakan segala sesuatu yang lebih rinci denganmu. Aku masih harus menilai sampai dimana kau bisa dipercaya. Tapi satu hal, Rim memang hitam, tapi ia tak sepenuhnya hitam.”

Jungkook mengernyit. Ia mengangguk dan tersenyum. “Aku tau. Dia hanyalah gadis yang putus asa dan dilanda rasa lelah. Aku kasihan kenapa dia harus terlibat dalam organisasi seperti itu.”

“Jungkook, aku ingin bertanya satu hal padamu.”

Jungkook memberi perhatian penuh pada apa yang akan Seokjin sampaikan. Ia sangat menghargai lawan bicaranya.

“Apa kau sudah mendapatkan hal atau petunjuk tentang Ahreum? Orang yang kau cari?”

Jungkook kebingungan dengan pertanyaan Seokjin yang tiba-tiba menanyakan Ahreum. Ada apa? Apa ada hubungannya? Dan bagaimana ia bisa tau?

“Kenapa kau menanyakan hal itu, hyung? Apa itu harus ku jawab? Ini rahasia perusahaan.”

Seokjin mengangguk mengerti. Tiba-tiba ponsel Jungkook berbunyi. Setelah melihat jika itu video call dari Taehyung, Jungkook memilih pergi ke dapur untuk menutupi kehadiran Seokjin. Mendapatkan kesempatan emas, Seokjin segera meraih tas yang dipakai Jungkook untuk kuliah. Ia memeriksa setiap ruang tas, domper, tempat kacamata juga tak luput dari pencariannya. Namun, nihil. Tak  ada petunjuk. Ketika akan mengembalikan seluruh isi tas kedalamnya, Seokjin baru menemukan sebuah petunjuk besar.

“Rim…,” gumam Seokjin.

*

Dor

Dor

Dor

“Woahh…. Lukamu membuat kemampuanmu menurun,” ledek Rose yang sibuk bermain billiard bersama Hoseok. Mendengar celoteh dari Rose, membuat Hoseok menoleh kearah gadis berambut pendek yang mengacungkan sebuah pistol ke papan bidik.

“Kau hanya kurang konsentrasi saja,” ujar Hoseok ingin menekan rasa kecewa Yerim.

“LEtakkan pistol itu dan bermainlah bersama kami. Kau tak akan mampu membidik di angka sepuluh tepat dengan jahitan dipunggung. Menyerahlah,” Rose masih berusaha memancing emosi Yerim. Gadis itu sengaja ingin membakar hati Yerim agar lebih keras lagi dalam berlatih.

“Aku akan mencoba menjadi sniper,” Yerim melempar pistol yang dipegang hingga mendapat teriakan dari Hoseok.

“YAshh! Kau membuang asal pistol itu? Tak bisakah kau memperlakukan senjata seperti anakmu sendiri? Aku baru saja mengecek semua senjata itu dan kau dengan seenaknya membuangnya? Inilah Rim keturunan Irene yang tak pernah bisa berlaku lembut,” kata demi kata keluar cepat dari mulut Hoseok membuat Rose mendengus, dan Yerim mengabaikannya.

“Kau sedang apa oppa? Ngerapp? Sungguh, perkataanmu sulit dicerna ususku,” perkataan Rose berujung pada mendaratnya tongkat billiard di kepala.

“Aku lupa. Di Dark Petal tak ada wanita yang benar-benar wanita.”

Dor

“Rim.. kau bisa menggunakan peredam suara kan? Pasang di moncong senapan itu. Jangan jadi sniper amatir,” komentar Hoseok sambil melakukan bidikan pada bola yang ia inginkan.

“AKu baru akan memasang senapan ini, oppa,” Yerim juga kebingungan dengan suara tembakan.

Tak berapa lama lima orang dimana dua diantaranya adalah wanita masuk. Berlarian. Mereka adalah orang yang dilatih Seokjin dan Irene. Tiga lelaki mencoba menutup pintu ruangan yang digunakan oleh Dark  Petal berlatih. Sementara sisanya membereskan senjata yang ada disana.

“Ada tikus?,” tanya Yerim yang dijawab anggukan dari mereka.

“Sial! Siapa yang berani mengusik tempat latihan kita!,” Rose melempar tongkat billiard dan membantu membereskan senjata sementara Hoseok segera berlari mencoba menahan dan mengunci pintu masuk dengan anak buahnya. Yerim mengambil besi pipih untuk dijadikan pengungkit. Besi yang memang tersedia untuk membuka pintu darurat.

“Kalian! Bantu aku buka pintu sialan ini!,” perintah Yerim. Pintu besi yang nampak seperti tembok biasa itu tertutup sangat rapat karena jarang sekali digunakan.

Rose dan dua wanita anak buahnya telah menggendong ransel dengan tangan menenteng senapan laras panjang yang memang mereka letakkan disana untuk latihan.  Mereka menghampiri Yerim dan membantunya membuka pintu.

Kriettt

Setelah usaha keras akhirnya pintu itu terbuka meski berat dan berderit. Keempat wanita segera masuk dan Hoseok beserta yang lain menyusul. Mereka menutup pintu secepat mungkin ketika pintu utama berhasil di dobrak. Ruangan dibalik pintu besi sangat gelap. Berbentuk seperti lorong tak berujung.

“Kunci pintu itu semampu kalian,” perintah Hoseok pada anak buahnya dengan sedikit berbisik. Mereka mengangguk dan melaksanakan perintah.

“Rim, gwenchana?,” tanya Hoseok.

Yerim mengangguk, dalam hatinya mengumpat berkali-kali. Ia terluka tapi ada saja kejadian yang membuat lukanya berdenyut lagi.

“Kita harus bagaimana oppa? Apa mereka tau jika kita ada disini dan melakukan penyerangan? Sialnya, anggota kita banyak yang melakukan misi diluar sana,” Rose merasa frustasi. Ditambah lagi, dua andalan mereka yang biasa memimpin juga tak  ada ditempat.

“Tenang…. Ikuti instruksiku,” masih dengan berbisik. “Kita akan keluar tapi jangan ada yang ambil motor. Aku rasa, sudah ada yang menjaga motor kita.”

“Eoh, oppa?,” Yerim menjawab panggilan Seokjin dengan berbisik. Yerim mengangguk, menyetujui permintaan Seokjin. “Ini, oppa,” Yerim memberikan ponselnya ada Hoseok.

“Ya, Hyung?,” mata Hoseok melirik seluruh orang yang kini menjadi tanggung jawabnya. Bukan pengecut, mereka akan memilih opsi untuk menyelamatkan diri terlebih dahulu. Itu lebih baik dari pada mencoba melawan tapi mereka semua akan terluka.

Hoseok menyalakan senter kecil dengan cahaya agak redup, agar cahaya tak keluar dari celah-celah kecil di pintu besi tadi.

“Kita akan melewati jalan yang tak pernah kalian lewati. Jalan yang hanya aku, Jin hyung, Dan Irene yang tau. Tapi resikonya, jalan itu sangat panjang. Jadi, kita harus bergerak cepat kalau tidak ingin kehabisan oksigen.”

“KEnapa tak lewat jalan biasa yang lebih pendek jalurnya? Dan jalan itu kita semua sudah tau,” Rose mencoba protes.

“Tidak bisa. Hyung mengatakan kita harus melalui jalur lain.”

“Ayo, aku pimpin,” Yerim mengambil senter dari Hoseok. “Oppa berada di belakang, agar tak  ada yang tertinggal,” pinta Yerim.

Hoseok tersenyum bangga pada adiknya yang ternyata sudah tau. Seokjin memang suka melanggar aturan. Harusnya, jalur itu hanya Seokjin dan Irene yang tau, tapi karena Seokjin menganggap Hoseok perlu tau, ia dengan senang hati memberikan bocoran jalan rahasia yang lain. Begitu juga dengan Yerim. Sementara Rose mendengus kesal. Ia lebih senior daripada Yerim, tapi kenapa Irene tak mau memberitahukan apapun padanya?

Semakin jauh dan semakin dalam mereka berlari, semua menyadari bahwa jalur yang dipilih menuju pada sebuah saluran air atau yang biasa dikenal dengan gorong-gorong. Saluran air itu basah, tapi tak penuh. Hanya terisi sedikit air membua mereka bernafas lega. Karena jika air mengalir deras maka mereka tak akan bisa melewatinya.

Yerim mulai memanjat untuk membuka tutup saluran itu. Setelah berhasil, ia membuka dan keluar. Satu persatu dari mereka keluar dan tetap dalam mode waspada. Hoseok yang keluar terakhir menutup tutup saluran itu.

“Hyung menunggu di gedung itu,” ucapnya menunjuk sebuah gedung berlantai empat. Seokjin menampakkan diri dari atas gedung. Tersenyum dan menjulurkan tali.

“Ayo,” Yerim berlari menuju gedung yang dimaksud. Mereka mengikuti langkah Yerim. Tas maupun senjata yang dibawa para wanita berpindah ke para lelaki yang ada disana.

“Ah sial! Kenapa harus memanjat lagi,” Rose mengeluh.

Satu persatu memanjat melalui tali yang dijulurkan Seokjin. Hoseok lagi-lagi menjadi yang terakhir. Mereka semua dengan gesit telah memanjat dan berada di atap gedung berlantai empat yang menjadi tempat Seokjin menunggu.

Rose segera berbaring karena lelah. “Sial! Darimana mereka? Kenapa tiba-tiba menyerang?!!!”

Booom

Ledakan besar menggetarkan gedung tempat mereka berpijak. Semua berlari untuk melihat apa yang terjadi, termasuk Rose yang baru saja berbaring. Kobaran api menghabiskan gedung tempat mereka berlatih biasanya.

“Motorku!!!,” jerit Yerim tertahan.

“Bangsat! Siapa yang berbuat sejauh ini?!!!,” geram Hoseok.

“Ini Hyena,” jawab Seokjin dengan tenang. Namun, matanya tersirat amarah.

“Hyena, oppa? Itu kan… Organisasi punya Lee Sungyeol…? Kenapa sejauh ini usaha mereka…?,” Rose merasa frustasi.

“Kalian pergilah ke asrama,” perintah Seokjin pada anak buahnya. “Ayo kita ke tempat Irene,” ajak Seokjin pada Yerim, Hoseok dan Rose.

*

Brak

“Bajingan, kau Sungyeol!,” Irene melemparkan kertas yang ada ditangannya. Tangannya mengepal mengingat detail pertemuannya dengan seseorang.

.

“Apa ini?,” tanya Irene tanpa basa-basi.

“Ayolah, nyonya… Kau tak perlu ketus. Aku sudah berbaik hati memberikan informasi ini secara Cuma-Cuma…”

“Kim Namjoon, kau tak pernah meminta apapun secara gratis. Jadi, jelaskan maksud ini semua.”

Lelaki yang disebut Kim Namjoon tertawa. “Kau tau? Perang besar pasti akan dimulai. Jika Ji Changwook tau dia kembali bangkit, maka akan ada pertarungan untuk membuktikan siapa yang kuat.”

“Kenapa kau tak langsung mengatakannya saja. Aku bingung. Perkataanmu tak  ada yang jelas.”

“Hyena bangkit. Lee Sungyeol anak dari Lee Jisung membangkitkan kembali organisasi itu. Kau ingat penyerangan pada Ji Changwook yang mengakibatkan putri sulungnya terluka parah? Pada saat itu Lee Jisung yang memimpin penyerangan itu untuk menundukkan Ji Changwook yang waktu itu ditakuti oleh orang-orang.”

“Ya, aku ingat. Dan anaknya menghilang pada saat itu.”

“Benar,” Namjoon melirik Irene dengan senyum yang sulit diartikan. Tapi Irene tak menyadarinya. Ia sibuk mencerna informasi yang didapat dari Namjoon. “Hilangnya anak orang kaya itu membuatnya marah. Ia menyerang membabi buta pada kawanan Lee Jisung dengan meminta bantuan dari teman-temannya diluar negeri. Dan berakhir dengan tewasnya Lee Jisung secara tragis. Dan aku yakin, Lee Sungyeol akan balas dendam pada Ji changwook.”

Irene menoleh pada Namjoon. “Kenapa kau mengatakannya padaku? Aku tak  ada hubungannya dengan perseteruan dua mafia itu.”

“MEmang. Kau tak  ada kaitannya dengan mereka. Tapi Dark Petal ada. Mereka menargetkan kelompokmu karena suatu alasan. Aku seperti ini karena aku peduli padamu. Aku masih mengingat janji tiga serangkai kita bersamamu, dan Seokjin. Aku melarikan diri dari dunia gelap bukan berarti aku melupakan perjanjian kita.”

“Kau tetap sama, Namjoon. kau orang yang loyal. Aku ingin bisa bebas seperti mu.”

Namjoon tertawa. “Ada saatnya Joohyun. Aku yakin kau dengan segala muslihatmu bisa membuatmu bebas dari jeratan rantai iblis itu.”

“Aku tak yakin. Karena aku yang berhubungan langsung dengan iblis itu. . .”

.

Irene sudah mendengar perihal tempat latihan yang hancur karena bom yang diledakkan oleh kelompok Hyena. Ia menjadi geram. Kenapa mereka bertindak sejauh itu? Apa ini benar-benar penyerangan atau sekedar peringatan? Beruntung, markas mereka jauh dari tempat latihan.

“Apa Sungyeol balas dendam karena ayahnya mati dibunuh Changwook? Kalau dugaanku benar, Changwook marah saat itu karena putrinya hilang setelah diserang. Dan dia sangat marah menduga jika dalang semua itu adalah Jisung. Tapi faktanya, Jisung hanya andil setengahnya, sedangkan hilangnya si tuan puteri itu bukan karena Jisung. Sungyeol tau, jika papa mengambil anak Changwook dan mencoba menghancurkan Dark Petal karena secara tidak langsung, organisasi ini terlibat dalam pembunuhan Jisung.”

Irene membuat sketsa kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi pada selembar kertas. Ia merasa frustasi karena harus berhadapan dengan masalah yang pelik. Ya, ia harus melaporkannya pada iblis bertopeng itu. Harus.

*

“Astaga,” Jungkook kaget merasakan benda dingin menyentuh kulit pipinya. Taehyung membawakannya sebotol air mineral yang baru saja dikeluarkan dari lemari pendingin. Jungkook menerima botol itu dengan tanpa ekspresi.

“Kau kenapa melamun?”

“Tak  ada apa-apa, hyung. Hanya sedikit terbebani dengan tugas kuliah,” kilah Jungkook.

“Oh, baguslah jika tak  ada masalah yang serius,” Taehyung menenggak minumannya. Lalu mengeluarkan suara kepuasan setelah air dingin melewati tenggorokannya. “Jungkook, aku dan Yoongi hyung sudah menemukan sedikit harapan tentang Ahreum.”

Jungkook nampak tertarik. Ia membenarkan posisi duduknya. “Bagaimana?”

“Aku rasa sedikit sulit. Dia hanyalah nampak seperti sosok lelaki. Dan itupun hanya sekilas. Tak jelas wajahnya.”

“Aku sudah meminta anak buahku untuk menyelidiki,” Yoongi datang dengan membawa satu cup Americano dingin ditangannya. “Kita bisa memulai dengan mencari tau hubungan antara Lee Jisung, Ji Changwook sendiri dan Hong Jonghyun.”

Nama-nama asing kecuali nama Tuan mereka, disebut oleh Yoongi membuat keduanya merengut. Siapa mereka?

“Lee Jisung pendiri Hyena. Kelompok yang mati Sembilan atau sepuluh tahun lalu. Hong Jonghyun, aku masih tak tau dia kemana. Tapi aku yakin, dia juga mendirikan organisasi gelap, namun identitasnya sulit dilacak. Kita bisa mulai darisana. Karena, aku yakin, Ahreum berkaitan dengan ketiga orang itu.”

“Lalu, kita harus bagaimana?,” tanya Taehyung.

“Kau carilah tau tentang Hyena itu sebelum kelompok itu mati, artinya saat Hyena masih dipimpin oleh Lee Jisung. Lalu, Jungkook. Carilah tentang kelompok apapun yang sekiranya berkaitan dengan Hong Jonghyun. Aku akan mencari tau tentang orang-orang di sekitar Rim.”

**

Banyak nama baru ya? Bingung? Nanti hanya berkaitan dengan itu kok ^.^

Hyena - dark petal - ji changwook
Papa - Lee Jisung - Ji Changwook - Hong Jonghyun.

Siapa kirakira papa itu???

Sudah mulai masuk inti permasalahan. Sedikit demi sedikit.. ^.^
Semoga tak bosan…

Update: 200418
Next Update: 250418

Seguir leyendo

También te gustarán

383K 21.8K 44
Setiap hari kita tidak lepas dari aroma, aroma adonan kue yang baru keluar open, aroma rumput yang baru saja di potong, aroma buku baru yang ada di t...
ONLY MINE Por nyyyy

Historia Corta

11.1K 636 6
Oneshoot . . . Seulmin 💛 Wenga 💙 Vrene 💝 Jungri 💜
64.2K 7.5K 61
Ini adalah kisah seorang cewek bernama Tapasya Jisoo Berllyana, yang terpaksa disuruh tinggal dirumah cowok bernama Gaveron Jungkook Aldito. Mereka s...
130K 14.8K 42
Kim Jisoo seorang anak dari jajaran orang-orang berpengaruh di Korea. sedang, Kim Seokjin adalah seorang tentara yang nantinya akan melaksanakan dan...