Chap. 81 -Awal Sebuah Kebahagiaan-

1.6K 150 49
                                    

Penerjemah : holyverde

__________

Setelah menanti cukup lama, hari ini akhirnya tiba dan membuat semua orang terkejut. Kebahagiaan datang di saat yang tidak mereka kira sebelumnya, bahkan sebelum mereka mempersiapkan mental mereka. Mai Ding sangat bahagia sampai dia ingin pingsan karenanya.

Di hadapan orang tua Mai Ding, An Ziyan duduk di sebelah Mai Ding. Mai Ding menggigiti sumpitnya sambil menatap ke arah An Ziyan, lalu dengan pelan menendang kaki An Ziyan di bawah meja. Dia benar-benar senang sampai dia tak berhenti menambahkan banyak lauk di mangkuk An Ziyan. "Coba yang ini, masakan ibuku enak sekali. Yang ini juga, dan jangan lupa yang ini juga."
An Ziyan mengeraskan rahangnya dan berbisik tajam pada Mai Ding, "Sudah cukup."Jika terus-terusan, semua makanan di atas meja bisa habis.

Orang tua Mai Ding melihat betapa pandangan anak mereka sama sekali tak bisa lepas dari An Ziyan. Setelah membesarkannya selama bertahun-tahun, tak pernah sekalipun mereka melihat anaknya seperti ini. Mereka tak bisa menahan diri mereka untuk sedikit cemburu. Ibu Mai Ding meletakkan mangkuknya di depan Mai Ding, apa yang ia inginkan tergambar jelas di wajahnya. Mai Ding menatap ibunya. "Loh, kenapa? Mama sudah selesai makan? Kalau begitu letakkan mangkuknya di belakang."

Ibu Mai Ding benar-benar kesal dibuatnya sampai ia menatap Mai Ding sangat tajam tepat di manik mata. Di bawah meja, An Ziyan menginjak kaki Mai Ding dengan keras. Mai Ding mengernyitkan dahinya kesakitan dan mendesis. "Kenapa tiba-tiba kau menginjak kakiku?"

An Ziyan sudah memberikan isyarat lewat gerakan matanya, namun siapa sangka jika Mai Ding sebodoh ini? Mai Ding menatap makanan yang ada di meja, kemudian menatap An Ziyan diikuti dengan menatap ibunya. Mai Ding kemudian sadar. "Ma, bisakah kau mengganti lauknya untuk besok? Sepertinya lauk hari ini tidak sesuai dengan selera An Ziyan." Setelah berkata begini, Mai Ding segera mendapatkan injakan yang lebih menyakitkan. Sampai waktu makan selesai, Mai Ding masih tak paham apa kesalahan yang ia lakukan hingga An Ziyan sampai begitu kesal. Padahal jelas-jelas dirinya sangat baik hati dan patuh.

Ibu Mai Ding menatap Mai Ding dengan dingin. "Cuci piringnya."

Bahkan ketika ibunya begitu dingin padanya, Mai Ding masih tidak menyadari kesalahannya. Ketika inilah An Ziyan tiba-tiba berdiri. "Bibi, biarkan aku saja yang mencuci piring."

Mai Ding hampir saja menelan piring yang ada di hadapannya. An Ziyan? An Ziyan berinisiatif untuk mencuci piring? Mai Ding berdiri, meletakkan punggung telapak tangannya ke dahi An Ziyan. "Kau sakit ya?"

"Tidak perlu, biarkan saja Mai Ding yang mencucinya. Bagaimana bisa kami membiarkan tamu untuk mencuci piring?"

"Jangan khawatir, Bi. Biarkan aku yang melakukannya." Tanpa menunggu jawaban dari ibu Mai Ding, An Ziyan membawa piring-piring kotor yang berada di atas meja ke dapur untuk dicuci. Ibu Mai Ding menatap An Ziyan, lalu beralih ke arah Mai Ding ketika sosok An Ziyan sudah menghilang. "An Ziyan benar-benar jauh lebih pengertian daripada kau. Lihatlah bagaimana kelakukanmu, Ding. Membuat Mama malu saja."

Mai Ding menunjuk dirinya sendiri. "Mama bercanda? An Ziyan lebih pengertian dariku? Kalaupun mama percaya, tapi para pembaca pasti tak akan percaya!"

"Apa maksudmu sih? Ayo cepat bereskan semuanya, bantu dia!"

Setelah dimarahi oleh ibunya, Mai Ding menjadi sangat kesal. Kalau masalah wajah, bolehlah Mai Ding mengakui kalau An Ziyan jauh lebih baik darinya. An Ziyan juga jauh lebih pintar. Tapi tak pernah sekalipun Mai Ding sudi untuk mengakui jika An Ziyan jauh lebih pengertian. Terus saja berpura-pura. Walaupun dia berpura-pura menjadi seorang Budha sekalipun, Mai Ding tidak akan luput melihat dua tanduk yang bersarang di atas kepala An Ziyan. Namun tentu saja, bagaimana bisa Mai Ding melepaskan hal seperti ini? Dengan piring di tangan sebelah kirinya dan ponsel di tangannya yang lain, dia ingin merekam An Ziyan supaya dia bisa mengoloknya seumur hidup. Mai Ding mengintip ke arah dapur untuk melihat apa yang tengah terjadi di dalam.

I Will Still Love You Even If You are a Man (Bahasa ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang