...

2.9K 232 1
                                    


Esok harinya, seperti biasa Mai Ding bangun pagi pagi sekali. Dia bahkan tidak ingin mengganggu dan membangunkan An Ziyan, hanya mendekat kearah telinga An Ziyan dan dengan lembut berbisik, "Aku pergi kesekolah sekarang" seperti biasa, tidak berharap mendapatkan responnya.

Seteah itu Mai Ding naik bis ke sekolah, sekolah selesai dan naik bis lagi kembali pulang, dengan kuncinya dia membuka pintu. Seharusnya ini seperti biasanya, bibi akan memasak nasi dan An Ziyan akan menonton TV atau mendengarkan musik, tapi itu tidak terjadi, rumah ini kosong, tidak menemukan apapun bahkan seorangpun, semuanya menghilang.

Apa apa ini? Kenapa tak ada seorangpun di rumah? Mungkin sesuatu terjadi, Mai Ding meletakkan tasnya dan menuju kamar, saat dia berjalan dan melewati ruang piano An Ziyan dia terkejut dan melangkah mundur, tidak percaya apa yang dilihat matanya, ruang itu benar benar kosong, apapun yang ada di dalam sana pergi. Tiba tiba perasaan tidak enak menyergap dirinya, terburu dia menuju ke kamar, membuka lemari An Ziyan dan ternyata kosong. Mata Mai Ding berubah menjadi merah, seperti orang gila dia mencari apapun yang menjadi milik An Ziyan tapi dia tak mendapat apa apa, bahkan barang paling kecil pun. Dia menghubungi An Ziyan tapi apapun yang bisa dia dengar hanyalah 'nomor yang anda tuju tidak tersedia'.

Tergesa dia menghubungi Zhou Ge dan Ellen tapi mereka tidak tahu dimana An Ziyan, Mai Ding meletakkan harapan terakhirnya pada Bai Xiaosi tapi dia juga tidak tahu kemana An Ziyan pergi. Tubuh Mai Ding gemetar, dengan pusing dia menatap kearah sekeliling ruangan, tidak tahu apa yang harus dia lakukan setelah ini. Mai Ding terjatuh. Duduk diatas kursi, menatap kearah dinding, kosong.

Semua yang membuktikan bahwa An Ziyan biasa tinggal disini benar benar hilang.

An Ziyan tak ada dimanapun, menghilang tanpa jejak, seolah dia tak pernah ada.

Dia bahkan tidak ingin mempercayai bahwa ini adalah kenyataan, tapi tiap kali dia menutup mata dan membuka matanya kembali, semua tetap sama. Seperti sebuah mimpi buruk yang tak berujung dan dia tak bisa bangun, tak masalah seberapa sering kau memukul dirimu sendiri, rasa sakit ini akan mengingatkanmu tentangnya, ini kenyataan, An Ziyan telah pergi, meninggalkanmu sendiri.

Mai Ding tak bisa menerima kenyataan, dia menelpon An Ziyan lagi dan lagi sampai jarinya mati rasa. Akhirnya dia melempar ponselnya menjauh, berbaring diatas sofa dan menekuk tubuhnya, bergumam, "An Ziyan, hari ini bukanlah April Fool's Day, jangan bercanda lagi denganku, cepat dan pulanglah atau aku akan benar benar marah" suara kesepiannya memenuhi ruangan kosong ini, hanya kesunyianlah yang menjawabnya.

Semua selalu diharapkan terjadi, saat kau lengah dan tidak siap untuk menghadapinya, itu akan menyerangmu tanpa sebuah peringatan.

Bel pintu berbunyi, Mai Ding dengan cepat berdiri, kakinya pun membentur meja, meskipun merasa sakit dia tergesa menuju pintu, "An Ziyan, kau pulang!"

Tapi seseorang yang berdiri di depan pintu bukanlah An Ziyan, itu orang asing, setelah melihat Mai Ding dia berkata, "Maaf, apartemen ini sudah tidak disewakan lagi, tolong kemasi barang barangmu dan pindahlah hari ini"

Mai Ding benar benar kaget, dia mengepalkan tangannya, "Tapi ini sudah terlalu larut, tidak bisakah aku pindah besok?"
"Tapi aku berkata pada orang lain untuk datang dan mengecek apartemen ini besok jadi kau harus mengemasi barangmu hari ini, aku bisa membantumu" kata pria itu, sama sekali tak bersimpati
Wajah Mai Ding berubah pucat, dan tersenyum, "Tidak usah membantuku, aku akan segera mengemasi barangku"

Pria itu duduk di ruang tamu, sementara Mai Ding menuju kamarnya dan dengan pelan mengemasi pakaiannya, pikirannya sangat kacau, hilang kapasitas untuk bertanya kenapa dan bagaimana.

Itu juga bagus, bertanya akan membuat hatinya semakin sakit, rasa sakit ini hampir mencapai batasnya, jika ini terus berlanjut seperti ini, hatinya akan lemas.

Mai Ding menarik kopernya keluar dari kamar, memberikan kuncinya pada pria itu.

"Bagaimana dengan perabotan ini?" Tanya pria itu

Mai Ding menatap benda benda itu dan dengan asal berkata, "Kau ambil, aku sudah tak membutuhkannya lagi"

Langit pun sangat gelap, Mai Ding berdiri sendirian dipinggir jalan, menunggu taksi, menghanyutkan dirinya menatap kearah ujung jalan yang begitu gelap. Kegelapan seolah menelan semuanya, apartemen, mobil, bahkan dirinya. 20 menit berikutnya taksinya pun datang, sebelum masuk kedalam taksi, Mai Ding menoleh lagi ke belakang, menatap tempat itu untuk terakhir kali.

An Ziyan, tempat yang tidak ada dirimu, juga bukan milikku.

Taksi itu terus saja berjalan dan berjalan seolah tak memiliki tempat pasti untuk berhenti. Dia berpikir waktu sungguh berjalan sangat lambat.

Saat sampai di rumah, Mai Ding mengambil nafas dalam dalam dan mengetuk pintu, ibunya pun membukakan pintu, saat melihat anaknya menyeret koper, dia merasa sedikit terkejut, "Kenapa kau disini?"
Mai Ding memaksakan senyum, menyembunyikan sesuatu yang sedang tersakiti di dalam, "Tidakkah kau senang aku kembali?"
"Bukan begitu, tapi kenapa kau kembali kesini secara tiba tiba? Apa terjadi sesuatu?"
"Ma~ jangan bertanya lagi, aku lelah, aku ingin tidur"

Ibu Mai Ding pun berhenti bertanya dan bertukar pandang dengan Mai Ding. Mai Ding menarik kopernya ke dalam kamarnya, dengan pelan menutup pintu kemudian menjatuhkan dirinya keatas lantai. Dan kemudian Bai Xiaosi mengiriminya sebuah pesan.

"Aku akan mengirimimu nomor ponsel An Su, tanyalah padanya. Mai Ding, semangat!"
"Bai Xiaosi, tolong ajari aku bagaimana cara untuk bertahan, aku merasa ini sangat berat, bahkan untuk tersenyum"

Mai Ding menghubungi nomor ponsel An Su, di seberang sana masih sama, berbicara padanya dengan cara yang dingin.

"Maaf aku menelponmu selarut ini, tapi apa kau tahu dimana An Ziyan?"
"Sungguh pertanyaan yang menggelikan, bahkan kau tidak tahu dimana An Ziyan, bagaimana aku bisa tahu?"
"Benar" dia tersenyum pahit, dia sendiri adalah kekasih An Ziyan tapi apa yang bisa dia lakukan hanya bertanya pada yang lain dimana An Ziyan.
"An Su, aku tahu kau tidak menyukaiku tapi jika kau bertemu dengan An Ziyan, tolong bantu aku katakan ini padanya"
"Tidak bisakah kau katakan sendiri?"
"Tolong katakan mulai hari ini dan seterusnya, aku tidak akan mengguruinya lagi, dia bisa tidur dengan tenang, dia bisa mengatakan apapun padaku, dia bisa memarahiku, dia bisa menceritakan cerita horor padaku tengah malam, dia bahkan bisa mengambil cincinya kembali tapi satu hal yang dia tidak bisa, jangan tinggalkan aku sendirian" setelah selesai berbicara, Mai Ding memutus telponnya.

An Ziyan, aku akan menyetujuia apapun denganmu, tidak bisakah kau hanya kembali padaku?

Aku mencoba untuk tetap rendah hati semampuku, apa lagi yang bisa aku lakukan untuk membuatmu kembali?

Mai Ding bangkit dari atas laintai dan berbaring diatas ranjangnya, menatap cincin di jarinya, jari yang dilingkari cincin itu terasa sangat sakit. Kenangannya pun membanjiri otaknya, orang bilang kenangan berputar di depan matamu saat kau dekat dengan kematian. Apa aku akan mati?

"An Ziyan, bagaimana jika suatu hari kau tiba tiba pergi meninggalkanku?"

"Kalau begitu kau hanya perlu percaya jika aku akan kembali padamu"

Sekali aku bertanya padamu tentang ini, dan kau menjawabku seperti itu.



I Will Still Love You Even If You are a Man (Bahasa ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang