Wih! Update lagi nih! Kalian senang kan? Hehe sengaja aku kasih kalian kejutan. Hehe..
Aku gak pernah bosan ngingetin kalian untuk Vote, komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian dan media sosial seperti Twitter, Instagram, tiktok dkk.
Karena dukungan kalian sangat paling aku tunggu banget!
Follow akun Instagram aku. Agar kalian bisa tahu info terbaru aku Update.
SIAP BACA CHAPTER 6 ??
SIAP DAG-DIG-DUG SAMA TINGKAH ZAYYAN?
KASIH LOVE DULU DONG YANG BANYAK HAHA...
SELAMAT MEMBACA SAYANG-SAYANGKU 💙💙💙
06—Indahnya Jalanan kota bandung.
Zayyan dan Vanila datang ke sebuah kafe tempat di mana mereka melepaskan penat saat pulang sekolah. Sejenak, Vanila merasa canggung di hadapan mantan nya—Zayyan. Gila, seluruh badan gadis itu panas dingin sehingga tak tahu lagi harus bicara apa. Vanila mengangkat wajah nya, Cowok bertubuh tegap dengan duduk ciri khas yang sangat cool begitu santai melihat-lihat buku daftar menu.
Diam-diam pandangan mata nya jatuh ke arah bibir Zayyan. Vanila masih ingat mimpi itu terasa nyata. Terpesona ketampanan Zayyan, Vanila menelan ludah nya susah payah.
Zayyan yang merasa di perhatikan, memiringkan senyum nya.
“Nggak usah gitu liat nya, gue tahu baget gue tuh tampan banget ngalahin oppa-oppa korea lo!”
Vanila tergelak. “Dih, siapa juga liatin lo! Pede tuh harus sadar diri itu harus, mantan!”
Zayyan menumpu kedua tangan nya di atas meja bersamaan dengan suara helaan napas berat.
“Apa nggak ada kata-kata lain selain mantan? Lo dulu belum pernah bilang lo juga ingin putus. Lo ingat kan waktu lo mutusin gue di tengah lapangan?” Sorot mata Zayyan tajam, Vanila hanya bisa pasrah pada yang maha kuasa semoga di berikan pintu jalan nya. Astaga, Vanila ini memang sungguh ajaib.
Kata-kata Zayyan itu membuat Vanila tak berkutik sedikit pun. Vanila rasa, ia seperti di sambar petir berkali-kali.
“Kalo seandai nya lo jujur, apa hubungan kita berdua masih bisa bersama?” Vanila mengalihkan pandangan nya ke arah lain, gadis itu menggertakan gigi nya. Tahu di tanya gini mending gue tadi pulang aja! Aduh gimana ini?!
“Gue...” Tenggorokan Vanila tercekat, Ia belum siap menceritakan semua nya kepada Zayyan. Tindakan Vanila memang bodoh tetapi ada sesuatu hal yang tidak mau cowok di depan nya tahu. Mungkin suatu saat, Vanila akan jujur dan terbuka.
Zayyan tersenyum jail, mencubit hidung Vanila gemas. “Jelek banget muka lo kayak gini. Senyum dong!” Mata Vanila melotot sempurna ketika Zayyan mengunyel-nguyel dua pipi nya gemas.
“Lepasin ih malu di liatin orang-orang!” Tepis Vanila. Zayyan tak menghiraukan malah semakin menjadi-jadi.
“Nggak bisa lepas soal nya pipi kamu gemas pengen aku ci—“ Kalimat terakhir Zayyan mendadak menggantung ucapan nya.
“Ci apa?” Vanila menaikan sebelah alis nya. “Kamu ngomong apaan sih?”
Zayyan melepas tangan nya, cowok itu malah buru-buru minum air putih seolah-olah Vanila melakukan sesuatu. Aneh!
___
Usai makan, Zayyan mengajak Vanila keluar dari kafe . Karena hari semakin sore mereka berdua memutuskan pulang. Langit kota Bandung menghitam, seperti nya bakalan hujan. Sial nya, Zayyan tak bawa jas hujan tapi terbesit sebuah ide, di tengah hujan seperti ini akan indah jika bersama orang yang di cintai. Zayyan melengkungkan bibir nya ketika cowok itu memergoki Vanila cemberut dari kaca spion motor nya.
“Bibir lo kek gitu makin jelek, Untung cuman gue yang suka sama lo,” Kata Zayyan pandangan nya fokus ke depan. “Lo tahu nggak?”
“Nggak.” Jawab Vanila malas. Dalam pikiran nya cuman satu, ingin cepat-cepat sampai di rumah.
“Gue belum selesai ngomong, Van. Iya sih salah gue nggak bawa jas hujan. Tapi...” sontak Vanila terkejut ketika Zayyan tak sengaja melewati jalanan aspal yang berlubang kecil sehingga refleks Vanila memeluk pinggang Zayyan sangat erat. Sebisa mungkin Zayyan mengontrol detak jantung nya yang berdebar. Jika ketahuan gadis itu bisa-bisa anggap dia belum bisa move on, begitu juga Vanila, ia merasakan sengatan hebat seluruh tubuh nya.
“Van, lo nggak apa-apa kan?” Zayyan memastikan Vanila aman. Vanila mengangguk pelan sebagai respon. “Syukurlah lo baik-baik aja, kirain lo masih panik. Maaf ya?”
“Hmm.” Gumam Vanila.
“Van, Boleh nggak sih kita jangan jauh-jauhan?”
“nggak tahu.”
Zayyan menghela napas berat. “Gue lagi ngomong serius padahal, ya udah gini aja, gue bakalan berjuang dapetin lo kembali sama gue, gue nggak mau tahu pokok nya lo harus jadi milik gue!”
“Zayyan, kita tuh udah mantan! Nggak ada tuh habis putus balika lagi!”
“Kata siapa?”
“Kata...” Kutukupret! Vanila kehabisan kata-kata.
“Kata siapa coba?” Ulang Zayyan sembari menyunggingkan bibir nya, meledek.
“Kata aku lah!”
“Vanila, lo kalo salah tingkah sama gue bilang aja.” Zayyan terkekeh pelan.
Vanila spontan mencubit pinggang Zayyan keras. “Goda aja terus gue!”
“Cubitan lo sakit banget, Van. Tapi ada yang lebih sakit dari cubitan lo,” Zayyan meringis. Astaga, energi Vanila sungguh kuat.
“Apa tuh?”
“Hati gue, Van. Hancur.”
____
Zayyan memarkirkan motor sport hitam nya di depan pagar rumah Vanila. Mereka sampai dengan keadaan basah kuyup akibat guyuran deras air hujan. Di depan pagar ada sosok wanita berumur 36 tahunan melangkahkan kaki nyaa mengarah mereka berdua. Wanita itu Rita—Ibu nya Vanila.
“Eh...Bentar, Zayyan, kan ya?” Tebak Rita. Zayyan turun dari motor lantas menyalami tangan Rita.
“Iya tan, aku Zayyan,” sahut Zayyan. “Tante, aku mau minta maaf udah bikin anak cantik nya ke hujanan.” Sekilas Zayyan mengedipkan sebelah mata nya. sontak aksi nya itu langsung dapat pelototan tajam dari Vanila.
Rita yang melihat kedua nya diam-diam curi pandang semakin berharap agar Zayyan dan anak nya akur lagi seperti dulu.
“Kamu sudah makan?”
“Be—“ Tiba-tiba Vanila memutus ucapan Zayyan.
“Dia udah makan kok, iya kan Zay?” Vanila melirik Zayyan, tatapan nya meminta agar cowok itu cepat pulang.
“Belum, Tan.”
Rita tersenyum senang. “Ya udah atuh masuk yuk? Kebetulan Tante udah masak banyak banget hari ini.”
“Van?” Panggil Rita.
“Iya. Mah.”
“Kamu mandi ganti baju ya, sekalian kasih Zayyan baju ganti kasihan pasti kedinginan banget!”
“Tapi mah...” Vanila memanyunkan bibir nya.
“Jangan nolak ucapan mamah atau kamu nggak di kasih uang kuota nanti!” ancam Rita. Bagi Vanila itu sebuah ancaman paling horor. Dari pada ngelawan, Vanila mengalah.
“Iya mah.”
“Bagus. Ibu siapin air hangat dulu sebentar ya? Habis mandi kalian makan.”
“Iya, Mah.”
“Iya, Tante.”
Sahut Vanila dan Zayyan bersamaan. Setelah Ibu nya kembali masuk, Vanila menatap Zayyan tak suka.
Vanila menggertak gigi nya. “Zay, mending lo pulang aja?”
“Lo ngusir gue? Gue bakal bilang sama ibu lo kalo lo pernah bolos sekolah.” Zayyan mengancam, ia menyeringai seolah ancaman tersebut bakal ampuh.
“Dih! Main nya ancaman!” Gemes banget pengen Vanila tendang ke planet. Kepala Vanila mendadak pusing. Dasar Zayyanprettt!
“Dan gue juga punya sesuatu yang bakal ibu lo marah..” Zayyan mendekat, reflek Vanila menjauh sampai punggung nya menabrak pagar. Zayyan mengunci jalan nya, Vanila menelan air liur nya susah payah, sorot mata Zayyan begitu dalam sehingga ia tak bisa berkutik apapun.
“Lepasin, Zay. Kalo tetangga lain liat gimana?” Vanila mulai was-was. Jangan sampe mereka kepergok warga komplek, bisa repot Vanila apalagi tetangga nya haus gosip pasti ada saja bahan gibahan.
“Kalo gue nggak mau gimana?” Zayyan tersenyum puas.
“Gue tendang kaki lo!”
“Masa?” Goda Zayyan.
“Serius!”
“Beneran?”
“Nih Coba rasakan tend—“ Zayyan segera mengecup bibir nya dengan bibir mungil Vanila lembut.
Cup!
“Gue cium lo kalo berani ngelawan gue!” Bisik nya.
BAGAIMANA CHAPTER INI?
SEMOGA SUKA YA!
JIKA ADA KESALAHAN/TYPO KOMEN AJA ASALKAN SOPAN.
TERIMAKASIH UDAH LUANGIN WAKTU KALIAN BACA CERITA KU. SEMOGA KALIAN SEHAT SELALU.
TERUS KAWAL CERITA INI SAMPAI TAMAT.
SAMPAI JUMPA DI NEXT CHAPTER!!
SALAM DARI ADEK NYA JENO PALING GANTENG.