Chap. 63 -Siapapun Cenderung Melembut Saat Dirinya Sakit-

1.8K 182 26
                                    

Penerjemah : holyverde

___________

Ibu Mai Ding membiarkannya tidur sejenak setelah memberi Mai Ding obat. Walau Mai Ding telah tidur hingga siang, tetapi kepalanya tetap saja merasa pusing. Ia membuka matanya dengan enggan, seluruh tubuhnya terasa panas, membuatnya tidak bisa tidur kembali. Di ruang tamu, Ibu Mai Ding menonton TV dengan volume yang sangat keras, sungguh berisik.

Mai Ding sampai tak bisa menahan dirinya untuk menghubungi An Ziyan. Setiap Mai Ding menganggur, dia pasti akan langsung memikirkan An Ziyan. Laki-laki kejam itu perlahan menelusup dalam setiap sel otaknya.

"An Ziyan, aku ini sungguh menyedihkan. Aku sedang sakit, tetapi tidak ada siapapun yang merawatku." Ujarnya. Beberapa orang bisa menjadi sangat lemah ketika dirinya sakit, terlebih bagi seseorang yang tengah mencari perhatian seperti Mai Ding.

"Memangnya ibumu kemana?"

"Ibuku di ruang tamu, sedang menonton TV. Setelah memberiku obat, ibuku langsung mengabaikanku. Benar-benar membuatku sangat sedih." Katanya lagi. Kini, tenggorokan Mai Ding sangat gatal. Jadi dia menutupi speaker ponselnya untuk terbatuk sejenak. Apa yang dia lakukan barusan sungguh aneh. Dia ingin bercerita pada An Ziyan kalau dia sakit, tetapi di waktu yang sama, dia tidak ingin An Ziyan terlalu khawatir padanya.

"Batukmu sudah separah itu, pergi ke dokter sana!"

"Kau ini, bagaimana bisa kau mendengarnya? Bagaimana kalau yang ini?" Mai Ding sengaja meletakkan ponselnya di bawah selimut, ia lalu merendahkan suaranya dan berkata ke arah luar, "An Ziyan, kau itu brengsek." Setelah itu, Mai Ding mendekatkan wajahnya ke arah ponsel kembali. "Bagaimana? Yang barusan kau bisa mendengarnya tidak? Pasti tidak bisa." Ujarnya dengan puas. Tak ada siapapun yang bisa memahami mengapa Mai Ding begitu puas melakukan hal semacam itu.

"Sepertinya kau ini sudah bosan hidup ya." Nada suara yang terdengar di seberang tidak begitu ramah.

"Telingamu aneh sekali ya. Bagaimana bisa kau mendengarnya? Aneh. Aku pasti sedang berilusi ya. Kenapa aku merasa suaramu terdengar di dekatku? Apa angin yang membawa suaramu ke telingaku?"

"Menurutku, angin sudah mengaburkan pikiranmu dan membuatmu menjadi bodoh."

"Ah, kau memarahiku lagi. Aku ini sedang sakit. Kau ini pacarku tetapi kau tidak ada di sini. Sebagai tambahannya, kau juga memarahiku." Ujar Mai Ding gusar.

"Kata siapa aku sedang tidak bersamamu?"

Mai Ding terkesiap. "Jangan bilang kalau jiwamu sedang bersamaku."

"Jiwaku tidak akan pernah bersamamu."

Mai Ding mendengar suara ribut-ribut dari arah jendela. Dia lalu melemparkan pandangannya ke samping untuk menemukan An Ziyan yang kini sedang mencoba membuka jendela. Dengan satu tangan yang membuka pintu jendela, ia lalu melompat masuk ke dalam kamar Mai Ding. Ponsel yang sedetik lalu masih dipegang oleh Mai Ding kini sempurna terjatuh di atas ranjangnya. Sedangkan An Ziyan? Melihat reaksi bodoh dari Mai Ding, dia jadi tersenyum nakal. "Hai..." katannya memberi salam.

Mai Ding menampar dirinya sendiri sambil bergumam, "Bangunlah! Jangan bermimpi!" tetapi rasa sakit di pipinya membuatnya sadar bahwa semuanya nyata. Mai Ding kemudian berteriak, "An Ziyan! Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kalau ibuku tahu? Lagipula, kamarku kan di lantai dua. Bagaimana bisa kau memanjat sampai ke sini?" Mai Ding mengabaikan tubuhnya yang sedang tak sehat. Ia bangkit dari ranjang dan melihat keluar jendela untuk mendapati sebuah tangga. Di ujung tangga, Zhou Ge dan Ellen tengah bersandar satu sama lain dan berciuman dengan mesra. Mai Ding segera membuang pandangannya ke arah lain, berpura-pura tak melihat apapun. Walau sekelebat ia sempat melihat Zhou Ge yang meremas pantat Ellen pelan.

I Will Still Love You Even If You are a Man (Bahasa ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang