Cigarette +guanho

Autorstwa jidatoppa

42.3K 8.1K 2.3K

[COMPLETED] Senyum, perlakuan, dan perasaan yang manis itu hanya sementara. Benarkah? Main casts : Wanna One'... Więcej

하나
다섯
여섯
일곱
여덟
아홉
열하나
열둘
열셋
열넷
QnA
열다섯
열여섯
열일곱
열여덟
열아홉
스물
스물둘
스물셋
스물넷
NCT! 💚

스물하나

977 176 9
Autorstwa jidatoppa

"Yakin nggak mau diantar ke bandara?"

Seonho tersenyum, "Nggak usah, Kak. Seonho sudah pesan taksi."

"Huh, kenapa, sih?"

"Takut nangis nanti pisah sama kakak."

Guanlin tersenyum. Kalau saja mau dan tidak malu, ia bahkan sudah menangis dari tadi.

"Terima kasih, Guanlin, sudah mau bantu Seonho packing."

"Tidak masalah, Tante," Guanlin menanggapi lembut, sama lembutnya dengan suara ibu Seonho.

"Selama Seonho pergi kamu boleh main ke sini, nemenin Seungho."

"Siap!"

"Yeay!" Suara nyaring Seungho terdengar setelah sedari tadi diam, "Kak Seonho jangan lupa belikan Seungho oleh-oleh!"

"Iya-iya," Seonho mengacak lembut rambut adiknya itu, kemudian mengecek ponselnya, "taksinya sudah dekat."

"Ayo keluar," Guanlin bangkit dari duduknya dan membawa koper Seonho, "kakak bawakan."

Seonho tersenyum kembali. Kini disertai dengan air matanya yang sudah terkumpul, kapan saja bisa jatuh.

"Terima kasih."

Guanlin merangkul kekasihnya dengan tangannya yang kosong dan menuntun berjalan keluar. Sesampainya di teras, taksi yang ditunggu telah datang dan Guanlin segera memasukkan koper Seonho ke bagasi.

"Kamu jaga diri baik-baik, Sayang," ibu Seonho memeluk anaknya itu sayang, bersamaan dengan Seungho yang ikut masuk ke dalam pelukan hangat itu.

"Iya, Bu. Ibu juga, ya?" Seonho mengusap punggung ibunya, "Seonho akan sering telepon ibu."

Butuh beberapa waktu untuk Seonho melepas pelukan itu, hingga akhirnya ia menyadari Guanlin yang tengah menatapnya lembut.

"Kakak, Seonho pergi, ya?" Seonho ganti memeluk Guanlin, "jangan sakit lagi di sini."

"Kalau itu mau kamu, kakak nggak akan sakit lagi."

Seonho benar-benar menangis sekarang. Pelukan Guanlin itu dirasakan sangat tulus.

"Kamu belajar yang rajin, ya?" Guanlin melanjutkan ketika suara tangisan Seonho mulai terdengar, "jangan menangis. Kakak sudah pernah bilang nggak suka kamu nangis, kan?"

Seonho menatap wajah Guanlin dengan mata yang berair. Ia tidak pernah mau berhenti mengagumi kekasihnya itu. Bukan hanya paras, tetapi perasaannya juga yang sangat ia kagumi.

"I love you, remember that."

"Me too. Always."






-Cigarette-







Hyungseob duduk di teras rumahnya dengan ponsel yang masih setia menempel di telinga. Beberapa kali ia mengecek layar ketika yang dihubungi tidak menjawab.

"Seonho, jawab dong.."

"Hyungseobie!"

Hyungseob mendongak, mengalihkan pandangannya menuju gerbang. Ada Woojin di sana.

"Ngapain ke sini?" Kali ini Hyungseob bangkit.

"Bosan di rumah," Woojin mendekat pada Hyungseob, "libur masih seminggu lagi, tapi aku sudah kangen berat sama kamu."

"Heol."

"Kamu lagi apa, sih?"

"Telepon Seonho. Dia pergi sekarang dan aku malah nggak bisa ikut ke rumahnya tadi."

"Oh, kepindahan Seonho ke New York itu hari ini?"

Hyungseob mengangguk.

"Pantas saja Guanlin murung terus sejak kemarin."

"Guanlin? Serius?"

"Duarius," Woojin menunjukkan dua jarinya, seperti tanda peace, " kemarin kami kumpul lagi di rumah Kak Daniel dan yea, you know what happen after that. Guanlin nggak ngomong sama sekali. Kelihatan sedih."

"Wajar saja, mereka akan berpisah sejauh dan selama itu," Hyungseob merendahkan nada bicaranya, "aku pun akan seperti itu."

"Jika berpisah denganku?"

Hyungseob memukul pelan kepala Woojin. Yang terkena pukulan hanya nyengir.

"Jangan becanda. Sana pulang."

"Nggak."

"Lho, terus maumu apa, sih?"

"Jalan, yuk?"






-Cigarette-







"Guanlin?"

Guanlin menoleh, terlihat Dongho dengan beberapa tas belanja di sana.

"Kak Dongho? Pffft, ngapain?"

"Malah ketawa, sini bantu."

Guanlin berlari kecil menuju kakak kelas sekaligus sahabatnya itu dan membawa setengah dari bawaannya.

"Ini apa, sih?"

"Belanjaan titipan ibu," Dongho mengusap keringat di keningnya, "by the way, thanks."

"No problem," Guanlin tersenyum.

"Susah ya, Lin."

"Susah?"

"Hm, susah jadi anak yang nurut sama orang tua."

"Ya memang," Guanlin mengangguk, "tapi tahu nggak ada yang lebih susah dari pada itu?"

"Aku pikir itu udah yang paling susah."

"Nggak," Guanlin tersenyum kecut, "lebih susah berusaha melepaskan orang yang kita cintai."

Dongho diam. Pikirannya berputar, mencari berbagai kemungkinan alasan mengapa Guanlin menjadi melankolis seperti sekarang.

"Seonho?"

Guanlin mengangguk.

"Well, aku yakin dia ke sana juga serius belajar. Tenang saja, kamu nggak akan ditinggal main belakang."

"Berani jamin?"

"Semoga saja seperti itu."

"Mana bisa aku percaya kalau kakak cuma menyemogakan," Guanlin menendang pelan betis Dongho.

"Pikiranmu itu yang baik-baik aja, dong," Dongho mengambil dua kaleng cola dari salah satu tas belanjaannya, "nih, ambil satu."

"Itu kan punya Tante Kang?"

"Ambil, mana kuat ibu minum banyak cola," Dongho berhenti dan duduk di kursi tepi jalan, membuat Guanlin turut serta, "kamu sehat-sehat terus ya, Lin. Sepi tiap nggak ada yang biasa kita rusuhin."
















Author notes :

1. Halo, aku kembali, maaf kalau kali ini belum bisa maksimal. Baru dalam tahap pemanasan untuk menulis lagi ☺
2. I just read this article and... I can't express my feeling right now.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

3.8K 378 8
"Let me show you that you're mine" Khao,-
154K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
477K 5K 86
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...