Merangkai Angan Cinta [TAMAT]

Por Eria90

233K 16.7K 1.7K

- Zona dewasa - Dihapus sebagian - Ekstra part hanya ada di versi ebook dan pdf - Sudah tersedia di google pl... Mais

Prolog
πŸ‹2πŸ‹
πŸ‹5πŸ‹
πŸ‹6πŸ‹
πŸ‹7πŸ‹
πŸ‹10πŸ‹
πŸ‹11πŸ‹
πŸ‹12πŸ‹
πŸ‹15πŸ‹
πŸ‹16πŸ‹
πŸ‹17πŸ‹
πŸ‹20πŸ‹
πŸ‹21πŸ‹
πŸ‹22πŸ‹
πŸ‹25πŸ‹
πŸ‹26πŸ‹
πŸ‹27πŸ‹
πŸ‹28πŸ‹
Numpang Promosi!
Ebook

πŸ‹1πŸ‹

11.2K 817 22
Por Eria90

Pagi yang cerah, secerah sinar matahari yang dengan malu-malu mulai menampakkan sinarnya. Suasana pagi yang ceria kini meliputi sebuah rumah mewah yang terdiri dari dua lantai yang didominasi oleh warna putih.

Dan di sana, di meja makan sudah duduk Azam malik, sang kepala keluarga yang masih terlihat begitu berkharisma di usianya yang hampir menyentuh angka 40. Sedangkan di sisi kanannya duduk sang istri tercinta yang selalu tampak cantik jelita seperti hari-hari sebelumnya.

Sesekali pasangan suami istri tersebut berbagi cerita juga senyum di sela suapan mereka.

Diantara banyaknya senyuman yang dibagi, Malik begitu ia biasa disapa, mengedarkan pandangannya mencari sosok sang anak semata wayang yang pagi ini tak ikut meramaikan suasana di meja makan mereka. Keheranan Malik tersebut sangat bisa ditangkap oleh wanita yang telah menemani langkahnya selama lebih dari empat belas tahun lamanya.

"Runanya belum bangun." beritahu Thania, begitulah panggilannya diantara teman sepergaulan. Dan secepat mungkin Thania menyambung perkataannya saat melihat sang suami baru saja hendak membuka mulut, "Kemarin 'kan Runa baru pulang dari kegiatan kemping yang diadakan sekolahnya, pasti masih capek. Kebetulan juga hari ini sekolah libur, jadi biarin ajalah dia tidur lebih lama dari biasanya."

Jika sang istri sudah mengeluarkan pembelaan, Malik hanya bisa menghela napas kalah. Walau menurut pemikirannya tidak baik membiasakan anak mereka melakukan kebiasan buruk tersebut.

Mau bagaimana pun pertentangan yang terjadi dalam dirinya, Malik tetap tak bisa berbuat apa-apa karena rasa cinta yang sangat besar untuk wanita di sampingnya ini sudah tentu meluruhkan semua pemikiran yang ingin ia sampaikan. Apalagi Thania adalah sosok yang sangat berjasa memberikan ia seorang keturunan yang bahkan menurut dokter ahli sekalipun sangat sulit untuk ia miliki.

"Ngomong-ngomong, Naula masih kerja di kantornya mas, kan?"

"Hmm."

"Masih di bagian kebersihan?"

"Iya." hanya satu kata yang keluar dari bibir Malik untuk menjawab pertanyaan istrinya.

"Coba gitu mas, cariin dia posisi yang tinggian dikit. Kasian dia hidup sebatang kara sekarang. Apalagi biaya hidup sekarang ini nggak murah, apa-apa serba mahal."


Malik yang baru saja mengelap bibirnya sehabis menandaskan sarapan pagi langsung memfokuskan perhatian kepada istrinya yang masih menikmati menu sarapan yang itu-itu saja setiap harinya. Bahkan Malik seringkali mengernyitkan dahi menyaksikan bongkahan sayur juga buah-buahan yang memenuhi piring wanita cantik di sisi kanannya itu.

"Kamu 'kan punya perkumpulan yang katanya sering melakukan kegiatan bakti sosial, nah coba diskusikan sama mereka kira-kira usaha seperti apa yang cocok untuk kehidupan Naula ke depannya."

"Mas nggak mau ya bantuin Naula?"

"Bukannya nggak mau." bantah Malik cepat. Lalu kemudian kembali menjelaskan, "Tapi kamu sendiri tau betapa keras kepalanya sepupu kamu itu. Aku bahkan sudah kerap kali mencoba mencarikan posisi yang tepat untuknya, bahkan aku juga menawarkan beasiswa supaya dia bisa mengambil paket trus lanjut kuliah. Tapi ya... lagi-lagi sifat keras kepalanya yang sama kayak batu itu selalu menolak tawaran yang aku berikan."

Thania yang juga sudah menyelesaikan sarapan paginya dengan gaya yang elegan mengelap bibirnya, baru kemudian menanggapi keluh kesah suaminya akan sifat keras kepala sepupunya yang berusia jauh lebih muda.

"Aku sendiri sih sebenarnya juga udah pusing mikirin dia. Tapi rongrongan bunda yang minta aku untuk terus merhatiin Naula buat kepala aku makin pusing aja. Jadi ya itu, makanya mas aja yang urusin semuanya."

"Kumpulan sosialita kamu kan juga bi... "

"Mas... " sergah Thania cepat, "Kumpulan aku itu nggak hanya ngurusin satu orang aja. Masih banyak hal penting yang mesti kami utamakan dibandingkan ngurusin satu orang yang keras kepalanya minta ampun. Jadi plis ya mas, tolong tanganin masalah Naula ini dengan benar. Biar bunda nggak lagi terus khawatirin dia."

Tak ingin ada perdebatan yang tidak berujung akhirnya Malik mengangguk juga. Toh dipikirnya Naula biar bagaimana pun juga merupakan sepupunya juga. Jadi tidak masalah jika ia juga turut mengusahakan berbagai cara untuk kembali membujuk gadis keras kepala itu agar mau menerima bantuan darinya.

Satu hal yang harus Malik akui bahwa meskipun sangat keras kepala, sepupu istrinya itu adalah orang yang sangat teguh pendiriannya. Berusaha sekeras mungkin untuk berpijak di kaki sendiri tanpa bantuan siapapun, meski kesusahan dan cobaan sering kali membayangi langkahnya. Dan itu adalah nilai lebih untuk gadis itu.

🍑🍑🍑

Malik baru saja kembali dari menghadiri pertemuan dengan salah seorang rekan kerjanya di sebuah restoran. Langkah kakinya yang tegas membawa ia menyusuri lobi kantor dimana beberapa bawahannya masih ada yang hilir mudik dan tak lupa menyapanya. Bahkan beberapa karyawan wanita selalu cekikikan usai menyapa, entah membicarakan apa tentang dirinya.

Tak bisa dipungkiri, meski telah berusia matang, bahkan jika diperhatikan dengan jelas terlihat ada warna putih di beberapa bagian di rambutnya, penampilan Malik masih sangat layak diadu dengan pria di pertengahan usia dua puluhan. Walau beberapa kerut samar telah menghiasi di kening juga di sekitaran kelopak mata, kharisma seorang Azam Malik tetap tak luntur dimakan usia. Dengan tubuh yang tegap dan gaya jalan yang berwibawa membuat orang-orang yang tak mengenal tidak akan menyangka jika usianya telah beranjak menuju angka 40.

Sebagai pelengkap, sepasang mata berwarna segelap malam selalu bisa membuat para wanita tenggelam akan pesona yang terpancar dari kedua bola matanya, kecuali sang istri yang hanya akan tertawa cekikikan jika Malik menatapnya.

Sesekali pria satu anak itu membalas dengan anggukan setiap sapaan yang diterimanya sembari mengedarkan pandangan untuk mencari sesosok gadis bertubuh mungil yang kerap kali mencepol rambut panjangnya saat bekerja. Gadis keras kepala yang selalu membantah setiap ucapannya bahkan tak segan melotot protes saat Malik mencoba membantu biaya hidupnya.

'Kemana gadis keras kepala itu?"

Malik terus mencari, bahkan sebelum kotak besi yang ia naiki tertutup rapat mata tajamnya masih belum mau menyerah mencari keberadaan gadis nakal pembangkang yang suka melawan dirinya itu.

Begitupun setelah menginjakkan kaki di lantai dimana ruangannya berada, mata Malik tetap terus mengawasi. Hingga langkah kakinya terhenti tepat di depan meja sekertaris yang melongok menatap dirinya.

"Naulanya kemana, Sap? Aku perhatikan dari lobi sampai di sini dia tidak kelihatan."

Saptaji yang bertugas sebagai asisten sekaligus merangkap sebagai orang kepercayaan plus predikat sepupu dengan sigap menjawab, "Mungkin lagi keluar beliin makan siang buat pegawai lainnya, pak."

"Dia selalu seperti itu?"

"Saya kurang tau juga, pak. Kan saya selalu berada di balik meja dan sering juga mengikuti bapak rapat di luar. Tapi, dengar-dengar sih gitu."

Mata Malik memincing tajam, menghunus sang sekertaris yang sudah ketar-ketir di depannya. "Kamu juga suka nyuruh dia beli makanan?"

