I Will Still Love You Even If...

By a_yuppo

186K 14.3K 1.3K

I Will Still Love You Even If You're a Man by Angelina Original ver: http://www.blnovel.com/11/11900/ Indo tr... More

chap 34
Chap 35 -Ini adalah Dunia yang Dingin-
chap. 36 -Sisi Gelap An Ziyan-
CHap. 37 -An Ziyan, Kau adalah Pria yang Buruk-
Chap. 38 -An Ziyan Bersama dengan Mai Ding-
Chap.39 -Rasa Sakit yang Dalam di Ingatannya-
Chap. 40 -Seluruh Duniaku-
chap.41 -Kencan ala Mai Ding-
chap.42 -Kau Harus Berjanji (bagian 1)-
chap. 43 -Kau Harus Berjanji (bagian 2)-
Chap. 44 -Persiapan Menyambut Kebahagiaan-
...
Chapter 45 -Mai Ding dan Su Xiaomi-
...
Chapter 46 -Aku Memang Bodoh-
...
Chapter 47 -Ayo Belajar pada Guru Su-
chapter 48 -CInta Setiap Orang-
chapter 49 -Kau Boleh Pergi tapi Jangan Tinggalkan Aku-
...
chapter 50 -Itu Hanya Cinta-
...
chapter 51 -Apa Kau Kesepian?-
Chap. 52 -Bagaimana Jika Aku Melihatmu Lagi-
Chap. 53 -An Ziyan, Aku Merindukanmu-
Chap. 54 -Mai Ding, Selamat Ulang Tahun (1)-
Chapt. 55 -Mai Ding, Selamat Ulang Tahun- (2)
chap. 56 -Dosa di masa lalu-
chap. 57 -Tak Ada Yang Bisa Menggantikanmu-
Chap. 58 -Menantu Perempuan Ibu Mai Ding-
-Sedikit Pemberitahuan-
Chap. 59 -Wanita-Wanita Cantik di Sekitar Mai Ding-
Chap. 60 -Bualan Pinokio-
Chapt. 61 -Akhirnya Runtuh-
Chap. 62 -Sesuatu Yang Terjadi di Musim Panas-
Chap. 63 -Siapapun Cenderung Melembut Saat Dirinya Sakit-
Chap. 64 -8 Menit- (bagian 1)
Chap. 65 -8 Menit- (Bagian 2)
Chap. 66 -Bagaimana Kalau Bertemu Keluargaku?-
Chap. 67 -Kecuali Yang Lain, Ternyata Cintamu Tergambar Dengan Jelas-
Chap. 68 -Malapetaka yang Bersarang Dalam Pikiran-
Chap. 69 -Ada Apa Dengan Sikapmu-
Chap. 70 -Ikuti Saja Apa Yang Terjadi-
Chap. 71 -Cinta Yang Tak Berdasarkan Uang-
Chap. 72 -Suamiku-
Chap. 73 -Bagaimanapun Juga, Aku Masih Memilikimu-
Chap. 74 -Karenamu, Aku Menangis-
Chap. 75 -Permohonan yang Tak Berarti-
Chap. 76 -Setelah Ini Jangan Berpisah Lagi-
Chap. 77 -Hal Macam Itu Akan Nampak Biasa Setelah Melihatnya Beberapa Kali-
Chap. 78 -Walau Kau Harus Menggendongku, Kita Harus Melangkah Sampai Akhir-
Chap. 80 - Tak Peduli Sesakit Apapun-
Chap. 81 -Awal Sebuah Kebahagiaan-
Chap. 82 - Gembala Sapi dan Gadis Penenun-
Chap. 83 -Kau Berbohong-
Chap. 84 -Jangan Biarkan Aku Mencintaimu Terlalu Dalam-
Chap. 85 -Aku Menemukannya, An Ziyan!-
Chap. 86 -Itu Bisa Menyakitimu-
Chap. 87 -Rasa Sakit Yang Tak Dapat Dilukiskan-
Chap. 88 -Mata Yang Terbutakan-
Chap. 89 -Jangan Pernah Bertengkar Lagi-
Chap. 90 -Yang Tersayang-
Chap. 91 -Jika Seperti Ini Kau Tak Akan Bisa Mendengar Apapun-
Chap. 92 -Tentang Ayah Mai Ding-

Chap. 79 -Semuanya Akan Membaik-

1.5K 153 62
By a_yuppo

Penerjemah : a_yuppo

_____________

Saat Mai Ding sampai di rumah, dia tidak bisa menunggu lagi dan menelpon An Ziyan.

"Bagaimana dengan dirimu?"

"Aku menunggu sampai pamanmu datang lalu aku pergi"

"Ibuku masih menentang kita, lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kau masih mempunyai rencana lain yang masih kau sembunyikan?"

"Apa yang kau tau? Apakah kau pulang kemudian menangis dan membuat keributan?"

"Itu juga bisa tertebak olehmu?"

"Kita akan mengetahuinya selama 24jam kedepan, lagipula saat dia di rumah sakit tadi, sepertinya ekspresi wajahnya mulai berubah. Ditambah lagi sebuah fakta kau membuat keributan, ini adalah sudah saatnya menunggu untuk dia memikirkan kembali apa yang ada di otaknya, lagipula tidak ada seorang ibu yang memiliki hati yang tega untuk menyakiti anaknya terus-menerus"

"Apa kau pikir kau adalah seorang profesor psikologis atau ahli cenayang? Nada bicaramu sungguh meyakinkan seolah-olah itu adalah bagian dari rencanamu. Pria yang berlutut di rumah sakit kemarin pasti orang suruhanmu yang kau bayar sebagai pemeran pengganti. Katakan, bagaimana kau bisa tau kalau aku menangis?"

"Kalau kau tidak menangis, justru aku akan merasa aneh"

"Apa maksudmu berkata begitu? Seolah-olah aku ini seperti hantu yang suka sekali menangis, padahal aku menangis hanya untukmu"

"Aku tidak pernah memintamu untuk menangis. Mulai sekarang jangan pernah menangis lagi itu benar-benar menggaguku" ini adalah An Ziyan yang terlihat seperti bermain-main karena dia sangat enggan mengakui perasaan yang sebenarnya. Nampaknya, dirinya sesungguhnya sangat tertekan ketika melihat Mai Ding menangis, tapi dia masih saja membalas dengan perkataan yang tidak menyenangkan.

"Kalau begitu itu sangat bagus, aku sesungguhnya benar-benar ingin sekali mengganggumu" namun, Mai Ding yang sudah tinggal bersama An Ziyan cukup lama sudah tau betul kepribadian buruk macam apa yang dia miliki. Mai Ding meringis dan membuat muka lucu dengan menjulurkan lidahnya kearah ponselnya. Tiba-tiba saja An Ziyan melompat dari arah luar jendela, "Percaya atau tidak, aku bisa memotong lidahmu itu"

Mai Ding tertegun disana, kemudian dia dengan cepat berjalan kearah jendela dan melongok kebawah, lalu berteriak seperti orang gila, "Kenapa tangga itu masih ada disana?" Saat dia membayangkan resiko bagaimana jika ada seseorang yang naik tangga itu dan masuk ke kamarnya tiap malam, Mai Ding tak bisa berbuat apa-apa selain merasa ketakutan. An Ziyan melepaskan baju yang dipakainya kemudian melempar baju dan ponselnya ke atas ranjang, dan langsung berjalan kearah kamar mandi. Beberapa hari ini dia tidak bisa beristirahat dengan baik, dia bahkan tak memiliki kesempatan untuk mandi. Dia mengabaikan Mai Ding seolah makhluk transparan yang tak terlihat.

Mai Ding berdiri di ambang pintu kamar mandi dan membuka pintu itu, "Ini disebut sebuah pelanggaran menyelinap ke rumah orang kau tau? Kalau saja kita ada di Amerika, aku bisa menembakmu tanpa perlu masuk penjara"

Untuk seorang An Ziyan masuk ke kamarnya sesuka hatinya seperti ini, Mai Ding berkata pada dirinya seharusnya dia sudah terbiasa akan hal ini, karena memang An Ziyan adalah orang yang seperti itu. Tetapi, tiap kali An Ziyan muncul secara tiba-tiba seperti ini, hati Mai Ding selalu berdegup lebih cepat. Meskipun mereka sudah bersama sangat lama, tapi dia masih memegang rasa cinta dan emosinya untuk An Ziyan dengan begitu sangat kuat. Bahkan Mai Ding sendiri merasa takjub akan hal itu.

Sesaat setelah An Ziyan keluar kamar mandi, dia kemudian duduk di tepi ranjang. Sementara Mai Ding segera mengambil handuk, berlutut diatas kasur dibelakang An Ziyan, membantunya menggosok-gosok kepalanya, "Apa kau yakin ibuku akan setuju?"

"Ya"

"Bagaimana kalau dia tidak setuju?"

"Kita akan mencari cara lain"

"An Ziyan, akan jauh lebih baik jika kau membawaku pergi, kita kabur saja"

"Tidak" An Ziyan menolak dengan tegas

"Kenapa?"

"Aku hanya akan melakukan hal-hal yang benar-benar membuatmu bahagia"

Mai Ding tertawa, "Aku akan sangat bahagia jika bersamamu"

"Bodoh, aku tidak akan pernah memberimu sedikit dari kebahagian itu, aku akan memberikan semuanya" hati An Ziyan benar-benar jelas. Jika mereka sungguh akan pergi, maka hati Mai Ding tidak akan pernah sanggup melewati itu semua.

Dari belakang, Mai Ding menyandarkan dagunya di atas kepala An Ziyan, "Jika seperti itu, kau harus ingat hal ini, apapun yang terjadi kau harus membawaku kemanapun kau pergi"

"Kau sangat berat, itu bukan tugas yang mudah"

"Sialan"

Setelah Mai Ding membantu An Ziyan mengeringkan rambutnya, dengan kaki telanjangnya dia melompat dari atas ranjang dan mengambil pisau cukur, "Aku akan mecukurmu"

"Aku akan sangat berhati-hati" Naik ke atas pangkuan An Ziyan, Mai Ding mengoleskan busa putih dan kemudian dengan sangat hati-hati dia mulai mencukurnya.

"Bagaimana, aku memiliki tehnik untuk ini bukan"

"Hey, berikan padaku"

"Jangan bergerak"

"Tehnik buruk macam apa yang kau bicarakan? Ini berdarah"

"Aku akan membersihkannya untukmu"

"Aku akan melakukannya sendiri"

"Tidak! Ini hanya sebuah kesalahan"

"Mai Ding, berikan padaku"

"Itu hanya sebuah kecelakaan lainnya. Biarkan aku melakukannya sekali lagi, kali ini aku benar-benar tidak akan membuat kesalahan lagi"

Akhirnya, dengan paksa An Ziyan menendang Mai Ding turun dari atas tubuhnya, jika dibiarkan lebih jauh lagi dan tidak dihentikan, mungkin dia akan mati ditangan Mai Ding. Setelahnya, dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya sendiri, saat selesai dia kemudian kembali dan berbaring di atas ranjang. Beberapa hari ini dia benar-benar sangat lelah, disampingnya Mai Ding pun turut berbaring dan melingkarkan kakinya pada tubuh An Ziyan, "Mereka akan benar-benar setuju?" Masih merasa belum tenang.

"Ya"

"Sungguh?"

"Ya"

"Kau yakin?"

"Ya"

"Aku masih belum percaya hal itu"

"Ya"

Mai Ding melongok dan melihat jika An Ziyan ternyata sudah menutup matanya, meninggalkan jawaban yang samar dan terus diulang-ulang. Diam-diam dia mendekat ke arah An Ziyan, "Kalau begitu kau pasti sangat dalam jatuh cinta pada Mai Ding bukan?"

"Ya"

Mai Ding terkikik. Sungguh itu adalah hal yang sangat jarang untuk An Ziyan mengatakan hal-hal seperti cinta dengan kemauannya sendiri. Tapi Mai Ding, biar aku katakan, itu terlihat bukan atas kemauan sendiri, mungkin saja An Ziyan tidak mengetahui apa yang sedang ia katakan. Mai Ding menyentuh wajah An Ziyan, dia pasti sangat lelah beberapa hari ini karena harus tidur di dalam mobilnya. Dengan sangat lembut Mai Ding mengecup sekilas wajah An Ziyan, kemudian mencari posisi yang nyaman dalam pelukannya.

"Kita akan bersama selamanya"

"Ya"

"Apa kau bodoh?"

Tidak ada respon. An Ziyan ternyata sudah benar-benar tertidur dengan lelap. Mai Ding nampak mengerucutkan bibirnya, kau ini sungguh tidur disaat yang sangat tidak tepat. Setelahnya dia juga tertidur dengan manisnya.

Ibu Mai Ding menceritakan semua​ kejadian yang terjadi pada ayah Mai Ding yang hanya terdiam disampingnya, bahkan setelah itu dia menarik selimutnya dan tidur begitu saja. Di sisi lain, ibu Mai Ding benar-benar tidak bisa terlelap, dan dia menyingkap selimutnya. Kata-kata An Ziyan dan wajah menangis Mai Ding terus saja berputar dalam benaknya. Kenyataannya, ibu Mai Ding bukanlah orang yang sangat kejam, saat ia melihat An Ziyan berlutut di hadapannya demi putranya, hatinya seolah melembut. Ibu Mai Ding menyalakan lampu di samping ranjangnya, berdiri kemudian mengambil sebuah album foto yang sangat tebal dari rak buku, yang mana album itu penuh dengan foto Mai Ding mulai dia kanak-kanak hingga dewasa. Dia membalik halaman demi halaman dengan penuh emosi. Dia yang membesarkan Mai Ding, sejak kecil dia mengajarinya untuk menjadi pria yang baik. Sekarang, Mai Ding sedang tidak mengkhianati tujuan awalnya bukan?

Selain dia yang mencintai An Ziyan, Mai Ding tetaplah seorang Mai Dingnya yang biasa.

Karena bagaimanapun juga mereka tidak bisa memisahkan dua orang begitu saja, yang tersisa adalah hal untuk mendukung mereka. Meski dia masih merasa tidak rela dalam pikirannya, tetapi untuk memisahkan dan menyakiti dua anak itu lagi dan lagi hatinya tidaklah tega.

Ibu Mai Ding kembali ke dalam selimutnya, dan memeluk ayah Mai Ding dari belakang, menyusulnya tidur. Keesokan harinya saat ibu Mai Ding membuka matanya dia melihat jika Ayah Mai Ding sedang merokok, padahal dia sudah berhenti merokok selama bertahun-tahun. Ketika dia menyadari ibu Mai Ding sudah terbangun, dia mematikan puntung rokok itu dengan menekannya diatas koran kemudian kembali duduk diatas ranjangnya. Tanpa melihat kearah belakang, dia berkata dengan pelan, "Biarkan anak-anak itu melakukan apa yang mereka inginkan, kita sudah melakukan banyak hal, sudah cukup"

"Kau menyetujuinya?" Ibu Mai Ding tidak berpikir jika Ayah Mai Ding yang selama ini tidak pernah berbicara, dan sekarang sekalinya ia bicara kata pertama yang keluar adalah dia menyetujui dua anak itu untuk bersama.

Ayah Mai Ding mengangguk, "Meski kita tidak setuju, apalagi yang bisa kita lakukan. Ini sangat sulit jika kita harus diam saja dan melihat anak-anak itu menderita, kau dan aku tau betul tidak ada lagi jalan untuk menghentikannya, dan jika terus saja seperti ini yang ada hal itu akan semakin menambah rasa sakit. Kita sudah mencoba hal terbaik yang bisa kita lakukan. Ini adalah jalan yang dia pilih, setidaknya kita masih memilikinya, ini masih lebih baik daripada kita harus dibenci oleh mereka"

Ibu Mai Ding menundukkan kepalanya dalam diam, cukup lama sampai akhirnya dia terduduk di atas ranjangnya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Ayah Mai Ding, "Sepertinya ini adalah satu-satunya cara yang ada"

Angelina's note, (Disini aku ingin membantu An Ziyan untuk mengatakan sesuatu, An Ziyan bukannya tidak bertanggung jawab dan bijaksana, dan Mai Ding tidak mendapatkan kebahagiaan layaknya kebahagiaan Su Xiaomi. Jika aku mengatakannya dengan kata-kata yang tegas, seminggu adalah waktu dimana akhirnya orang tua Mai Ding bisa setuju, jadi aku menulisnya seperti itu. Ini cukup aman untuk rasa tanggung jawab An Ziyan dan kebahagian Mai Ding bukan? Terkadang cinta bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh seorang saja, yang dibutuhkan adalah dua orang untuk bermain bersama)

___________

Sesuai yang saya katakan sebelumnya... Saya sudah menyiapkan sesuatu yang manis setelah masalah dua mahluk ini kelar.. jadi sesuatu yang manis itu adalah... Fanfict!!! Yey!! Oke sepi krik kriik... Sebetulnya ini ff lama bgt bahkan sudah saya draft sebelum saya ambil project buat translet ini novel 😂 jadi, akan saya post mungkin setelah chapter depan... Terima kasih~~~ 😘😘😘

Continue Reading

You'll Also Like

715K 82.2K 45
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.2M 62.8K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
554K 52.9K 30
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
2.5M 275K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...