YOUR MOVIE [Kuroko No Basket...

By Yumeyun3

146K 12.5K 2.7K

(COMPLATE) High Rank: #1-animefanfiction #1-xreader #1-kurokotetsuya #1-akashiseijuuro #1-knb YOUR MOVIE [Ku... More

YOROSHIKU~
YOUR BEAUTIFUL-KISE RYOUTA
CEMBURU-MIDORIMA SHINTAROU
PRECIOUS-KUROKO TETSUYA
ONLY YOU-AKASHI SEIJUURO
SWEET HATER-MURASAKIBARA ATSUSHI
OLD LOVE-AOMINE DAIKI
BUKAN BERARTI-KUROKO TETSUYA
SISTER-AKASHI SEIJUURO
GIFT FOR YOU-AKASHI SEIJUURO
MOTHER-AKASHI SEIJUURO
TEARS AND LOVE-AKASHI SEIJUURO
BUKAN DIRIKU-KUROKO TETSUYA
IT'S YOU-HIMURO TATSUYA
MISSING YOU-NIJIMURA SHUUZOU
ETERNAL LOVE-KASAMATSU YUKIO
I WON'T LOSE-KAGAMI TAIGA
DO YOU MINE?-KISE RYOUTA
SANG TOKOH UTAMA-KUROKO TETSUYA
YOU ARE UGLY-AKASHI SEIJUURO
DON'T WANT TO REGRET-AOMINE DAIKI
PLEASE, GIVE A CHANCE-AKASHI SEIJUURO
ORE NO HIME-AKASHI SEIJUURO
MY LOVELY SISTER-AKASHI SEIJUURO
YOUR LOVE-MURASAKIBARA ATSUSHI
HELLO, PRINCESS-KISEKI NO SEDAI (GOM)
CAN YOU SEE?-AKASHI SEIJUURO
IS YOU-MAYUZUMI CHIHIRO
YOU'RE REALLY SOMETHING-KUROKO TETSUYA
MY THE BEST GIRL-MIDORIMA SHINTAROU
LISTEN TO ME, DEAR-IMAYOSHI SOICHI
IT'S OK, I'M HERE-KISE RYOUTA
KISS?-MIDORIMA SHINTAROU
LOVE ISN'T LIKE A JOKE-IZUKI SHUN
I WANT YOU-KISE RYOUTA
THE REASON-HIMURO TATSUYA
AISHITERU, BAKA-TAKAO KAZUNARI
AUTHOR TIME
DATE-AKASHI SEIJUURO
LOVE IS NOT OVER-MIDORIMA SHINTAROU X AOMINE DAIKI
ABOUT REQUEST AND OTHERS
FORGIVE ME, LOVE-AOMINE DAIKI
MY TSUNDERE-KUROKO TETSUYA
DIFFERENT-AKASHI SEIJUURO
CONFESSION-IZUKI SHUN
Q N A TIME
MINE-KISE RYOUTA
SMILE-HIMURO TATSUYA
BE YOUR SIDE-AKASHI SEIJUURO
SORRY-ALL GOM
BECAUSE YOU ARE MINE-MURASAKIBARA ATSUSHI
YOU'RE LOVE IS MY SOUL-AKASHI SEIJUURO
AUTHOR TIME
UNCONTROLABLE LOVE-SAKURAI RYO
I'M IN LOVE WITH YOU-KISE RYOUTA
THAT SHOULD BE ME (Part I)-AOMINE DAIKI
THE REAL ONE-IMAYOSHI SOICHI
1th ANNIVERSARY
WORTH-HIMURO TATSUYA
THAT SHOULD BE ME (Part II)-AOMINE DAIKI
MY CUTE LITTLE SISTER-KISE RYOUTA
THAT SHOULD BE ME (Last Part)-AOMINE DAIKI
PENGUMUMAN

YOU STILL MINE-AOMINE DAIKI

3.2K 271 9
By Yumeyun3

Ini Requestan dari pembaca setia cerita saya imahkakoeni

Semoga suka, dan maaf jika tidak sesuai ekspetasinya.

Aomine Daiki X Innocent! Reader

Kuroko No Basuke Fanfiction

Indonesia

.

.

.

.

ACTION!

Riuh koridor sekolah seolah tidak menarik perhatian pria berkulit tan yang tengah menguap. Sudah seperti kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, pria yang merupakan seorang Ace di tim basket Touou itu tengah berjalan menuju tempat paling nyaman untuk si pria-atap. Aomine Daiki yang selalu memiliki keberanian untuk tidur di saat tim basket yang menaungi dirinya berlatih dengan keras.

Akan tetapi, mata Aomine seketika menajam saat mendapati gadis yang amat ia kenal tengah berada di tengah-tengah kerumunan pria. Ini memang bukan pertama kali Aomine melihat pemandangan seperti itu, dan setiap kali melihatnya pula Aomine selalu ingin menghajar semua pria itu.

Buru-buru Aomine mendekati kerumunan. Tatapannya sudah seperti ingin membunuh, dan jangan lupakan pula kalau aura gelap sudah menyelimuti tubuh sang pria untuk memberitahu kedatangan seorang Aomine Daiki.

"Apa yang sedang kalian lakukan dengan [Name]?" tanya Aomine garang saat ia sudah berada di antara kerumunan.

Semua pria yang mendengar suara serak khas Aomine langsung bergidik ngeri. Tak ada yang berani menatap mata Aomine, seolah mata penuh kekuasaan milik Akashi pindah pada dirinya. Dan tanpa menjawab apapun, semua pria yang semula mengerumuni [Name] kini lari tunggang langgang.

"Daiki, kenapa mereka lari seperti itu?" tanya [Name] mentap Aomine dengan pandangan penuh tanya.

Aomine hanya dapat menghela napas panjang saat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut kekasihnya, [Surname] [Name]. Bagaimanapun ia tidak bisa menyalahkan gadis yang satu tahun lebih muda darinya itu, mengingat betapa polos [Name] akan segala hal. Aomine sempat bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah selama ini [Name] hanya tinggal mendekam di rumah tanpa pernah keluar sekalipun.

[Name] merupakan gadis paling polos yang Aomine pernah temui, ia seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar. Namun karena [Name] merupakan sosok yang ramah dan baik, terkadang banyak pria yang sering mendekati [Name] dan mengajaknya berkencan walaupun mereka sudah tahu kalau gadis itu adalah milik Aomine. Dan [Name] yang polos hanya menuruti ajakan mereka untuk keluar bersama ketika para pria itu mengatakan mereka mengajak [Name] keluar sebagai teman.

"Kau ingat apa yang kukatakan padamu kemarin, kan?" tanya Aomine yang juga menatap garang [Name].

Untuk beberapa saat [Name] terdiam, berpikir tentang ucapan mana yang Aomine maksud. "Tentang untuk tidak dekat-dekat dengan pria manapun?"

"Ya, yang itu. Kukatakan sekali lagi, jangan pernah dekat dengan pria manapun. Dan jangan mau jika ada yang mengajakmu pergi, mengerti," kata Aomine.

"Mengerti," jawab [Name] penuh semangat. "Oh ya, Daiki. Tadi aku disuruh oleh Wakamatsu-senpai untuk menemaninya pergi ke Amusement Park minggu nanti jika kau tidak mau datang berlatih hari ini," sambung [Name].

Seketika dahi Aomine berkerut dalam. Bagaimana tidak, senpai sekaligus kapten basket Aomine mengajak [Name] kencan sebagai ancaman agar ia berlatih. Betapa licik pemikiran kaptennya itu setelah minggu lalu ia menyita majalah Mai-chan kesayangan Aomine dengan bantuan dari Momoi.

"Setelah ini kau mau kemana? Bukankah harus pulang?" tanya Aomine lagi, berusaha menahan amarah.

"Ketua kelasku meminta tolong padaku agar membantunya membuat absen baru untuk kelas."

Lagi-lagi Aomine berusaha untuk tidak berteriak pada [Name]. Tidak tahukah kalau ketua kelas gadis itu sangat menyukai [Name] dan selalu punya cara untuk mencari kesempatan berduaan dengan [Name]. Tentu Aomine tidak akan membiarkannya. Gadis itu terlalu polos untuk menolak sesuatu dengan alasan palsu.

Dengan cepat Aomine memegang tangan [Name] dan menariknya pergi.

"Daiki, kita mau kemana? Aku harus membantu membuat absen."

"Tidak, kau ikut denganku ke gym dan temani aku hingga selesai berlatih. Ketua kelasmu itu bisa melakukannya sendiri tanpa bantuanmu."

[Name] tidak bisa membantah ucapan Aomine, ia tahu kalau Aomine sangat menakutkan jika sudah marah. [Name] pernah melihatnya sekali dan ia tidak ingin melihatnya lagi.

Entah sudah berapa kali Aomine menghela napas hari ini. Saat ia memasuki gym semua orang yang ada di sana berseru senang, bukan karena Aomine melainkan karena [Name] yang berdiri di sampingnya dengan senyum ramah seperti biasa. Semua teman-teman di tim basket memang sudah mengenal [Name], selain karena ia pacar Aomine juga karena sifat ceria dan lugu [Name] yang membuat semua orang senang berhubungan dengan [Name]. Bahkan tak jarang mereka menjahili Aomine dengan menggunakan keluguan dari [Name].

Sejak tadi, mereka semua bercanda dengan [Name]. Menceritakan segala sesuatu yang tidak [Name] tahu dan dengan mudahnya [Name] menerima semua informasi yang entah itu benar atau tidak. Terkadang gadis itu justru terkagum-kagum dengan cerita anggota tim basket yang membanggakan tentang diri mereka. Beberapa kali Aomine harus menarik [Name] menjauh dari mereka untuk membuat pikiran gadis itu tetap aman dari segala hal yang tidak baik.

Mengurus [Name] sama saja seperti mengurus anak kecil, jika lengah sedikit saja gadis itu bisa mengadu pada Aomine dan bertanya yang tidak-tidak.

"Daiki?" panggil [Name] ketika semua sedang isthirahat.

"Ada apa?" tanya Aomine seraya meneguk minum untuk menghilangkan haus yang menggerogoti.

"Apa benar jika aku berpakaian seperti ini akan membuatmu senang?" [Name] menunjukan majalah Mai-chan dengan gambar gadis berpakaian bikini berpose seksi.

Melihat apa yang ditunjukan oleh [Name] padanya langsung membuat Aomine tersedak dan menyemburkan air dari mulut. Selama ini ia tidak pernah menunjukan majalah Mai-chan pada [Name] karena pikiran gadis itu yang tidak pantas menerima hal-hal seperti itu.

"Siapa yang memberikan majalah itu padamu, [Name]?! Dan siapa yang bilang kalau aku suka kau berpakaian seperti itu?!" tana Aomine penuh amarah.

"Wakamatsu-senpai," jawab [Name] langsung.

"Wakamatsu, apa maksudmu dengan mengatakan hal seperti itu pada [Name]?!" seru Aomine yang berdiri menunjuk kakak kelasnya.

Wakamatsu hanya tertawa karena tidak menyangka kalau [Name] akan mengatakan hal itu juga pada Aomine, padahal ia hanya iseng.

"Bukankah kau memang suka Mai-chan, dan kuyakin kalau kau juga pasti akan senang kalau [Name] berpakaian seperti itu, kan?" ejek Wakamatsu.

"Jangan kotori pikiran [Name] dengan hal-hal seperti itu!"

"Bukankah kau sendiri mesum, kuyakin kalau kau sering mengotori pikiran [Name] dengan hal-hal mesummu itu?" Wakamatsu semakin bersemangat mengejek Aomine, mengingat selama ini adik kelasnya itu tidak pernah menghormatinya sebagai kakak kelas maupun kapten basket.

"Aku memang mesum tapi aku tidak pernah mengotori pikiran [Name]! Kau bahkan mengancamku dengan menggunakan [Name] agar mau berkencan denganmu atau jangan-jangan kau memang ingin berkencan dengannya?!" Aomine benar-benar marah sekarang. Mereka tidak tahu betapa sulit membuat [Name] tetap dalam pikiran bersih dan jauh dari orang-orang yang memanfaatkan kepolosan gadis itu saja. [Name] itu seperti anak kecil yang akan menyerap setiap informasi yang menurutnya baru tanpa tahu apakah itu baik atau tidak. Dan Aomine tidak terbiasa menjaga seseorang hingga seperti ini sebelumnya, bahkan ia sendiri jarang memikirkan dirinya.

"Daiki, berhenti marah-marah. Itu tidak sopan jika kau bicara kasar pada Wakamatsu-senpai," bujuk [Name] saat melihat Aomine kesal.

"Biarkan saja dia, [Name]. Dia memang suka semaunya," kata Wakamatsu santai.

"Senpai, Dai-chan, berhentilah seperti itu. Jika ada pelatih kalian bisa mendapat masalah," Momoi mengingatkan.

"Itu benar, Daiki." [Name] berusaha menenangkan Aomine dengan mengusap-usap lembut lengah pria itu.

"Ini juga karena kau terlalu polos, [Name]. Kau selalu mengikuti apa yang orang lain katakan tanpa memikirkannya. Aku tidak tahu kenapa aku bisa menjadi pacar dari gadis sepertimu, menyusahkan saja. Atau jangan-jangan kau suka didekati banyak pria yang mengajakmu berkencan?!" seru Aomine tepat di wajah [Name].

Mata [Name] melebar mendengar suara Aomine meninggi padanya. Ia tidak percaya kalau Aomine bisa sampai semarah itu hanya karena sifat alami [Name]. Ia tidak pernah berpikir sebelumnya kalau sifat polos yang dimilikinya akan menjadi masalah untuk orang lain. Ucapan Aomine mengingatkan [Name] kalau gadis itu yang pertama mengungkapkan perasaan, dan saat itu ia bahkan tidak menyangka kalau Aomine akan menerima [Name] sebagai kekasihnya. Apa mungkin sikapnya yang kelewat polos itu benar-benar menyusahkan Aomine selama ini?

"Daiki! Ucapanmu berlebihan!" seru Momoi marah.

"Hei, Aomine. Kita hanya bercanda kenapa kau justru memarahi [Name] seperti itu? Lagipula aku tidak ada niat untuk merebut [Name] darimu, baka," ujar Wakamatsu serius.

"A-ano, hari sudah sore, kurasa aku akan pulang duluan. Maaf karena sudah menimbulkan keributan. Aku juga minta maaf, karena bertanya hal tadi padamu, Daiki. Aku pulang dulu, Minna. Jaa~"

Semua orang terdiam memandang [Name] yang sudah melenggang pergi di tengah perdebatan, menyayangkan kenapa gadis itu cukup sial hari ini karena merasakan kemarahan seorang Aomine Daiki.

Momoi sedari tadi menatap tajam Aomine yang terlihat bersalah karena membentak [Name], begitu pula dengan pandangan mata yang lain. Secara tidak langsung mereka menyuruh agar Aomine mengejar [Name] layaknya drama picisan yang sering mereka tonton. Walau terkadang dalam kenyataan hal tersebut adalah yang terbaik untuk memertahankan suatu hubungan dan meluruskan kesalahpahaman.

Setelah mengganti pakaian latihan dengan seragam, Aomine bergegas lari mencari [Name]. Matahari yang mulai redup di ujung cakrawala memunculkan banyak siluet dari orang-orang yang ada di jalanan.

Aomine merasa sangat bersalah karena membentak [Name], ingatkan dirinya untuk mengatur temperamen berlebihan agar tidak lagi terjadi hal seperti ini. Ia bertanya-tanya apakah [Name] sudah sampai di rumah atau masih di jalan. Melihat hari yang sudah mulai gelap, Aomine takut kalau gadis itu masih berada di jalanan. Tentu ia tidak ingin ada berandalan yang menganggu kekasih lugunya itu, mengingat wajah sang gadis memang mengundang mata para pria.

Kelegaan Aomine rasakan saat ia melihat [Name] berdiri di tengah jalan sepi, entah apa yang ia lakukan di sana.

Aomine yang hendak memanggil [Name] langsung mengurungkan niat saat ia melihat seekor kucing hitam duduk di tengah jalan tepat di hadapan [Name]. Untuk sesaat Aomine mengira kalau [Name] suka dengan kucing itu, namun ia salah. Wajah [Name] waspada, takut-takut menatap sang kucing hitam menggemaskan yang ada di depannya.

Dan saat itu Aomine teringat sesuatu yang membuatnya tertawa kecil.

"Jangan katakan kalau ia sungguh percaya dengan ucapanku saat kubilang kucing hitam akan membawa sial untuknya," gumam Aomine seraya tertawa kecil.

Pria berkulit tan itu semakin tidak bisa menahan rasa geli ketika melihat [Name] yang berhati-hati melewati kucing hitam tanpa membuat sang kucing melihat ke arahnya. Bahkan beberapa kali gadis itu tersentak kaget ketika si kucing melihat [Name], hingga kemudian gadis itu langsung berlari cepat saat merasa ia sudah melewati si kucing.

Buru-buru Aomine mengejar kekasihnya itu, tidak ingin sampai kehilangan keberadaannya. Saat melihat [Name], entah kenapa Aomine justru mengikuti gadis itu diam-diam. Mengawasi setiap gerak-gerik [Name] dari belakang tanpa gadis itu tahu. Selama ini Aomine tidak pernah melihat [Name] di luar lingkungan sekolah karena hubungan mereka juga belum lama, berkencan pun belum pernah Aomine lakukan dengan gadis itu.

Aomine melihat [Name] berhenti di depan supermarket, pandangan gadis itu memelas melihat beberapa orang yang sedang menikmati es krim. Dahi Aomine berkerut dalam saat mendapati [Name] hanya berdiri cukup lama tanpa ada niat masuk ke dalam untuk membeli yang ia inginkan. Mungkinkah [Name] tidak memiliki uang?

Satu ucapan kecil yang keluar dari mulut [Name] membuat Aomine terkejut.

"Di sana banyak laki-laki, Aomine bisa marah kalau mereka nanti dekat-dekat. Mungkin besok saja beli es krimnya," kata [Name] yang terdengar oleh Aomine, terlihat sendu seperti anak kecil yang dilarang orang tuanya untuk tidak membeli es krim.

Rasa bersalah semakin menohok Aomine. [Name] selalu mendengarkan apa yang Aomine katakan demi menjaga diri gadis itu, dan seharusnya Aomine tahu kalau bukan keinginan gadis itu di kelilingi banyak pria yang suka dengan sikap lugunya. Mungkin itulah alaan kenapa ia menyukai gadis itu dan menerima perasaannya, karena Aomine ingin melindungi [Name] dari para pria. Ia ingin terus menjaga keluguan gadis itu, karena itulah yang membuat [Name] menarik di mata Aomine sejak pertama kali ia melihat gadis itu di Touou.

Aomine langsung memegang tangan [Name] yang beranjak untuk pergi, menarik sang gadis ke dalam tempat perbelanjaan untuk mendapatkan apa yang gadis itu inginkan. Tentu Aomine tidak suka melihat wajah sedih gadis itu terutama setelah apa yang Aomine lakukan padanya hari ini.

"Daiki? Kenapa kau ada di sini?" tanya [Name] yang kebingungan dengan kehadiran dari kekasihnya itu.

"Tentu saja untuk mengejarmu," jawab Aomine yang justru membuat gadis itu semakin bingung.

Ketika masuk ke dalam tempat perbelanjaan Aomine langsung memindahkan tangan yang sebelumnya memegang tangan mungil [Name] kini merangkul gadis itu, berusaha mengamankan sang kekasih dari para pria yang asyik memilih es krim mereka. Jangan lupakan tatapan mematikan Aomine ketika ada pria yang diam-diam memerhatikan [Name].

Aomine mengantar [Name] pulang, jalan beriringan yang jarang sekali Aomine lakukan. Entah apa sebenarnya yang Aomine lakukan selama ini untuk [Name] sebagai seorang kekasih, pantas saja ada begitu banyak pria yang mencoba mendekati [Name] karena pria itu mungkin jarang ada di sisi sang gadis. Tak jarang mata Aomine melirik ke arah [Name] yang sibuk memakan es krim di tangan, terlihat senang layaknya anak kecil.

"Perhatikan kalau makan, [Name]. Kau seperti anak kecil," kata Aomine seraya mengelap es krim yang menempel di sekitar bibir [Name] dengan sapu tangan miliknya.

[Name] hanya tersenyum senang mendapatkan perhatian dari Aomine, menguapkan rasa sedih yang sebelumnya mendera [Name] karena bentakan dari sang Ace basket Touou.

"Maaf, karena sudah marah padamu tadi," Aomine berkata dengan wajah serius, menundukan kepala seolah takut beradu pandang dengan [Name].

"Tidak, seharusnya aku yang minta maaf karena sudah bertanya yang tidak-tidak. Mulai sekarang akan kuusahakan untuk belajar banyak hal lagi dan menjadi lebih dewasa agar kau tidak susah mengurusiku terus."

"Tidak, tidak perlu," jawab Aomine langsung saat melihat ada kilat sedih di mata gadis itu, seakan gadis itu yang bersalah di sini. "Kau tidak perlu berubah, cukup seperti ini saja. Aku menyukaimu seperti apa dirimu, jadi tidak perlu berubah."

"Aku tahu," sahut [Name] dengan cengiran lebar.

Dahi Aomine berkerut. "Tahu?"

"Momoi bilang kalau kau itu sangat, sangat menyukaiku. Kalau kau marah itu artinya kau sayang dan tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padaku. Jadi karena itu aku tahu hari ini kau marah karena kau peduli." [Name] tersenyum lebar, senang dengan ungkapan yang ia dengar dari mulut teman kecil Aomine, Momoi Satsuki.

"Pantas kau tidak menangis setelah ucapan kasarku tadi, jadi karena ulah Satsuki," gumam Aomine.

"Aku juga sayang Daiki. Jadi aku akan mendengarkan setiap ucapanmu, dan tidak akan dekat dengan sembarang pria," ucap [Name] polos.

Semburat merah langsung merayap di pipi Aomine ketika melihat [Name] yang tersenyum dengan deklarasi pernyataan sayang secara langsung tanpa ampun. Tidak tahukah ia kalau Aomine benar-benar ingin menculik [Name] sekarang dan membawa gadis itu pulang.

"Berhenti bersikap seperti itu jika tidak ingin aku menyerangmu sekarang juga, [Name]," kata Aomine yang berjalan lebih dulu, berusaha menyembunyikan wajah merah padamnya.

"Eh? Aku memangnya kenapa? Kenapa kau ingin menyerangku, Daiki?!" seru [Name] kesal yang ditinggal pergi.

"Kau melakukannya lagi, jangan memasang wajah seperti itu!"

"Aku memangnya melakukan apa, Daiki?! Apa yang salah dengan wajahku?"

Sepanjang perjalanan mereka berdua hanya berdebat dengan maksud ucapan yang hanya Aomine sendiri yang tahu. Tak peduli sekuat apa [Name] meminta untuk diberitahu maksud ucapan Aomine, pria itu tetap bungkam dan membuat [Name] semakin menunjukan wajah yang membuat Aomine ingin segera berlari mengantar gadis itu pulang demi kesehatan jantungnya.

Terkadang bagi Aomine yang membuatnya susah sejak berpacaran dengan [Name] bukanlah ketika ia berurusan dengan banyak pria yang menggoda [Name] ataupun candaan teman-temannya yang menggunakan keluguan [Name] untuk menggoda Aomine ataupun mengancam dirinya. Melainkan karena satu hal, wajah dan sikap polos [Name] ketika gadis itu bisa dengan mudah mengatakan rasa sayangnya pada Aomine. Tidak ada pria di dunia ini yang bisa tahan melihat wajah gadis yang disukai dalam raut menggemaskan dan menggoda hasrat seorang pria. Beruntung karena setidaknya Aomine masih bisa bersikap waras ketika berhadapan dengan keluguan [Name] itu. Toh, Aomine tidak akan pernah merusak kepolosan [Name] meskipun seluruh dunia menganggap Aomine pria yang mesum.

.

.

.

.

.

CUT!

A/N: *Belakang layar*

Yuchan : Oi, siapa yang ngunciin saya di kamar mandi?! *masuk ke ruangan* (ʘдʘ╬)

All : *pura-pura nggak tahu*

Yuchan : Kalau gitu kita lanjut filmnya, Aomine dan [Name] siap-siap!

Midorima : Filmnya sudah selesai dibuat nanodayo, kau terlambat

Yuchan : HAH?! ●△●) Sejak kapan? Kenapa dibuat pas aku nggak ada? Terus filmnya sesuai naskah, kan? Tentang Aomine yang bermusuhan dengan [Name], kan?

Kise : I-iya, sudah sesuai kok ssu. Nggak ada yang aneh-aneh *tengguk ludah, khawatir*

Aomine : Loh, bukannya cerita tent-hmp *dibekep Kise*

Kise : Jangan kasih tahu, Yuchan bisa ngamuk kalau Aomine-cchi mesra dengan [Name] ssu *bisik-bisik*

Midorima : itu benar, sebaiknya rahasiakan saja nodayo *ikut bisik-bisik*

Yuchan : Yaudah kalau gitu, aku mau buat naskah baru lagi.

Kise : Semangat, Yuchan. Biar kami yang bereskan semua di sini

Yuchan : Tumben baik. Yaudah, jaa~

All : Selamat *elus dada*

Orang yang mencintai kalian dengan tulus tidak akan pernah menyuruh kalian berubah menjadi sosok lain. Itu bukan kasih sayang tapi sebuah persyaratan. Tak peduli seperti apa sikap kalian mau itu kekanakan, pendiam, banyak bicara, lugu, keras kepala, pasti akan ada orang yang tidak suka, biarkan saja. Di luar sana akan ada banyak orang yang lebih menyukai kalian apa adanya, tidak menyuruh kalian berubah justru membuatmu yang merubah mereka untuk menjadi orang yang toleran dengan menerima sifat masing-masing. Keep positive dan Cheer Up!

Continue Reading

You'll Also Like

103K 15.5K 30
Menikah dengan Kenma?! Apakah akan menyenangkan atau menyebalkan? Tapi aku bucin sih, gimana dong? >//< Ssttt... Ada tetangga baru loh, kabarnya di...
77.5K 9K 24
⚠️ WARNING!!! Spoiler Manga! Kimetsu no Yaiba milik Β©Koyoharu Gotōge-sensei. Author hanya meminjam karakter dan ceritanya. Β°SELAMAT MEMBACAΒ° ☞ π‘†π‘‘π‘Ž...
385K 26.3K 32
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
84.7K 11.8K 38
Kisah kasih antara (Name), si manager klub voli Nekoma, dan Akaashi Keiji si setter andalan klub voli Fukurodani. Kok bisa? Ya bisalah, mereka buktin...