"Tidak, pak!" bantah Saptaji cepat. Kepalanya menoleh kiri kanan untuk mengawasi adakah orang lain di sekitar mereka. Setelah yakin tidak ada telinga lain yang mendengarkan cara bicaranya yang tidak sopan barulah ia memberikan penjelasan, "Sumpah mas, aku cuma pernah sekali nyuruh Naula, sudah itu nggak lagi karena bawaan di tangannya banyak banget. Jadi nggak tega ngeliatnya."

"Benar kamu?!"

Sapta begitu ia dikenal oleh sesama pegawai mendengus kesal mendengar pertanyaan yang nadanya penuh ketidak-percayaan tersebut. "Suer mas... berani deh disuruh sumpah apapun. Karyawan mas yang lain tuh yang sering nyuruh dia. Terutama yang ceweknya. Beuh... mereka itu tiap jam istirahat kerjaannya cuma ngegosip sama benarin make-up di toilet. Nggak ada yang lain. Urusan makan, mereka nganggap Naula itu udah kayak babu yang bisa disuruh ini itu. Jadi jangan sembarangan nuduh aku gitu dong!"

Malik sebisa mungkin mengatup rapat bibirnya agar tawa yang ditahan tidak terdengar saat mendengar cerocosan adik sepupu yang memiliki rentang usia cukup jauh di depannya ini.

"Beda kalau sama aku. Gini-gini, hati aku tuh selembut kapas yang nggak bisa ngeliat orang lain susah. Apalagi cewek imut nan cantik jelita macam Naula itu, makin tambah nggak tega ngeliat dia ngangkut belanjaan yang banyaknya minta ampun. Cocoknya, cewek seimut dan secantik Naula itu dijadikan istri, trus tugasnya cuma nungguin suami di rumah."

Malik hanya diam mendengarkan curahan hati pria yang sudah jomblo menahun di depannya.

"Eh... kira-kira dedek Naula yang ngegemasin itu mau nggak ya kalau aku jadikan istri? Kan cocok tuh, yang satu gantengnya nggak ketulungan dan yang satunya cantiknya kebang... aww. Apa-apaan sih, mas? Main geplak pala orang aja."

Sungutan Sapta dibalas Malik dengan dengusan mengejek. "Mimpi itu jangan ketinggian, Sap! Biar kalau jatuh, sakitnya nggak terlalu terasa."

Saptaji enggan berkomentar. Sebagai gantinya pria itu mencebikkan dalam upaya menyampaikan kekesalan.

"Sudah, jangan ngomong ngawur dan ngerangkai mimpi di siang bolong. Carikan Naula sana, bilang kalau aku mau ngomong sesuatu sama dia."

"Iya-iya." meski masih cemberut Sapta pada akhirnya berdiri untuk melaksanakan titah sang atasan. Meninggalkan Malik yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan adik sepupunya yang masih saja kekanakkan.


🍑🍑🍑



Bagian pertama semoga nggak ngebosanin ya. Cerita saya kali ini nggak ada sangkut pautnya sama cerita yang lain. Khusus yang ini cuma buat ngatasin rasa jenuh aja. Dan saya harap kisah Malik dan Naula bisa membuat kalian terhibur saat ngebaca kisah mereka.

Bab pertama pendek-pendek aja. Ditulisnya juga kalau lagi jenuh ngerjain cerita yang lain. Kalau respon buat cerita ini yang ya senggaknya bisa sedikit lebih bagus dari harapan yang ada di kepala saya, pastinya itu sangat membantu menaikan mood saya.

Itu aja sih yang mau diomongin. Terima kasih buat yang udah mampir di lapak saya ini dan nggak lupa ninggalin jejaknya. Selamat membaca dan semoga coretan saya ini bisa menemani kalian di waktu senggang.


🍃🍑🍑🍑🍃
Salam, eria90 🐇
Pontianak,-09-12-2018

Continuar a ler

TambΓ©m vai Gostar

3.7K 397 15
BIJAK LAH DALAM MEMILIH BACAAN!!! ... Halimatu sadia, yang sering di panggil Ai oleh anak majikannya itu adalah gadis desa yang baru menginjak usia 2...
2.4K 177 12
Berawal dari hasil pemeriksaan dinyatakan mandul. Hidup yang tadi damai tiba-tiba berubah drastis setelah genap enam tahun menikah. Tanpa kehadiran a...
25.6K 2.4K 49
Hi guys! This is me @jdm_jdm, but I didn't get my account back, so here I am. I am rewriting my stories "Jeff" and "Jeff (II)" and put it into one bo...
6.7M 336K 74
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...