Chap. 44 -Persiapan Menyambut Kebahagiaan-

4.2K 278 7
                                    


Hari libur akan segera datang, Mai Ding diam diam memegang buku panduan perjalanan, dia melihat lihat tempat yang bagus untuk pergi diliburan ini, dia tidak ingin hari hari itu menjadi seperti hari biasanya, bermalas malasan dirumah, makan kemudian tidur, tidak melakukan apapun, itu kehidupan hewan, tidak untuk dirinya. Tapi karena pemerintah membatalkan hari libur nasional golden week, hari hari untuk beristirahatpun menjadi lebih singkat jadi mereka tidak bisa pergi ke tempat yang terlalu jauh dan dia tidak tertarik dengan tempat yang dekat. Akhirnya, dia masih harus bertanya pada An Ziyan untuk meminta bantuan.

Mai Ding membawa begitu banyak buku panduan perjalanan, dia meletakkannya di depan An Ziyan,

"An Ziyan, kau pilihlah tempat mana yang harus kita kunjungi"
"Kita baru saja berkencan, dan sekarang kau ingin melakukan sebuah perjalanan?" An Ziyan dengan jelas menunjukkan ekspresi 'aku benci ini'
"Ini adalah proses dari cinta, apa kau tahu itu? Apa sebuah kencan begitu sulit? Aku merasa jika kau sepertinya hanya ingin menyelesaikan sebuah misi" jawab Mai Ding
"Kalau begitu proses ini sangatlah membosankan"
"Jangan menginjak injak cintaku" Mai Ding tidak tahan lagi, dia melempar buku panduan perjalanan itu pada An Ziyan
"Cintamulah yang harusnya diinjak"
"Kau akan pilih satu kan? Jika kau tidak memilih sekarang dan ini adalah hari dimana aku tidak akan mati, ini adalah hari kau harus hidup" Mai Ding serampangan membolak balik kata katanya
"Aku memilih untuk hidup"

Mai Ding menjadi patah hati, dia duduk di samping An Ziyan, "Hari ini aku akan mencekikmu sampai mati, An Ziyan"

Hanya ketika Mai Ding benar benar marah dan sebelum menjadi gila, An Ziyan asal mengambil salah satu buku perjalanan yang Mai Ding lempar kearahnya, memberikannya pada Mai Ding, "Tempat ini"
Mai Ding menjadi tenang seketika, dia melihat buku itu dan menyingkir dari lengan An Ziyan, "Sanya? Uhm.. Tidak begitu buruk, aku dengar toko toko disana bebas akhir akhir ini, berbelanja disana akan sangat bagus, pasti akan banyak orang yang datang kesana juga. Tapi saat sekarang ini dimanapun pasti penuh kerumunan orang. An Ziyan, apa kau pikir kita akan punya cukup waktu untuk bermain disana? Ini pertama kalinya aku jauh dari rumah"

Tidak ada jawaban, Mai Ding menolehkan kepalanya dan An Ziyan ternyata sudah tidak ada disana.

Mai Ding pun berteriak, "An Ziyan, aku belum selesai! Kau tidak pernah diam dan mendengarkanku!"

Saat An Ziyan kembali ke rumah setelah bermain basket, Mai Ding masih duduk diatas sofa, dia terlihat seperti sedang marah, dia ingin An Ziyan tahu jika dia marah, dia ingin memberinya pelajaran sesekali.

Sesaat setelah An Ziyan membuka pintu dia memasang wajah serius, menatap kearah Mai Ding dengan tatapan dingin, "Masih duduk disana juga? Pergi dan masaklah untukku, cepat!" Bibi yang membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah dikarenakan anaknya datang, maka dia tidak akan bekerja untuk beberapa hari.

"Tapi aku..."
"Tapi apa, tidak ada tapi, aku sudah setuju untuk bepergian bersamamu, lalu apa yang kau inginkan sekarang?"

Cara An Ziyan untuk memerintah seseorang sungguh seperti iblis!

Mendapat perkataan seperti itu, kemarahan Mai Ding benar benar meledak. Dia bahkan tidak tahu dia marah untuk apa, An Ziyan sudah setuju untuk bepergian bersamanya, tidak ada alasan lain lagi untuk memberinya pelajaran. Ini adalah salahnya karena bahkan dia belum memasak apapun untuk dimakan hingga jam segini, ini sudah terlambat. Dia, dirinya bahkan tidak pantas mendapatkan kekasih yang baik.

"Aku akan segera pergi dan memasak, ini akan cepat, jadi tunggulah sebentar"
"Uhm"

Dan Mai Ding pun tidak melihat sudut bibir An Ziyan terangkat menunjukkan seringai kemenangan.

Saat Mai Ding selesai memasak, dia ingin cepat mendiskusikan tentang perjalanan ini. Tapi sepertinya An Ziyan tidak tertarik dengan topik ini, tidak hanya Mai Ding terus saja berbicara mengenai pemikirannya, harapannya tentang liburan ini, dan An Ziyan lah satu satunya yang akan membayar perjalanannya, memenuhi semua kebutuhannya, dan inilah satu satunya cara yang bekerja.

Mai Ding adalah tipe orang 'letakkan rencanamu dalam sebuah tindakan', sebelum melakukan sesuatu dia akan merencanakannya terlebih dahulu, menyiapkan dengan baik, bertindak hati hati dalam melakukan apapun setiap harinya. Ini bahkan hampir tengah malam dan Mai Ding masih berada di depan PC, mencari hotel dengan kualitas bagus, serta tempat yang nyaman dan memiliki makanan enak untuk dikunjungi.

Mai Ding akan pergi jauh dari rumah, bersama An Ziyan.

Keesokan harinya dengan lingkar hitam dibawah matanya Mai Ding duduk di dalam kelas, dengan sebelah tangan menopang dagunya, tersenyum dengan bodoh pada dirinya sendiri. An Ziyan sudah memesan tiket pesawat hari ini dan mereka bisa pergi besok, menuju hari yang cerah penuh dengan kebahagiaan. Apa yang dia inginkan adalah cepat cepat kembali kerumah dan mengemasi pakaian serta keperluan untuk perjalanan. Waktu selalu saja menjadi lebih lambat saat kau terus saja menatap kearah jam, ini sungguh berat menunggu jam sekolah selesai. Mai Ding segera berlari dengan kecepatan kilat menuju rumah.

Terburu dia masuk dalam kamar, dengan cepat dia mengemasi tasnya, ini terlihat seperti perang akan datang dan dia akan pergi untuk itu.

"Apa kita perlu membawa pasta gigi dan sikat gigi? Tidak usah, aku akan membelinya disana.. Tapi akan sayang kalau beli lagi. Meskipun kau tidak perlu membawa banyak barang saat bepergian, tasmu harus tetap ringan. Tapi benda kecil seperti ini tidak akan memakan banyak tempat, aku akan membawanya" Mai Ding bergumam

Butuh waktu cukup lama baginya untuk selesai bermeditasi, dia hanya membawa sikat gigi, pasta gigi, selembar kertas untuk menulis lokasi lokasi yang akan mereka 'kuasai' di Sanya, serta satu set pakaian untuk masing masing dari mereka berdua, hanya itu. Serius? Mai Ding itu hanya sedikit barang, apa kau benar benar butuh waktu yang lama untuk memutuskannya? Kita tidak mengerti dirimu.

Malam harinya An Ziyan mencari cari sikat giginya tapi tidak menemukannya, lalu kemudian dia melihat tas Mai Ding yang seolah 'sangat rapih!', dia membuka tas itu, mengeluarkan apapun isi di dalamnya dan akhirnya melihat sikat giginya. Dia meninggalkan tas berantakan itu dan berjalan ke kamar mandi menggosok gigi. Saat Mai Ding selesai mencuci piring, dia kembali ke dalam kamar dan melihat 'dua jam pencapaiannya' tak ada bedanya seperti medan perang. Dia menjambak rambutnya sendiri dan menggeram, "An Ziyan, apa kau melakukan ini?"

"Aku tidak" An Ziyan menyahuti sambil menggosok gigi

Mai Ding buru buru berjalan ke pintu kamar mandi, "Kau tidak? Lalu dari mana kau mendapatkan sikat gigi itu? Bagaimana bisa kau lakukakn ini? Kau benar benar tak bisa menghargai pencapaian orang lain yang sudah bekerja keras disini, kau benar benar buruk" ketika Mai Ding hendak melanjutkan mengguruinya tentang bagaimana bersikap terhadap orang lain, An Ziyan membanting pintu tepat di depan wajahnya

"Kau dari ujung kaki hingga ujung kepala adalah sebuah bencana!" Mai Ding mengumpat dengan kesal, dia kembali ke dalam kamar dan menata ulang tasnya.

Saatnya tidur dan ruangan menjadi tenang, tapi tiba tiba kamar dipenuhi oleh tawa horor dari Mai Ding, dia menggunakan selimut untuk menutupi mulutnya tapi tak bisa menghentikan tubuhnya yang bergoyang. Diam An Ziyan menggigit bibirnya, dia menoleh pelan,

"Apa kau kehilangan akalmu?"
"Aku sangat senang, ini seperti kita akan pergi bulan madu" Mai Ding tidak tahan untuk tidak mengeluarkan suara horor itu lagi
"Cepatlah tidur"
"Aku tidak bisa tidur, tenangkan aku agar aku tidur, kau bisa menceritakanku sebuah dongeng"
"Apa kau masih bocah?"
"Cerita bisa menenangkanku dan membuatku ngantuk, kalau tidak aku akan tetap tertawa seperti ini sepanjang malam, coba lihat apa kau bisa mengatasi ini" kata Mai Ding mengintimidasi

An Ziyan mematikan lampu, memutuskan untuk mengabaikan Mai Ding dan kembali tidur.

Sesaat setelah itu, An Ziyan bisa mendengar suara tawa dari balik selimut. An Ziyan tidak tahan lagi.

"Kemarilah, aku akan mendongengkanmu sebuah cerita" An Ziyan berkata dengan menggeretakkan giginya
"Benarkah?" Kemudian Mai Ding membenamkan dirinya di dada An Ziyan, matanya bercahaya ditengah kegelapan
"Di sebuah gunung kecil ada sebuah desa"
Mai Ding memotong kata kata An Ziyan, "Kau lupa mengawalinya dengan kata pada zaman dahulu kala"
"Saat aku bercerita aku tidak suka diganggu"
"Maaf, kau bisa lanjutkan sekarang. Aku janji aku tidak akan mengganggumu lagi"

"Pada zaman dahulu kala, di tempat yang sangat jauh di sekitar sebuah gunung, ada sebuah desa kecil. Di desa itu tinggallah seorang bocah laki laki, meskipun dengan hidupnya yang miskin, dia hidup bahagia bersama kedua orang tuanya. Pada suatu hari, dia memanjat bukit dan tertarik pada satu cahaya misterius, dia mengikuti cahaya itu hingga masuk kedalam hutan dan betapa terkejutnya dia melihat satu maha karya yang sangat cantik. Itu adalah bulu seputih salju milik seekor unicorn dengan mata birunya, dia mendekat untuk menyentuh unicorn itu dan tanpa diduga unicorn itu tidak lari. Setelah itu mereka menjadi teman"

Mai Ding paling menyukai bagian ini, dia kemudian kembali mendengarkan cerita An Ziyan.

"Bocah itu membawa unicorn itu pulang, lalu dia bertanya pada kedua orang tuanya apakah dia boleh memelihara unicorn itu, dan dari sini keanehanpun terjadi pada mereka. Malam harinya, dari kamar orang tuanya terdengar suara tawa pelan sang ayah, tapi apa yang membuatnya merasa senang?"

Mai Ding mulai merasa bingung dan tidak nyaman

"Keesokan harinya, bocah itu terbangun karena mendengar teriakan ibunya, dia berlari ke dalam kamar orang tuanya dan melihat ayahnya tergantung diatas, dengan tali melilit lehernya, lidah menjulur keluar dan leher yang menoleh kesamping, serta kakinya yang terayun diatas lantai" Mai Ding ingin meminta menghentikan cerita ini, tapi dia sudah berjanji pada dirinya bahwa tidak akan mengganggu An Ziyan.




I Will Still Love You Even If You are a Man (Bahasa ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang